moon~最後の戦い

2K 18 48
                                    

Langit hitam pekat. Malam bertambah larut, sementara satu - satunya penerangan hanyalah bulan yang tampak begitu angkuh bersinar.

"Bulan semakin merah ." ucap salah seorang yang tengah berdiri di atas reruntuhan, memandang terpaku ke langit.

"Fal,ini sudah menjelang pagi, kita harus segera kembali." Ucap temannya yang berdiri di belakangnya. Wajahnya tampak lelah dan khawatir. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka pertempuran. "kita tidak mungkin melawan mereka sekarang." Lanjutnya.

"tapi Artheon sudah di depan mata! apa kau tak liat???" jawab Fal. Wajahnya tampak gusar.

"Aku tau Fal,tapi apa kau sadar kekutan kita akan hilang pada pagi hari. Lagi pula tujuan kita kali ini hanya untuk mengawasi, bukan bertempur" Ia menghela nafas lalu terduduk di atas reruntuhan itu.

Fal terduduk sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Ia sadar kalau memang tujuan mereka kali ini hanyalah mengawasi,namun dia tak sanggup menahan emosinya.

"Floide, sudah banyak teman kita yang mati karena mereka." Suara Fal bergetar. Ia mengangkat kepalanya menatap lurus kedepan. Matanya memancarkan kebencian juga marah. " Mengapa?, Hanya karena kita berbeda,hanya karena kita memiliki kelebihan, kita dianggap iblis yang patut di musnahkan."

"kita sudah semakin dekat,Floide. Apa harus berhenti sekarang??!" ucapnya setengah berteriak, suaranya terdengar putus asa.

Floide hanya terdiam menatap sahabatnya itu. Ia tahu perasaan Fal. Tapi mereka tidak bisa mengambil keputusan gegabah. Masuk ke sarang musuh tanpa persiapan , tanpa kekuatan yang cukup, lagi pula tujuan mereka sudah jelas bukanlah bertempur.

"Fal, kita harus tetap pada rencana. Shinra bukan lawan yang bisa kita remehkan. Mereka bukan Organisasi biasa, bahkan pemerintahanpun meraka kuasai. bukan tidak mungkin Artheon juga Sudah mereka kuasai." Floide berdiri, pandangannya menerawang ke arah langit yang mulai membiru

"Kau harus sedikit bersabar Fal".

Fal sadar, Shinra memang bukan musuh sembarangan

"tapi....", belum sempat Fal melanjutkan perkataanya, sesuatu menghantam mereka dari belakang.

Puing-puing bertebaran

"tak mungkin mereka tahu keberadaan kita.", Teriak Fal panik, dia sudah tak bisa lagi berfikir jernih sekarang

"FLOIDE!!!!FLOIDE!!! teriaknya. Namun tak ada sahutan dari sahabatnya itu. " tak mungkin dia juga" pikirnya cemas

Fal hampir tak dapat berdiri, darah sudah bercucuran di kepalanya

Di dengarnya derap langkah musuh.

Baru saja terlintas pikiran gila untuk melawan mereka seorang diri, Floide muncul dari kepulan asap reruntuhan, merangkul sahabatnya dan mereka menghilang, lenyap tepat pada saat musuh tiba

***

Mentari sudah meninggi, namun tempat Fal & Floide berada saat ini masih tampak gelap, kini mereka tengah berjalan menyusuri hutan yang sangat lebat dengan pohon-pohon yg tinggi menjulang. mereka semakin mempercempat langkahnya walaupun Fal tampak gontai sambil terus memegangi luka di kepalanya. setelah perjalanan yg cukup panjang akhirnya apa yang mereka cari nampak, sebuah rumah tua yang nampaknya sudah lama sekali tak berpenghuni namun masih layak untuk di tinggali. Seorang gadis telah keluar dari rumah itu,menatap penuh khawatir pada ke-2 sahabatnya yang baru tiba

" ada apa??? kenapa kalian babak belur seperti ini???" tanya gadis itu

" nanti saja aku jelaskan Ai" jawab Floide yang tau kalau sahabat di sebelahnya sudah hampir tak sanggup berdiri merekapun masuk ke dalam rumah itu, setibanya di dalam Fal lansung menghempaskan tubuhnya ke sebuah kursi di ujung ruangan,tampaknya dia sudah tak sanggup berjalan lebih jauh lagi. sementara Floide duduk di ruang tengah, Ai telah berlari ke dapur untuk menyiapkan air minum untuk mereka ber-2

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2010 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang