"Kita adalah sejarah yang sedang berlangsung, mengabadikannya atau tidak itu hanya pilihan kita masing-masing"
Pagi itu dengan setengah sadar dan suntuk Caraka mencoba untuk sadar sambil menghabiskan kopi sisa semalam yang dia tinggalkan di atas meja. Mentari pagi mencoba untuk meraih kelopak mata caraka saat dia membuka tirai jendela kamar kontrakan, diliriknya dengan sedikit memicingkan sebelah mata mentari telah menyinarinya dengan hangat. Anak-anak sekolah terlihat sedang bergegas untuk pergi sekolah mungkin karena telat, mas tukang sayuran sedang berjualan sambil mendengar ingar bingar ibu-ibu yang aku yakini sedang asyik bergorsip sambil memilih sayuran apa yang harus dibeli untuk bahan masakannya nanti.
"Pagi memang selalu menarik ada saja yang bisa dinikmati" ucap caraka sambil tersenyum lebarSadar bahwa dirinya sudah terbangun ia pun segera bergegas untuk siap-siap menjalani harinya ini, diliriknya ada gerobak soto di depan kontrakan, tiba-tiba perutnya mulai berbunyi berisik.
"Sarapan soto pagi-pagi pasti nikmat" sahutnya
Dia pun dengan cepat pergi ke depan rumah untuk sarapan pagi, dengan cepat dia sudah berada di depan gerobak soto, tampak disana ada mas-mas dengan banyak tato menjalar di seluruh tangannya, rambut lurus panjang di ikat ke belakang dengan peci putih melekat di atas kepalanya, "Agak lucu juga mas tukang soto ini" sedikit bergumam.
"Mas, sotonya satu ya makan sini" sahutnya
"Nggih mas" balasnya sambil sibuk menyiapkan soto
Caraka pun duduk di bangku yang sengaja disiapkan sambil menyantap gorengan hangat-hangat yang disajikan dimeja kecil, ditatapnya layar ponsel menyelami media sosial, di tatapinya ada beberapa panggilan tidak terjawab dan pesan berkali-kali dengan tulisan nama Malika, beberapa saat ia terdiam ingin membalas jawaban atau sekadar memberi sedikit kabar atau penjelasan mengapa ia meninggalkannya. Tak lama ia pun segera memblokir nomor telp dengan nama Malika itu.
"Ini mas sotonya, awas masih panas" sahut mas tukang soto itu
"Oh iya, terima kasih mas" sahut caraka
Dihirupnya aroma soto itu dengan nikmat lalu dia tambah dengan sedikit sambal yang tersedia dan dengan lahap ia pun menyantap soto itu hingga habis dalam waktu singkat, setelah beres ia pun bergegas ke dalam kontrakan untuk bersiap-siap, karena hari ini banyak tempat yang akan dia hampiri.
Dilirknya jam sudah hampir menunjukan sepuluh pagi dan dilihat sahabatnya masih tidur terlelap di kursi panjang depan layar TV
"Dasar kebo!!" sahut Caraka bergumam sambil menghampiri sahabatnya
"Heh bangun kuya, geus jam sapuluh yeuh!!" sambil mencoba menggoyangkan badan sahabatnya ini dengan paksa
"hmmmmmm.....iya iya gua bangun kehed ah ngaganggu wae" Sahut ikbal dengan mata masih merem melek karena semalam begadang karena nonton acara bola kesukaanya.
"sana gih mandi, gua mau manasin motor dulu ntar gua nunggu depan"
"Hmmm" balas ikbal sambil mencoba bangun
Tanpa waktu lama ikbal pun telah siap berangkat bersama caraka berkendara dengan motor menuju jalan malioboro. Perjalanan lumayan memakan waktu karena hari ini pembukaan event street art di jalan malioboro, banyak turis dan penghuni dari luar kota datang untuk saling adu kreatifitas, ada juga yang sekadar untuk menonton. Sesampainya di jalan parkiran.
"Cuy ntar lu berkabar aja lagi dimana, gua beres event nanti beres tengah malem kayaknya" sahut ikbal
"sip ntar gua kabarin, motor gua pinjem dulu kalo gitu ya, nanti kalo bosen gua mau jalan jalan ke tempat lain" balas caraka
"Jangan lupa isi bensin, harus full" kata ikbal sambil cekikikan
"Ribet lu capung" balas caraka kesal
Mereka pun berpisah, caraka dengan santai menikmati sekitaran maliobro, dari pelukis jalanan, lomba tari dan pentas musik band indie dan ada beberapa artis sedang menjajakan keahliannya di acara itu, namun bukan itu yang caraka perhatikan dia lebih memperhatikan struktur bangunan di sepanjang jalanan malioboro, ada beberapa bangunan ruko yang terlihat usang tidak di renovasi dengan struktur bangunan hindia belanda yang kental. Caraka beberapa kali mengambil gambar bangunan itu di beberapa tempat dan sudut.
Empat jam tidak terasa sudah caraka habiskan berkeliling, merasa cukup puas ia pun mampir sejenak di angkringan dekat rel jalan masuk malioboro. Sambil sekadar ngopi di angkringan ia pun membuka sebuah buku sketsa dari tas selempang yang terbuat dari kulit warna coklat dan dengan apik dia mencoba mengingat ingat struktur bangunan sekitaran malioboro. Seketika caraka menutup perhatiannya di sekitar dan lalu menggoreskan pensil di atas permukaan kertas sketsa itu. caraka memang sejak kecil pernah bercita-cita ingin menjadi seorang arsitek karena ingin menjadi seperti ayahnya dulu. Hampir setiap malam waktu kecil caraka selalu di ajarkan bagaimana mensketsa bangunan dengan cepat dan rapih.Namun semenjak ia menaiki kelas SMP ia tidak lagi ingin bercita-cita menjadi arsitek. Karena ia kesal dengan ayahnya yang pergi begitu saja meninggalkan sang istri dan anaknya tanpa pernah kembali atau sekalipun menanyakan kabar. Sedari caraka menduduki kelas SD orang tuanya memang sering bertengkar hebat di rumahnya, seolah mereka tidak pernah mengerti bahwa anaknya selalu sedih ketika mereka berdua bertengkar. Mungkin karena itu juga caraka hingga sekarang selalu pilih-pilih ketika akan berhubungan dengan seorang wanita, bukan karena ia tidak suka tapi dalam beberapa pemikiran ia tidak menginginkan wanita yang ia cintai harus bernasib sama kelak dengan ibunya.
Gambar yang ia sketsa lama kelamaan mulai terlihat jelas, terlihat dari posisi tengah menuju ujung jalan, di setiap pinggir jalan tampak dengan jelas bentuk bangunan belanda yang berhimpitan dengan bangunan yang satu dengan yang lainnya. di pinggir jalan banyak kursi-kursi panjang meminta untuk diduduki hingga kemudian menjadi saksi bisu dari setiap kisah orang yang pernah mendudukinya hingga menjadikannya sejarah yang bisu tanpa pernah satu pun orang tahu kisah apa saja yang pernah ada disana. Malioboro memang terkenal dengan aroma sejarahnya mulai dari bangunan tua yang diam membisu dimakan umur tetap kokoh meski bersandingan dengan bangunan modernisasi lainnya. Nama malioboro sendiri pun memiliki sejarah, konon katanya nama malioboro itu berasal dari Bahasa kaili, yaitu "Ma", "Li" dan "Boro" yang di artikan memiliki makna jalan yang digunakan orang kecil (bukan turunan ningrat). Karena pada masanya orang yang bukan keturunan ningrat hidup penuh cacian.
"Aku pikir ini sudah cukup" gumam caraka sedikit bangga dengan gambar sketsanya sendiri. Melihat waktu yang tanpa sadar sudah memotong dengan cepat, dilihatnya matahari sudah hampir terbenam lalu lampu-lampu jalanan mulai terang dengan warna kuningnya membias dengan matahari. Sejenak ia terpaku dengan pesona kota di sore ini. Dilihatnya orang-orang dengan tanpa sadar sibuk dengan kesibukannya sendiri tanpa mau menoleh suatu keindahan alam yang terpampang di atas mereka. "Ah andai mereka mau sedikit saja mencoba menengadah sedikit untuk menikmati senja yang cantik ini" sahutnya.
Tanpa sadar malam seolah ingin hadir tergesa-gesa dan dengan cepat pula jalan malioboro semakin dipenuhi orang-orang, berbagai dari mancanegara semakin banyak hadir, keramaian dalam sekejap membuat suasana malioboro semakin sesak. Tanpa sengaja Caraka bertabrakan dengan seseorang di pinggir jalan. Entah siapa yang salah tapi itu membuat seluruh isi tas caraka berserakan termasuk buku sketsanya."Aduh sorry enggak sengaja mas" sahut perempuan itu sembari membantu mengambil barang barang berjatuhan
"Salah saya juga mba, saya jalan enggak lihat lihat dulu" sahutnyaKetika selesai memasukan barangnya, mereka saling bertatapan. Caraka seketika terjebak dalam waktu yang berhenti dan ia diam beberapa saat, betapa tidak seorang perempuan dengan paras yang sangat manis dengan rambutnya yang hitam bergelombang, matanya yang biru dan hidung agak mancung ditambah senyumnya yang tipis pasti akan membuat semua pria bahkan wanita pun mungkin akan rela menaruh hati dengannya.
"Loh kok malah diem aja mas?" kata perempuan itu menyadarkan caraka
"Manis" ucap Caraka polos tanpa sadar apa yang di ucapkannya"Gimana mas?"
"Eh maksudknya terima kasih sudah bantuin" mencoba membenarkan sekenanya
"sama – sama mas" balasnya sambil tersenyum
Malam pun berlalu setelah acara selesai dan Caraka dan ikbal pun saudah di kontrakannya.
"Woi mikirin apa lu?!! Bengang bengong aja kayak dugong" Sahut ikbal sambal cekikikan jahil melihat sahabatnya yang tumben sedang melamun
"Ribet lu jamet (jawa metal), ganggu orang lagi mikir aja, eh besok lu berangkat lagi ke malioboro?" Tanya caraka.
"Yoi, besok ada acara lomba melukis sorenya, katanya sih orang dari berbagai negara bakal hadir disana. Lu enggak mau ikutan? Lu suka gambar kan?" balas ikbal"Ah enggak, demam panggung gue" balas caraka singkat
"terserah lu deh" sahut ikbal sambal mereguk kopi instan yang baru saja ia buat sambil menyalakan rokok kretek lalu beranjak pergi.
YOU ARE READING
Caraka
RomancePerjalanan seorang remaja yang memaksanya harus pergi keluar dari kota jakarta untuk meninggalkan kekasihnya .