PART 1
MESJID ANEH
Sarah duduk di shaffnya dengan gelisah. Sudah sejak tadi dia ingin meninggalkan mesjid itu. Ruangnya yang temaram, nada bicara ustadnya yang rendah dan pelan, menggema di telinga meski tanpa pengeras suara. Membuat Sarah semakin tak nyaman, begitu juga Nina. Bocah sepuluh tahun yang duduk disebelahnya itu berkali-kali merengek ingin pulang, tetapi Sarah masih bertahan. Dia tidak enak pada Luna yang mengajaknya. Beberapa orang di barisan depan mulai menoleh karena terganggu. Buru-buru Sarah meletakan jarinya di mulut, agar Nina tidak rewel.
Tiba-tiba Ustad menghentikan ceramahnya. Nafas Sarah tertahan. Takut kalau-kalau Nina ngambek karena merasa di hardik, tetapi ternyata Nina malah diam. Padahal biasanya anak ini paling tidak bisa dilarang.
Seperti menghindari tatapan Sang Ustad, Nina menyurukan wajahnya ke mukena Sarah yang berwarna merah menyala. Warna yang seharusnya tidak dia kenakan di mesjid ini, lantaran dianggap pelambang darah setan. Sayangnya, Luna baru mengatakan hal itu beberapa saat sebelum mereka masuk.
Setelah melihat Nina tak lagi merengek, Ustad melanjutkan ceramahnya; "Dan demikianlah Kami jadikan untuk setiap nabi musuh yang terdiri dari setan-setan, manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan." (QS Al An'am: 112).
Dalam "Tafsir Juz Amma, Syekh Ibnu Utsaimin Rahimahullah menjelaskan, Jin itu berjalan melalui peredaran darah anak Adam. Mereka mendatangi manusia lain lalu mempengaruhi mereka dengan pengaruh yang dihiasi keindahan lalu disusupkan ke dalam hati, hingga akhirnya orang itu mengikuti apa yang mereka bisikkan.
Jin memilih seseorang sebagai tempatnya bersemayam, dikarenakan orang itu memiliki sifat yang disukai oleh jin tersebut. "
Sarah menyentuh lengan Luna pelan, "Aku udahan, ya." bisik Sarah.
Tanpa menghentikan gerakan tangannya yang terus memutar tasbih, Luna mengangguk.
Sarah bergegas merenggut sajadahnya dan berdiri. Tiba-tiba dia merasakan kakinya mendadak kelu. Sarah mencoba menggeser duduknya. Memastikan bahwa kakinya hanya kesemutan. Namun badannya pun tak bisa dia gerakkan.
Spontan Sarah menatap sang ustad tajam. Pasti lelaki berkopiah putih itu penyebabnya. Sang Ustad seperti tidak mengacuhkan tatapan Sarah. Akan tetapi pemberontakan Sarah itu hanya bertahan beberapa detik. Kepalanya seperti dipaksa menunduk. Ubun-ubunnya serasa ditekan dalam-dalam. Dia mulai merasa mual dan pusing.
Sial, kenapa mau saja dia diajak ke tempat ini. Padahal dia juga baru mengenal Luna beberapa bulan lalu. Hanya gara-gara dia perlu seseorang untuk me-review karangannya. Sudah bertahun-tahun, novel berjudul SEEING HEART itu, tak pernah selesai da itulis. Memang dirinya bukan penulis, tetapi Sarah merasa perlu menuangkan kegelisahan akan rahasia hitam yang dipendamnya selama ini.
Ardian_ teman yang dikenalnya melalui facebook_ menyarankan, agar dirinya pergi ke Taman Ismail Marzuki. Di sana banyak seniman yang bisa dimintai masukan.
Saat dirinya menemui Luna, perempuan ini sedang duduk merokok di plaza arena TIM. Wajahnya tirus dan matanya besar. Rambutnya yang panjang diikat seadanya dan wajahnya pucat tanpa make up. Sama sekali tak ada tampang, kalau dia orang yang suka melakukan ritual-ritual agama seperti ini.
"Mau diterbitkan?" tanya Luna saat itu, sambil membolak-balik ketikan Sarah.
"Enggak, Buat pribadi aja. Tapi saya ingin ada yang me-review. Yah, paling nggak bisa kasih masukanlah."
![](https://img.wattpad.com/cover/182990148-288-k934491.jpg)