'Mengertikah cinta saat aku menginginkan ia datang untuk mengisi ruang hatiku yang kosong? Tahukah ia saat aku sangat merindukannya untuk menemaniku dalam kesunyian yang menyiksa? Pahamkah ia saat aku memanggil namanya untuk bisa merasakannya bahwa aku ingin berbicara dengannya? Sakitkah ia saat tak bisa mengerti apa yang kupikirkan? Sakitkah ia saat tak bisa membaca
pikiranku? Sakitkah ia saat tak bisa memahami apa yang ku mau? Sakitkah ia saat tak tahu aku merindukannya?'Aku duduk termenung sambil menatap buku biru di tanganku. Aku menutupnya dengan kasar.kemudian ku angkat tanganku untuk menutupi wajahku sambil sesekali terisak. Aku merasakan bagaimana sakitnya hatiku mencintai tanpa di cintai olehnya.bagaiman asik mengagumi sendiri tanpa pernah terbalas olehnya.dan asik dengan pikiranku sendiri yang di penuhi oleh harapan harapan palsu yang dapat menghempaskanku dengan mudahnya. Membuatku hancur dalam sekali hembusan. Sekejap membawaku kedunia keterpurukanku. Andai saja aku bisa menghindari kau hadir dalam hidupku. Andai saja aku bisa mencegah rasa yang kau bawa dan menyusup masuk ke dalam hatiku. Andai saja aku tak terlena dalam bualan pesonamu yang memabukanku dan tak bisa terbangun dari alam mimpiku yang begitu menipuku. Andai saja aku tak patuh menuruti kata hatiku yang memberi sejuta angan tentangmu yang tak akan mungkin aku miliki. Aku masih terisak dalam kesetiaanku yang begitu pahit dan tak akan bisa terobati walau seribu waktu telah ku tempuh. Aku masih merasakan sakit itu yang membuatku miris di setiap khayal angan yang membuatku melambung tinggi. Kuturunkan tanganku dan menoleh ke belakang saat sebuah tangan menyentuh pundaku dan meremasnya.
" yoon " suara renyah yang ku dengar di telingaku semakin membuatku pedih.
Kulihat dirinya yang duduk diam di sampingku, ada pesona dari dirinya yang membuatku kagum dan tak sanggup menolak pesona itu.
Ada suatu pancaran yang membuatku termagnet ke dalam banyak angan yang terus meliputiku." bagaimana keadaanmu?" tanyanya dengan menoleh padaku dan menatapku dengan lekat.
Buruk! Sangat buruk! Dan tahukah kau bahwa itu semua terjadi karenamu!" batinku.
" baik,,sangat baik."
Aku merutuki diriku sendiri.kenapa kata kata itu yang keluar dari mulutku! Aku terlalu pengecut untuk mengatakannya. Aku terlalu takut untuk menerima kenyataan bahwa aku tak boleh mengatakannya.
" baguslah kalau begitu, itu yang ku harapkan." sahutnya dengan nada dinginnya.' tidak! Ini tidak bagus! Justru buruk! Sangat buruk! Kenapa kau masih saja membutakan matamu untuk bisa melihat kedalam hatiku? Kenapa kau masih saja menutup telingamu untuk bisa mendengar jeritan hatiku yang terus memanggil namamu? Mengapa kau masih saja berpaling dariku padahal kau tahu bahwa aku ada di sini, ada di depanmu.
" besok aku akan berangkat ke london, untuk melanjutkan studyku, mama dana papa sudah menyetujui keputusanku."
'Janagn! Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku! Dengan perasaan yang menyakitkan ini! Kumohon tataplah aku sekali ini saja.'
" jam berapa kau akan berangkat?"
" jam delapan."
Detik berikutnya hanya hening yang menyelimuti kami berdua. Kami sibuk dengan pikiran kami masing masing.membuang pandangan ke depan, senja di mana matahari terbenam menuju malamnya. Tak ada satu katapun yang aku keluarkan untuk menenangkan hatiku. Bahkan aku tak berani untuk melarangnya pergi.Malam menjadi semakin sunyi dalam hati yang terluka. Kesendirian menjadi suatu penyesalan yang tak pernah berujung. Sampai malam malam berikutnya yang hadir, tak memberi arti apa apa lagi.
