Brakk!!
Perempuan itu jatuh menabrak etalase di emper rumah. Ia mengaduh, sambil menatap laki-laki yang mendorongnya. Laki- laki itu melengos, seperti menghindari tatapan si perempuan. Lalu sedetik kemudian, sang perempuan bangkit dan berlari, tapi si laki-laki segera menghadangnya, dan kembali dengan kasar mendorongnya agar masuk ke rumahku.
Aku hanya bisa terbelalak menatap kejadian itu. Bingung, mau bertindak apa, karena aku sama sekali tidak mengenal mereka.
"Mungkin mereka salah rumah," pikirku."Brakk!"
Perempuan itu sudah tersungkur di meja ruang tamuku. Kepalanya menghantam meja. Matanya berkaca-kaca menahan sakit."Mas, jangan kasar dengan perempuan," kataku dengan gemetar. Kupegang pundak perempuan itu untuk menenangkannya.
Laki-laki itu diam saja. Dadanya naik turun menahan amarah."Silahkan duduk, Mas, Mbak."
Saat laki-laki itu hendak beranjak ke kursi tamuku, tiba-tiba perempuan itu kembali berlari ke pintu, tapi sang laki-laki segera menangkap tangannya, lalu setengah berteriak ia berkata, "Duduk!"
Perempuan itu pun duduk dengan gelisah.Aku hanya bisa terlongong tak mengerti.
"Saya ingin bertemu suami mbak," kata laki-laki itu.
"Suami saya sedang di tetangga sebelah, Mas. Ada hajatan. Maaf, nama Mas siapa?"
"Bilang saja, ada yang mau ketemu dari Malang."
"Sebentar ya Mas, saya panggilkan," kataku seraya beranjak lewat pintu belakang.Setengah berlari aku ke rumah tetanggaku yang sedang ada hajatan. Setelah permisi dengan yang punya hajat, kuhampiri suamiku," Mas, ada tamu. Penting, katanya."
"Siapa?" tanya suamiku saat di perjalanan menuju rumah.
"Nggak tahu, Mas. Ada laki-laki dan perempuan di rumah. Tadi yang perempuan didorong-dorong hingga nabrak etalase dan meja. Kayaknya si perempuan itu nggak mau masuk rumah kita. Jahat sekali laki-laki itu, ya.""Siapa sih, Ma? Ayah kok ga ngerti juga."
"Katanya dari Malang, Yah."
Tiba-tiba suamiku berhenti, lalu berkata," Ma, ayah beli rokok dulu. Nanti ayah nyusul."
Aku pun mengangguk mengiyakan. Kupercepat langkahku agar segera sampai ke rumah.
***"Mas, Mbak, mohon maaf suami sebentar lagi nyusul, masih ada perlu sedikit," kataku.
Laki-laki itu mengangguk, sementara sang perempuan hanya menunduk, resah.
Tak berapa lama kemudian, Kayla anak pertamaku datang membawa empat cangkir kopi."Monggo diminum dulu Mas, Mbak."
Mereka tak bergeming. Aku pun hanya diam, ngeri dengan kejadian tadi. Kulihat pelipis perempuan itu benjol. Ah, kasihan."Mbak, mumpung suami mbak belum datang, saya ingin Mbak melihat ini," ujar laki-laki itu seraya bergeser ke tempat dudukku.
Ia membuka gawainya. Lalu dibukanya WhattsApp.
"Monggo dibaca Mbak. Ini chat suami Mbak, ke istri saya."
(Dik..., Mas sayang adek. Mas, kangen.)Dyarrr!!
Dadaku bergemuruh. Tapi pikiranku masih jernih. Tekadku satu, melindungi keluargaku.
Ada putriku di kamar yang kupingnya cukup tajam untuk mendengar pembicaraan maupun peristiwa ini.Aku mengambil napas sejenak, lalu berkata," Mungkin suami saya mengartikan sayangnya sebagai adik, Mas.
Biasanya chat di WhattApp memang manis Mas, tetapi aslinya tidak seperti itu," kataku dengan penuh kebohongan.
Laki-laki itu tersenyum sinis."Huh! Mbak terlalu baik, sudah ketahuan suami selingkuh masih juga dibela."
Aku hanya tersenyum, walau perih hati ini.
"Kupanggilkan suami saya dulu ya, Mas," sahutku lirih.Aku juga heran, kenapa suamiku lama sekali, padahal tadi janjinya sebentar. Apakah dia sudah tahu siapa tamunya?
Uh!
Hampir saja aku menabrak suamiku, di balik pintu belakang rumah.
"Mas?!"
Suamiku yang biasanya tegas, kadang cenderung arogan kepada istri dan anak-anaknya itu menunduk.
Aku jatuh iba. Kuambil kedua tangannya lalu aku berkata," Aku sudah tahu semuanya. Tentang chat itu kan?"
Ia mengangguk lemah.
"Minta maaflah kepada suaminya. Apapun yang dikatakan jangan disangkal, selalu minta maaf, itu kuncinya."
Ia memandangku dengan mimik bingungnya, tapi kuyakinkan ia dengan menganggukkan kepala.
Kugamit tangan suamiku, dan kami melangkah bersama menuju ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelakor Itu Adalah Suamiku
Short StoryLaki-laki itu datang dengan amarah, melabrak suamiku, membawa bukti chat dan foto.