"Jika Bastian tidak juga datang meminangmu sampai seminggu ke depan. Alangkah lebih bijak kau menerima pinangannya."
Duke of Saar benar-benar tidak datang. Sepekan dari ketidakhadirannya dikediaman Katherine dengan maksud menepati janji melamar wanita itu, Duke of Saar tidak diketahui keberadaannya. Laki-laki itu menghilang bak ditelan bumi. Rumor yang beredar, Duke of Saar mati di tangan pencuri yang membawa barang berharganya. Walau demikian, Katherine sepenuh hati tidak mempercayai rumor itu sekalipun yang mengeluarkan Lady Roderick.
Akibat Duke of Saar yang menghilang entah kemana, Katherine terpaksa duduk kaku berhadapan dengan lelaki yang muncul seperti pahlawan. Pahlawan yang menyelamatkan keluarganya dari para rentenir. Pria dingin yang cenderung berbicara seperlunya. Sangat berbeda dengan Duke of Saar. Katherine tidak bisa membayangkan bila harus hidup seatap dengan lelaki dengan setelan hitam di depannya ini. Membosankan.
"Aku sudah mempertimbangkan lamaranmu," Katherine menilik ekspresi wajah pria itu. Tidak ada senyum takjub atau antusias di sana. Hanya wajah kaku dengan tatapan tajam. "Aku meminta syarat."
Setelah menyuarakan permintaannya, Katherine diam. Dia memberi kesempatan pada pria yang duduk di depannya untuk menyuarakan pendapatnya. Katherine berharap, pria itu akan keberatan dengan permintaannya dan membatalkan rencana pernikahan ini.
"Katakan."
Katherine mengangkat kepalanya. Pandangannya jatuh tepat di iris biru yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Pertama, aku ingin kita tidak saling mencampuri urusan satu sama lain."
"Anda yakin?"
Katherine terperangah dengan kalimat formal yang dilontarkan Duke of Westcott. Selain setelan serba hitam yang terkesan membosankan, Duke of Westcott cukup kaku memilih diksi kalimatnya. "Kau keberatan?"
Duke of Westcott masih tetap menatap Katherine dengan tatapan yang sama. Otot-otot tulang rahangnya tampak menegang. "Tidak."
"Sekalipun kau merasa keberatan, aku tak akan pernah mempertimbangkannya."
Duke of Westcott menarik salah satu sudut bibirnya. Dia meletakkan tangannya di atas meja setelah lama bersedekap. "Saya berharap Anda bisa menepati janji Anda."
"Tentu! Pasti akan aku lakukan! Aku tak akan pernah mencampuri urusanmu. Perlu kau tahu, aku sama sekali tidak tertarik dengan segala hal yang berhubungan denganmu."
Duke of Westcott kembali menarik salah satu sudut bibirnya. Katherine dengan berapi-api menawarkan janji yang sangat tidak menarik. Dia bahkan bisa menjamin keyakinan wanita itu tidak akan bertahan lama.
"Kedua?"
Katherine menatap iris biru itu dengan marah. Pria dengan setelan serba hitam ini ternyata jauh dari bayangannya. "Kau tidak boleh menyentuhku sampai Bastian datang."
"Diterima," Duke of Westcott kembali bersedekap. Ditarik sedikit mundur badannya untuk bersandar di kursi kayu milik keluarga Brooke. Ruang kerja yang kecil dan sedikit berdebu milik ayah Katherine sedikit membuat Duke of Westcott tidak nyaman. "Ada lagi?"
"Kembalikan aku pada Bastian jika dia sudah pulang."
"Seperti yang Anda inginkan," Katherine tersenyum sumringah. Seperti anak kecil yang mendapatkan mainan dari ayahnya.
Katherine membubuhkan tandatangan di sudut kiri bawah. Dia kemudian menyerahkan kertas--perjanjian pranikah-- pada Duke of Westcott. Pria dengan setelan hitam itu menerima kertas yang diserahkan Katherine padanya. Duke of Westcott melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Katherine sebelum menyerahkan kertas itu padanya.
Duke of Westcott mengembalikan kertas itu pada Katherine. Wanita bergaun putih itu selanjutnya membubuhkan stempel kebanggaan keluarga Brooke pada lembar kertas itu. Semua yang dilakukan Katherine tidak luput dari pandangan Duke of Westcott.
"Apa Anda sangat mencintai Bastian?"
Katherine melipat kertas itu, lalu menyimpannya di dalam kotak yang dibawanya tadi. "Apa aku masih perlu menjawabnya, Tuan Kaku?"
Duke of Westcott menarik sudut bibirnya. Katherine sibuk mengunci kotak wasiat miliknya sendiri. Wanita itu bahkan tidak terpikir membuat salinan untuk Duke of Westcott. "Apa Bastian juga mencintaimu?"
Katherine mengangkat kepalanya. Pandangannya jatuh tepat di manik mata Duke of Westcott. "Apa maksudmu menanyakan hal itu?" Katherine bahkan memberi penekanan pada akhir kalimatnya.
"Hanya memastikan saja."
"Tentu saja dia juga mencintaiku. Kita saling mencintai. Bastian sudah berjanji padaku akan datang melamar," Katherine menghembuskan napas frustasi. "Hanya saja pencuri sialan itu tidak tahu diri."
Duke of Westcott menarik sudut bibirnya. "Bagus," dia kemudian bangkit dari kursi kayu milik keluarga Brooke. Dia berjalan menjauh dari Katherine dan keluar dari ruang kerja berdebu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tie The Knot
Historical FictionThe Duke's Bride Series Sekembalinya Duke of Saar dari pelariannya, Katherine harus tersenyum pahit. Pasalnya, lelaki pujaan hatinya tidak kembali seorang diri melainkan membawa wanita pujaannya. Haruskah Katherine menjadi wanita ketiga dan menimbul...