Nadira Syaqila Az-zahra

2.1K 53 0
                                    

"Qila kenapa sih? Kok melamun terus?" tanya seorang sahabat qila di pesantren.

"Ustadz kahfi" ucap qila pada temannya.

"Qila qila... Nggak baik kamu memikirkan seseorang yang bukan mahram mu" ucap teman qila menasehati.

"Ustadz Kahfi itu baik" jawab qila sambil terus melamun kan sang ustadz.

"Yaudah lah qil,terserah qila saja" ucap teman qila kesal. Kemudia dia meninggalkan qila di dalam kamarnya.

Nadira Syaqila Az-zahra,gadis belia berwajah imut,berkulit putih,memiliki mata belo dan tubuhnya yang mungil.

Syaqila kini telah berusia 15 tahun. Ia bersekolah di Madrasah Aliyah yang cukup besar di kotanya.

Ia juga salah seorang santri,bukan santri menetap. Dia mengaji di sebuah pesantren yang cukup termasyhur di kotanya.

Ketika satu masa,ia di tugas kan untuk manjadi guru di sebuah TPQ oleh ustadz nya,apa boleh buat,syaqila harus memenuhi keinginan ustadz nya tersebut.

Menjadi guru TPQ bukan hal yang mudah. Mengatur dan membimbing anak kecil juga memerlukan kesabaran yang ekstra.

Syaqila juga di dampingi ustadz nya itu. Mereka mengajar anak-anak kecil bersama.

Hingga akhirnya,rasa kagum terhadap ustadz yang dinilainya keras itu mulai tumbuh.

Rasa yang mungkin hanya rasa kagum terhadap santri dan ustadz nya saja. Namun bagi syaqila,rasa kagum itu terus tumbuh dalam qalbunya.

Syaqila yang tidak mengerti tentang perasaan hanya bisa mengartikan bahwa sang ustadz adalah seseorang yang paling baik,diantara ustadz yang ada di pesantren itu.

Lafadz Cinta Sang Ustadz (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang