3

30 8 3
                                    

Ara PoV

"Song Ara?" Sahut seseorang di belakangku.

Hilang, rasa sakit di kepalaku raib tiba-tiba. Dan begitu aku menoleh ke belakang, aku terkejut mendapati diriku mengenal orang yang memanggilku. Wanita itu menatapku dengan sorot mata khawatir, dia lalu memegang dahiku kemudian dahinya, membandingkan suhu keduanya.

"Gwaenchana? Gue liat lu megangin kepala gitu, kayak yang kesakitan banget.." Ujarnya cemas.

"Na... Nahyun-ssi?" Aku mengucapkan nama itu ragu. Ada memori asing yang mengalir di otakku, memori tentang seorang wanita bernama Song Ara. Dan di dalamnya, terdapat gadis ini. Seseorang yang seharusnya masih sangat asing untukku.

Dia mendorong satu sisi bahuku kesal. "Ah jinjja! Lu kenapa gini, sih? Bikin orang khawatir aja!"

Aku menelan ludah. Ini semua.... maksudnya apa?? Kenapa sekarang namaku Song Ara? Dan kenapa aku... mengenal orang ini?

"Gue.. kayaknya.. agak pusing doang kok.." Jawabku. Ini jelas di Korea, tapi berkat keahlianku dalam berbahasa Korea aku dapat memahami perkataannya dan menjawabnya dengan baik.

Terdengar kembali ringtone handphoneku, lagu Call Me Baby nya EXO mengalun menandakan adanya telepon masuk. Aku segera meraihnya dan nama 'Eomma' tertera di layarnya. Jantungku berdegup kencang, ini jelas bukan kehidupanku! Baru beberapa menit yang lalu aku terlempar ke negara ini melalui lubang hitam aneh dan... dan.. kenapa aku sekarang seolah memiliki kehidupan disini? Namaku jelas Claudia Ara dan aku adalah seorang wanita Indonesia! Lalu Eomma siapa yang ada di handphoneku? Dia jelas bukan ibuku!

"Kenapa gak diangkat?" Tanya Nahyun menyadarkanku dari lamunanku.

"Oh! Ah iya.." Aku segera mengangkat telepon itu dan meletakkannya di telingaku.

"Ara-ya, sudah beli yang Eomma suruh beli belum? Udah jam segini kok belum pulang juga?" Sahutnya dari seberang telepon.

Siapa.. siapa kamu?

"Oh.."

Aku... ingat harus membeli apa.

"Maaf.... Tadi Ara jalan-jalan dulu bentar.." Ucapku kemudian.

Ini aneh!

Semua ini... terlalu aneh.

Tapi...

Aku menatap Nahyun di hadapanku sebelum kemudian menelan ludah.

Apa ini mimpi?

Kenapa terasa terlalu nyata?

"Wae?" Tanya Nahyun kemudian, mungkin aku menatapnya terlalu lama sehingga menimbulkan tanda tanya untuknya. Aku hanya menggeleng seraya tersenyum kaku.

"Yaudah. Kalau gitu cepet beli ya sayang. Eomma lagi masak kalau nggak ada itu nggak lengkap." Ucapnya kemudian.

"Ne."

Aku menyelesaikan panggilan handphone itu. Nahyun masih berdiri di depanku, menatapku dengan air muka yang sama, cemas dan khawatir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sognare - Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang