Madness

18.8K 1.4K 377
                                    

WARNING! THRILLER— GORE. Adegan berdarah-darah, yang tidak kuat baca, please leave.

Enjoy!

____

Aku pernah melihat tatapan itu di matanya...

Dan aku berlari, sejauh mungkin.

____

Malam yang gelap dan pekat. Aku berjalan sendirian ditengah jalan yang sunyi. Sepi dan dingin yang menusuk kulit membuat tubuhku menggigil. Kulihat pucuk-pucuk pohon dikejauhan yang membentuk bayang-bayang gelap. Angin berhembus dan aku merapatkan jaket.

"Jungkook..."

Langkahku terhenti saat kudengar seseorang memanggil namaku, aku mengeryit, menoleh namun tidak mendapati siapapun. Aku mencoba acuh dan mempercepat langkah. Mendadak, perasaan tidak nyaman menyergapku, perasaan bahwa seolah-olah aku sedang diawasi...

"Jungkook..."

Sekali lagi aku berhenti. Kepalaku menoleh kekanan kiriku dan lagi, tidak kudapati siapapun. Kulitku meremang, aku menggeleng keras. Tidak, aku pasti salah dengar. Tidak ada yang memanggilku. Aku hanya berhalusinasi. Aku melanjutkan langkah—

"Jungkook..."

Aku membeku. Kepalaku menoleh perlahan kesebuah gang kecil, suara itu berasal dari sana, mataku menyipit dan aku mengeryit saat yang kudapati hanyalah kegelapan tak berujung. Namun aku merasa bahwa, ada seseorang disana. Pelan-pelan kulangkahkan kaki mendekat, menelisik setiap sudutnya, siapasiapa yang ada diujung sana?

Kemudian aku terkesiap. Menahan napas saat melihat sepasang mata sedang menatapku dari sana.

Aku melangkah mundur, jantungku berdentum begitu keras. Tiba-tiba lampu jalan diatasku berkedip korslet sebelum mati. Aku ditelan kegelapan. Tubuhku berkeringat dingin, tenggorokanku mendadak kering.

Sekali lagi aku mendengarnya.

"Jungkook..."

Dan aku berlari, lari sekencang-kencangnya.

Telingaku mendengar tawa samar dibelakangku, tawa yang menggema di kegelapan malam.

____

Aku mengisi bathup dengan air hangat lalu menaburkan garam mandi. Kulepaskan seluruh pakaian yang melekat ditubuhku dan masuk kedalam air.

Punggungku menyandar pada dinding bathup, mataku terpejam. Pikiranku melayang pada mata dalam kegelapan yang menatapku... suara yang memanggilku... siapa? Aku bertanya-tanya.

Baru seminggu aku berada disini, saat aku berumur sepuluh tahun, ayah dan ibuku membawaku keluar negeri. Setelah menghabiskan masa kecilku di New York, aku memutuskan untuk pulang ke Korea dan berkuliah disini sementara orangtuaku tetap menjalankan bisnisnya diluar negeri. Dan selama itu pula aku merasa janggal, seolah-olah ada yang mengawasiku, seolah-olah ada yang selalu memantau pergerakanku...

Aku sedikit takut, namun aku tidak mungkin bicara pada ayah dan ibu, aku tidak ingin mereka khawatir. Mereka adalah orangtua yang protektif, dan percayalah— butuh usaha sangat keras untuk meyakinkan bahwa aku akan baik-baik saja sendirian di Korea.

Aku mendengar bel apartemen berbunyi. Aku mengeryit, siapa? Aku turun dari bathup, menyambar bathrobe dan memakainya. Kudengar bel pintu berbunyi berkali-kali. Aku berjalan cepat kepintu depan dan membukanya tanpa melihat interkom. Alisku terangkat naik, tidak ada siapa-siapa.

Madness - VkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang