Tentang Jarak

Pelanggar Aturan

Aku Dita Aulia Fadila, yang baru satu tahun menetap di kota cirebon ini. Sebelumnya aku tinggal di jakarta bersama orang tua ku dan sekolah di sana saat aku Sekolah Dasar. Tetapi, pada saat smp papa ku membawaku ke sini dan harus sekolah di sini. Di SMPN 2 GEGESIK. Yang mengharuskan aku untuk bertemu dengan nya dan di satukan kelasnya bersama nya yang mau tidak mau harus berteman. Aku fikir pada saat itu, masa satu kelas saling membenci? Apa jadinya nanti? Dan ya aku berfikir untuk mulai menghapus rasa benciku padanya. 

Sepulang dari mundu (tempat yang tadi aku ceritakan di bab sebelumnya)
Kita menuju ke parkiran untuk mengambil motor. Parkiran di sana amat lah penuh sehingga aku susah untuk mengeluarkan motorku dari sana. Kemudian teman ku setia meminta tolong kepada rivaldi.
"Riv, bantuin dita dong, itu dia ga bisa ngeluarin motornya"
"Ah elah masa gitu doang ga bisa"
Hmmmmz sambil bergerak membantu dita dan berhasil mengeluarkannya.
Rian melihat ke arah bawah motorku dan sialnya motorku ternyata ban nya bocor. Hell no! Pertamanya aku kira kempes tapi tidak itu bocor. wajah ku sudah menegang dan jantungku berdetak 2x lebih cepat dari biasanya.
Aku hampir menangis menuju bengkel terdekat. Ke 5 dari kita tidak ada satupun orang yang mebawa uang banyak. Kita hanya lah anak ingusan yang mencari kesenangan dengan hal yang receh. Ya hanya sekedar jalan jalan bersama sahabat itu sudah membuatku senang. Saat itu aku sangat binggung harus berbuat apa. Aku harus mengeluarkan biaya sebesar 40k. Oh tidak, dapat dari mana uang sebannyak itu-_-

aku pada saat itu baru di beri fasilitas motor yang di gunakan hanya untuk sekolah dan keperluan lain saja. Tetapi aku melanggar, aku jalan jalan bersama sahabatkan ke tempat yang memang agak jauh dari rumah kita.
Itulah alasan ku mengapa aku hampir menangis pada saat itu. Memang kekihatan cengeng tapi memang yang aku rasakan sungguh luar biasa tegangnya.