Ditemenin Lari

22 4 0
                                    

"HELLOW, GUYS, CECANS TELAH DATANG!" Teriakan (Namakamu) menggema di kelas ini dan membuat semua mata tertuju padanya.

"Berisik, anjir!" Komentar Ojan, si ketua kelas.

"LAH, SUKA-SUKA GUE, LAH! MULUT GUE INI! SAPE LO NGATUR-NGATUR HIDUP GUE?!" Balas (Namakamu) sengit. Seluruh orang di kelas itu menutup telinganya. Kecuali seseorang yang ada di ambang pintu dan tengah menatap (Namakamu) dengan wajah datar.

"Eh, ada Kak Iqbaal. Hehe, mau apa, Kak? Sini Cecans bantu" ucap (Namakamu) dengan tersenyum manis. Pria itu hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Kenapa, Kak? Ada tugas?" Tanya Ojan pada Iqbaal.

"Iya, nih, tugas dari Bu Anya. Kerjain MTK halaman 123. Dari A sampe D di buku tulis" ucap pria itu datar. (Namakamu) melongok.

"LAH, TUH, GURU BELUM PERNAH GUE GAMPAR BULAK BALIK, YA?! BADAN SEGEDE GABAN AJA SOK!" Teriak (Namakamu) lagi.

"Dan harus selesai 10 menit sebelum istirahat nanti" ucap Iqbaal lagi.

"TUH GURU BENER-BENER NGAJAK GELUD, YA?! AYO, GUE JABANI" Teriak (Namakamu) lagi.

"(NAMAKAMU)!" Tegur seseorang yang tiba-tiba datang.

"Lah, anjir, ada orangnya" gumam (Namakamu).

"KARENA KAMU SUDAH BERANI MENGEJEK GURU, SAYA HUKUM KAMU LARI DI LAPANGAN 10 PUTERAN, PENUH!" Teriak guru itu.

"WHAT THE FUCK?!" Teriak (Namakamu) membuat si guru melotot.

"Hehe, mangap, eh, maaf, Bu. Jangan marah-marah mulu, donk, Bu. Ibu itu udah keriput, masa mau nambah keriput lagi" ejek (Namakamu) lalu kemudian berlari sekuat mungkin.

"(NAMAKAMU) ALEXANDRA TANAYA!"

'Haha, gue puas!' Batin (Namakamu). Ia berlari menuju lapangan. Sesampainya di sana, bukannya lari, ia malah duduk di pinggir lapangan sambil tersenyum-senyum sendiri,

"Duhh, Kak Iqbaal makin hari makin ganteng aja. Jadi makin sayang" gumam (Namakamu) sambil terkekeh kecil.

"Siapa yang sayang?" Tanya seseorang. (Namakamu) tersentak. Ia mengenal suara ini. Ini suara...

Iqbaal

"Ehh, gak, kok, gaada yang sayang. Lo salah denger kali, Kak" bantah (Namakamu). Iqbaal menaikkan sebelah alisnya.

"Lo gak lari?" Tanya pria itu lagi. (Namakamu) menggeleng,

"Gue gak kuat lari, Kak. Kalo gue capek dikit, penyakit gue suka kambuh" lirih (Namakamu) pelan, hampir tak terdengar. Tapi, pendengaran Iqbaal cukup peka,

"Penyakit? Lo punya penyakit apa?" Tanya Iqbaal. (Namakamu) menggeleng.

"Gaada yang tau. Bahkan orangtua gue gak tau. Gue gak mau bikin mereka khawatir. Dan gue juga gamau kasih tau ke Jodie, Cassie, dan juga lo" lirih (Namakamu) lagi. Iqbaal manggut-manggut.

"Jadi, lo juga gamau kasih tau gue?" Tanya Iqbaal yang kini duduk di sebelah (Namakamu). (Namakamu) mengangguk.

"Plis, jangan kasih tau ke siapa-siapa. Walau lo gatau apa penyakit gue, tapi lo tau kalo gue punya penyakit" mohon (Namakamu).

"Lagian, ngapain gue sebarin. Gada gunanya" ucap Iqbaal.

"Terus, sekarang soal hukuman lo gimana?" Tanya Iqbaal.

"Yaa, gak gimana-gimana" jawab (Namakamu). Tiba-tiba, Iqbaal bangun dari duduknya dan jongkok di sambil membelakangi (Namakamu).

"Lo ngap-"

"Naik" perintah Iqbaal. (Namakamu) memasang wajah bingung.

"Buat apa?" Tanya (Namakamu) dengan polosnya.

"Udah naik aja" ucap Iqbaal gemas. (Namakamu) menurut. Ia naik ke pundak Iqbaal. Lalu, mengalungkan tangannya pada leher Iqbaal.

"Siap?" Tanya Iqbaal. (Namakamu) mengangguk. Iqbaal mulai bangkit, lalu, mulai berlari mengitari lapangan.

1 putaran

2 putaran

3 putaran

4 putaran

5 putaran

6 putaran

"Kak, udah, gue bisa sendiri" ucap (Namakamu) saat melihat keringat Iqbaal bercucuran.

"Yakin? Nanti lo kenapa-kenapa" ucap Iqbaal. (Namakamu) mengangguk lalu turun. Ia mulai berlari mengitari lapangan dengan perlahan. Belum genap 2 putaran, tubuh (Namakamu) mulai lunglai. Lalu tiba-tiba...

Bruukk

"(Namakamu)!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because Iqbaal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang