"Gue nggak pernah nyangka akan berhadapan sama orang gila kayak kalian berlima!" Diba menunjuk mereka semua dengan perasaan penuh amarah. "Kalian nggak pernah tahu apa yang gue alami, kalian nggak pernah tahu rasanya mau mati setiap hari! Kalian nggak pernah tahu rasanya menderita kayak gue, bahkan sekeras apapun gue berusaha untuk kasih yang terbaik buat orang tua gue ... dengan segampang itu kalian hancurin semuanya." Diba tahu ini keterlaluan, tapi maaf, apa yang mereka berlima lakukan terlalu menyakitkan untuk Diba terima.
Paling tidak ... ia ingin diakui atas segala hal yang telah susah payah untuk diraihnya.
Namun, sepertinya ini tidak akan berjalan seperti yang ia bayangkan.
"Lo tahu betul alasan lo nggak bisa sentuh lima besar paralel bahkan sekeras apapun usaha lo, Diba."
"Karena lo ada di kasta paling bawah. Dan itu adalah kenyataan pahit yang harus lo terima."
Mereka berkata demikian, tentu saja membuat Diba terpaku dan tak habis pikir. Sampai salah satu dari mereka mendekat ke arah Diba yang terpaku sembari menatapnya dengan tatapan penuh putus asa yang sangat gadis itu benci.
"Satu lagi," kata mereka. "Bukan cuma lo yang menderita, Diba Galea."
Diba mengepalkan tangannya, karena sejak awal ... ia juga tahu itu.
—Persona, bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONA
Teen Fiction"Jangan pernah percaya sama apa yang lo lihat," laki-laki itu menatap gadis berambut pendek dengan tatapan datarnya. "Karena lo nggak pernah tau wajah asli seseorang, apalagi ... mereka." Lanjutnya sembari melirik pada siswa-siswi dengan lencana bin...