Pag - II

16 2 3
                                    

~Mungkinkah?

Fauzan memasuki ruang praktek barunya dan duduk di kursi putar di balik meja. Wajahnya sumringah. Tadi malam ia dipercaya untuk membantu Profesor Andre untuk memberikan pelajaran pada anak-anak yang mengikuti les di salahsatu tempat les di kota.

Setelah bertahun-tahun belajar keras, akhirnya ia berhasil menjalani profesi yang diinginkannya. Fauzan memang menjadi asisten dokter di rumah sakit keluarga Fahmi, tapi walaupun ia masih menjalani kuliah semester terakhir ia berhasil menjadi dokter disini melalui proses yang cukup berat.

Sebenarnya kedua orang tua Fahmi, berharap Fahmi yang menjadi dokter untuk menggantikan ayahnya, tapi Fahmi memiliki jalan sendiri. Dia lebih memilih untuk mengikuti jejak ibunya di bidang bisnis.

RS Mitra Wijaya adalah rumah sakit yang terkenal dengan fasilitasnya yang lengkap dan modern serta dokter-dokter yang sangat ahli. Hanya dokter-dokter yang sudah senior dan dokter-dokter muda genius yang bisa praktek disini.

Awalnya Fauzan tidak ingin praktek disini, karena ia tidak mau dianggap nepotisme. Tapi ternyata salah satu dokter anak ada yang harus pindah ke luar kota dan posisi itu kosong, sehingga harus secepatnya diisi karena pasien yang selalu banyak setiap harinya. Direktur rumah sakit ini yang kebetulan adalah pamannya Fahmi pun menawari posisi ini setelah mengetahui bahwa ditengah masa kuliahnya, dia sudah bisa menjadi dokter.

Namun Pamannya Fahmi, belum bisa memberikan posisi itu sepenuhnya karena Fauzan masih menjalani kuliah semester terakhir. Maka dari itu untuk sekarang Paman nya Fahmi berharap Fauzan agar cepat menyelesaikan kuliahnya, dan untuk sekarang dia hanya menjadi Asisten dokter disaat jam kuliah kosong.

*****

Anisya mendorong troli makanan yang sudah kosong setelah ia selesai mengantarkan sarapan ke kamar pasien-pasien rawat inap. Setelah selesai masak dan mengantarkan sarapan, sekarang ia harus kembali lagi ke dapur untuk memasak makan siang. Meskipun memasak makanan untuk pasien tidak sulit, karena tidak boleh menggunakan banyak bumbu, tapi jumlah porsi yang harus dimasak sangat banyak, sehingga seakrang ia harus bergegas membantu rekan-rekannya yang lain di dapur.

Kehidupan Anisya sejak unur 18 tahun sangatlah berat. Disaat baru lulus SMA dia harus berangkat kuliah ke Oxford university mengambil jurusan kedokteran, karena kedua orangtuanya berharap Anisya dapat mengambil alih Rumah sakit milik orangtua nya. Setelah bertahun-tahun belajar keras sampai bisa lulus dengan begitu cepat, akhirnya ia berhasil dan kembali pulang ke Negara kelahirannya.

Awalnya kedua orang tuanya sudah meminta Anisya untuk menjadi dokter di rumah sakit kedua orangtuanya, namun Anisya menolak. Anisya memilih untuk memulai semuanya dari bawah, dia memilih menjadi karyawan layak nya karyawan biasanya.

Setelah berfikir panjang dengan perasaan sedikit kecewa sekaligus bangga karena putri sulungnya sudah dewasa, Kedua orang tua Anisya langsung menghubungi Pak Wijaya selaku direktur utama Rumah Sakit Mitra Wijaya. Ayahnya Anisya, Pak Rudi. Meminta agar Anisya dapat bekerja disana dan dianggap karyawan biasa tanpa ada perilaku khusus, dan akhirnya Pak Wijaya menyetujuinya. Anisyapun bekerja di RS Mitra Wijaya sebagai tukang masak disana.

Anisya mendorong trololinya ke dapur rumah sakit dan meletakkannya di sudut ruangan. Ia duduk di salah satu kursi lalu memijit kakinya yang pegal-pegal. Rumah sakit ini cukup luas dengan dua bangunan masing-masing berlantai 10.

"Capek, Nis?" Tanya Dokter Anita, Dokter kulit yang sekaligus Bibinya Fahmi.

Anisya mengangguk lemah.
"Lumayan, Dok. Rumah sakit nya besar banget." Jawabnya laku mengambil air minum dan meneguknya langsung. Ia benar-benar kelelahan.

"Yaudah, kamu istirahat dulu aja. Baru bantuin yang lain lagi." Kata Bu Ina, salah satu tukang masak senior disana.

"Nggak apa-apa kok, Bu. Saya sudah bisa bantuin lagi." Kata Anisya, mengambil wajan besar dan bersiap-siap untuk kembali memasak.

"Eit eit, nggak usah. Istirahat aja dulu setengah jam. Kan nggak lucu kalo kamu pingsan karena capek. Lagian waktu makan siang masih lama kok, ini juga udah ada empat orang yang masak." Kata Dokter Anita, sambil pergi meninggalkan dapur membawa segelas air putih.

Ntar kan kalau Yuli dan Anti dateng abis antar makanan, gantian mereka yang istirahat trus kamu yang bantu-bantu masak." Kata Bu Ina.

Anisya tersenyum atas rasa pengertian rekan-rekan kerjanya. Ia bersyukur ditempat kerja nya yang baru ini, ia sudah diterima dengan baik. Padahal ia baru bekerja selama satu minggu disini. Dan tidak ada satupun karyawan yang tau bahwa sebenarnya Anisya adalah penerus Rumah Sakit ternama kedua di Kota. "Makasih ya Bu. Kalo begitu saya permisi keluar dulu, mau nelpon adik saya."

Bantu share nya ya kakak..😊 Terimakasih sudah membaca, jika ada salah kata dan penulisan, mohon koreksi nya ya Kak..😄😄

Follow juga akun Instagram saya
Fauzanalfth_2608
🙏🙏🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antara Aku, Kamu Dan SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang