01|Dr. Lee

1.1K 108 30
                                    

"Aku harap kau tidak melupakan obat mu Tuan Na." Jaemin hanya menghembuskan nafasnya kasar, sudah berpuluh-puluh kali Dokter tampan ini memperingatinya. Jaemin sudah tidak peduli lagi obat itu tidak membantunya sama sekali.

"Atau kau berfikir untuk mengulang pengobatan mu dari awal?." Tanyanya lagi sambil terus-menerus menuliskan obat yang akan diresepkan ke bagian instalasi farmasi.

"Atau kau begini agar dapat bertemu dengan ku terus?."

"Ayolah apa aku segila itu Dokter?." Jawab Jaemin sambil memutarkan kedua bola matanyanya malas.

Bertemu dengannya katanya, haha astaga untuk apa?. Bahkan Jaemin sudah muak dengan Rumah Sakit, bau khasnya, bisingnya hiruk-piruk di dalamnya. Siapa sih orang waras yang betah di Rumah Sakit? Sekalipun ada tentu saja itu bukan dirinya.

"Ini." Dokter itu menyerahkan resep pada Jaemin lalu pria manis itu mengambilnya.

Resep dengan kombinasi Rifampicin, Isoniazid, Ethambutol, dan Pirazinamid, belum lagi tambahan Vitamin B6. Sudah jelas sekali kalau Jaemin menderita TBC.

Menyedihkan padahal di usia mudanya Jaemin tidak pernah berpikiran akan ketergantungan dengan obat-obatan seperti ini.

"Aku harap kau tidak bodoh untuk melewatkan acara minum obat mu lagi Na."

Ya Jaemin pernah bodoh. Dokter itu pernah marah besar padanya entah karena apa. Maksud nya bukannya ia menuduh tetapi sebagai Dokter seharus nya ia senang bukan jika banyak pasien yang datang kepadanya? Bukan kah itu caranya mencari nafkah?.

Tetapi tidak dengan Dr. Lee. Dokter dengan nama lengkap Lee Jeno ini sangat memperhatikannya terlalu berlebihan—mungkin. Bahkan Dokter tampan ini tidak segan menelfonnya di jam-jam minum obatnya. Tentu saja itu bukan kebijakan Rumah Sakit.

Dengan beralibikan obat TBC harus di minum tepat waktu dan tidak boleh telat sedetik pun karena akibatnya fatal pffttt konyol sekali.

Sebenarnya pengobatan pada pasien TBC yang belum parah sampai ke tahap HDR-TB itu dengan cara meminum obat secara rutin sesuai yang di resepkan oleh Dokter selama enam bulan tanpa putus.

Pada pengobatan dua bulan pertama Jaemin merasa lebih baik dan ia memutuskan untuk menghentikan konsumsi obatnya. Dan ternyata itu berakhir fatal, seperti yang di jelaskan oleh Dokter tampan Lee Jeno jika pada dua bulan pertama pengobatan bakteri Mycrobacterium Tubercolosis hanya pingsan atau tertidur akibat diserang tanpa ampun oleh dua obat anti-TBC yang paling kuat yaitu Rifampicin dan Isoniazid.

Lalu dua bulan setelah itu Jaemin kembali menemui Dokter dengan keluhan bahwa TBC nya kambuh yang membuat Dokter Lee marah besar entah karena apa.

"Tidak ada yang namanya TBC kambuh Na Jaemin! Kau melewatkan waktu minum obat mu kan? Atau kau tidak meminum obat mu lagi setelah merasa sehat?."

"Aku sudah menanggap mu sebagai adik ku sendiri Tuan. Na kenapa kau susah sekali di beritahu sih?."

Jaemin masih ingat sekali kejadian itu. Setelah marah besar seperti itu Dr. Lee memutuskan untuk meminta nomor ponselnya dan menyarankan Jaemin untuk mencari pengawas minum obat agar ada yang mengingatkannya supaya tidak lupa untuk meminum oba. Astaga memangnya Jaemin anak kecil apa?.

"Aku ingatkan sekali lagi jangan sampai lupa minum obat atau aku akan berkunjung kerumah mu untuk memastikannya sendiri!." Jaemin tersendak mendengarnya, ia kembali pada kehidupan yang sekarang setelah menjelajahi masa lalunya dulu.

Jam menunjukan pukul setengah satu siang yang tandanya waktu untuk makan siang dan minum obat, Jaemin buru-buru pamit setelah mengucapkan terima kasih dan berlalu ke pintu ruangan konsultusi.

before death, nomin-markminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang