"jika lah benar Ketulusan adalah pribumi hati, kata kata tak akan hanya bermukim di atas lidah para pendusta." @petrichor m.
_._._._._
DI sebuah kantin campus, sebuah meja berisi dua kursi nampak sedang hangat menikmati perbincangan seorang mahasiswa dan mahasiswi yang tak kunjung selesai, seperti biasa, meja itu selalu menjadi saksi bisu dimana opini saling beradu,, sebelum salah satu diantara pemiliknya mengalah.
"Aku bingung, sampai di usia aku ke-20, aku belum bisa tentuin mana itu hobyku, Sen" Yumna mengucek-ngucek lemontea dihadapanya dengan mata yang masih terpokus pada sebuah buku ensiklepedia.
Ketawanya memekik mentertawakan keadaannya sendiri."Setelah kamu habiskan 77 buku ensiklepedia, kamu masih gak tahu hobby kamu itu apa?" Cowo bernama Aksen itu mencoba memastikan ketidak percayaannya sendiri.
"Membaca 77 buku seperti ini. Bukan berarti hobbykan?" sanggah Yumna dengan santainya menutup buku ensiklopedia penyakit infeksi tersebut dan menaruhnya keatas meja kantin.
"Terus kalo bukan hobby? Tak semua mahasiswa kedokteran gemar membaca ensiklopedia loh, meskipun itu berkaitan dengan jurusan." Tanya Aksen tak percaya mencoba sedikit memaparkan.
"Karena menurut aku membaca itu kebutuhan" jelas Yumna menyedot sedikit lemonteanya.
"itu hanya menurut kamu kan, tak sedikit manusia yang berasumsi bahwa itu hobby, secara umumkan manusia hanya menyadari tiga kebutuhan. pangan, Sandang dan papan."
"terlebih di indonesia, minat baca masyarakat terhadap keilmuan itu rendah, yang banyak itu cuma para pecandu novel, dan semacamnya." Sambung Aksen.
"Hmm... penuh analitif, sudah mulai menguap ini otak sosionya." Cibir Yumna kepada lelaki dihadapannya dengan senyum merekah.
Tatapan intens lelaki itu mengarah kepadanya.
"kenapa ditutup senyumnya?" tanya Aksen dengan dengan tatapan tak beralih. Sementra Yumna yang berubah menjadi sedikit canggung.""Aku baru menemukan hobby aku na." jelas Aksen
"Aapa?" Tanya Yumna terbata.
"Seperti ini." Aksen menyatukan jari jemari kedua tangannya dn menyimpannya dibawah dagu, sedikit memperkenalkan smirk yang dimilikinya.
"Sangat merugikan sekali hobbymu itu." Ketus Yumna.
"Jadi gimana cara aku tentuin hobby aku. Sen?" Tanya Yumna mengambil topik baru.
"Jadi, sekarang aku tahu hobby kamu itu apa." jawab Aksen masih dengan tatapan yang sama.
"Apaaa?" Tanya Yumna antusias.
"Seperti itu." jawab Aksen dengan jawaban yang tak memuaskan lawan bicaranya.
"Huhh.. oke, kalo kamu sudah anggap semua ini bercanda." Yumna mengemasi satu persatu barang kedalam tas yang ditaruhnya di meja.
"Aku serius Na." Jelas Aksen.
"Kamu yang belum pernah mencoba membaca ketulusan hati aku, membuat aku berpikir bahwa mungkin itu hobby kamu, sekaligus bencna bagi ketulusanku" Jelas Aksen menghentikan acara berkemas Yumna.
"Udah dramanya? kamu kursus teater?" Tanya Yumna masih dengan ketawa yang sama.
"Setahu aku sosiologi itu ilmu real bukan ilmu terapan yah." Sambung Yumna.
"Karena perasaan juga real adanya Na." Aksen berterus terang.
"Halo... kamu gak akan bisa buat aku yakin Sen, " sanggah Yumna. Beranjak pergi menyelendangkan tasnya.
Suara ketawa mahasiswa dan mahasiswi turut membanjiri ruangan, mentertawakan kondisi miris yang dialami Aksen. Cowo most wanted di campus yang mendapatkan tusukan kecil dari seorang wanita dingin berotak brilian itu.
"Berulah sih." Cibir salah satu temannya.
Flashback on
Aksen mensejajarkan mobilnya. dengan seorang wanita berambut panjang sebahu yang tengah berjalan membawa beberapa map di tangannya.
"Yumna! perlu bantuan?" tanya Aksen.
"Makasih, bisa sendiri kok." tolak Yumna dengan berjalan semakin cepat namun ntah ada suatu dorongan yang membuat aksen terus mengejar.
"Giliran cantik, dipaksa pulang bareng loh, " kata salah seorang teman Aksen mengendarai motornya.
"Namanya juga simbiosis mutualisme, bray." Balas Aksen mengedipkan matanya.
"Anterin sampe kos-an!" Pinta Yumna membuka pintu mobil Aksen lalu duduk di jok belakang tiba-tiba.
"Beneran?" Tanya Aksen tak percaya, dari sekian varian usahanya baru kali ini,endapat sedikit toleransi dari harapannya itu.
Seminggu setelahnya berita hangat mengenai cowo most wanted dan wanita cool itu menjadi bahan perguncingan disetiap perguncingan kampus, bahkan Aksen seakn bertambah nyali untuk mendekati Yumna.
"Kok bisa yah. Wanita itu mau diajak bicara sama lo." kta salah seorang teman sejurusannya masih tak percaya.
"Makanya jadi anak sosio itu mesti pandai pandai bersosialisi. Dobrak pintu masuk kedinginannya juga jurus jitulah. Terapin dong ilmu sosio" terang Aksen dengan senyuman menangnya..
"Sosialisasi, sosialisasi bulshit lo!" rutuk temannya.
"Ganteng sih" Cibir Aksen mengusap sedikit rambutnya.
"Lihat aja seberapa jitu, kegantengan lo mencuri hati si yumna,kalo saki" teriakan temannya yang sedikit diabaikanAksen yang berjalan ke kantin.
Flashback off
_._._._._
Baca juga cerita Absurd ku ini.
Happy reading😘😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Domain Waktu
Teen FictionKisah ini tentang "Yumna". gadis berusia 20 tahun yang percaya diri pada warna hidupnya., dunia sendiri dan menyepi terlanjur ia nikmati didalam sebuah kos-an tua jauh dari sanak saudara. ia selalu meminta pada atap matanya, supaya jangan menampi...