Manya malam biasa yang tak pernah berbintang. Malam gelap yang tak tersinari oleh terangnya bulan purnama. Malam malam yang pekat dalam hati yang menghitam karna luka yang menggoresnya.************
Disini aku berdiri, dalam penantian yang tak pernah ada ujungnya.dalam waktu yang tak bisa ku ingat lagi kapan mulai aku menantinya. Dalam kesetiaan yang menuntut pemberhentian karna lelah. Dalam perasaan yang cemas memikirkan apakah ia akan cepat kembali padaku, kembali dalam cintanya yang selalu setia mencintainya tanpa pernah lelah dan berniat untuk berpaling darinya.Kulihat senyum yang selama empat tahun terakhir kurindukan. Senyum yang selama ini hanya dapat ku lihat lewat mimpiku. Senyum yang tak pernah berubah dari sejak aku mengenalnya.
Senyum yang masih memancarkan pesonanya dengan mudahnya membuatku mabuk dalam cintanya.
Kulihat tangan kanannya terangkat ke atas, ia melambai ke arahku di sela sela kerumunan orang orang di bandara. Tangan kirinya menenteng kuat tas ranselnya, ia berlari kecil ke tempatku berada, menyongsong tubuhku dan membawaku ke pelukannya, membelai lembut kepalaku." aku rindu padamu." ucapnya dengan tawanya yang masih terdengar renyah seperti dulu.
" aku rindu rumah, dan yang paling aku rindukan dan ingin pertama kali aku temui adalah dirimu."
Sejanak aku merasa ada desiran halus merayap dalam tubuhku, membuat tubuhku kaku sementara, seolah aku salah bangun tidur yang kukira aku telah bangun dari dunia mimpi. Namun sebenarnya aku masih tertidur dalam mimpiku.Detik berikutnya aku merasakan dunia nyata, aku memeluknya erat, mengenyahkan dunia mimpi dan menyambut dunia nyata yang tak bisa bersatu dengan dunia mimpi.
" selamat datang kembali" kataku ceria.
Ia melepaskan pelukanku dan menatap mataku dalam. Tangan kanannya menyentuh keningku sambil pandangannya tak beralih dari mataku. Aku senang ia melalukan itu, menatapku tanpa beralih dari mataku. Seakan aku bisa masuk ke dalam matanya, yang hitam dan bening itu. Seolah aku bisa memasuki pikiran dan hatinya. Walau kenyataannya tidak." kau masih seperti dulu, selalu membuatku kagum akan wajahmu yang selalu bersinar, menerangi hatiku yang gelap."
" dan kau juga masih sama seperti dulu, masih tetap menjadi orang yang paling aku sayangi."
' dan selalu kucintai! '
Ia kembali menarik tubuhku, dan membawaku kedalam pelukannya, dan kini pelukannya semakin erat,,dan hangat.***********
Aku memandang diam dalam kehancuranku, ada rasa sakit yang menyerang dengan hebatnya saat ku lihat ia tengah tertawa di sebuah kafe dengan seseorang yang aku tahu ada di hatinya. Setetes air mata mengalir membentuk sungai kecil di pipiku, dengan mulut terkunci aku masih menatapnya dengan perasaan miris.
Tangan kekarnya yang selalu menyentuhku, kini membelai rambut orang lain di hadapannya, mata bening yang menenangkan yang selalu menatapku lekat, kini memandang nakal, pada orang di hadapannya. Senyum renyahnya yang selalu ia tunjukan padaku, kini ia berikan pada orang di hadapannya.
Aku benci melihat semua itu. Sadarkah ia telah memberiku luka?
******
Aku mendesah pelan, mencoba membuang rasa lelah di batinku, menyandarkan kepalaku pada dinding dan dengan pelan ku pejamkan mataku. Mencoba merasakan setiap bunyi tetes gerimis yang jatuh mengenai dedauan.Bip! Bip! Bip!
Lamunanku buyar oleh suara getar ponselku. Seketika aku beranjak dari dapan jendela dan meraih ponselku yang kuletakan di atas tempat tidur.sekilas ku lihat nama mama tertera di ponsel." hallo. Mama? "
" sayang,,sekarang kamu di mana? Bisa jemput mama ga? "
Terdengar suara mama yang lelah, dan suara ramai seperti di mall.
" ya,,sekarang mama di mana?"
" kamu datang saja ke mall, mama ada di sini."
Setelah bicara mama buru buru mematikan sambungan telponnya. Sesekali aku mendesah, bukan karna tidak ingin menjemput mama, tapi aku merasakan lelah yang benar benar membuat diriku limbung hingga terjatuh.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
cry for love
Short Storyandai aku bisa melukis pelangi maka biarkan aku melukis di atas kanvas hatimu andai aku bisa mengukir senyum maka biarkan aku mengukir di atas dinding hatimu andai aku bisa memberi kebahagiaan maka biarkan aku memberikannya padamu dengan memberikan...