Part 1

87 9 8
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Sabrina Sakhi binti Furqon dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah." ucap para tamu undangan dengan semangat.

Penghulu pun mengangkat kedua tangannya untuk mendokan kedua mempelai. Para undangan mengikutinya dan mengaminkan doa penghulu.

Sesudah penghulu berdoa. Kini kedua mempelai saling bertukar cincin. Para undangan bersorak gembira, walau pun pernikahan ini hanya sederhana, terlihat pasangan yang baru menikah itu sangat bahagia.

Waktu terus berputar. Jam menunjukan pukul 12 malam, acara resepsi pun sudah usai, kedua memepali dan keluarga pun terlihat letih.

"Nak Azka." ucap wanita paruh baya yang mengenakan gamis berwarna coklat muda.

"Iya, umi."

"Umi titip Sabrina ya? Jangan sakitin dia, kalau ada masalah selesaikan dengan kepala dingin."

Pria yang bernama Azka itu hanya tersenyum simpul dan menganggukan kepalanya.

"Umi sama abi pamit ya?"

"Umi nggak mau pamit sama Sabrina dulu."

"Nggak usah nak, biarkan dia istirahat. Insya Allah kalau besok umi ada waktu, umi akan kesini."

"Iya umi."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Maryam dan Furqon pun bergegas pergi dari rumah keluarga Azka. Berlalu Azka pergi menuju kamarnya, saat ia membula pintu. Terlihat seorang wanita duduk di kanan ranjang yang kini sudah menjadi istrinya.

"Belum tidur? Baru saja umi sama abi pamitan."

"Loh, kok nggak pamitan sama aku."

"Mereka nggak mau ganggu istirahat kamu. Jadi, mereka langsung pergi."

"Oh, ya sudah."

"Ya sudah, sekarang kamu tidur ya? Kamu terlihat sangat capek."

Sabrina hanya mengangguk. Lalu ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia berusaha tidur, tapi tak bisa-bisa. Ada yang ia pikirkan, hatinya gunda.

"Ah, mungkin ini cuman dugaanku saja. Aku nggak boleh suudzon sama suamiku sendiri." gumam Sabrina.

Tanpa ia sadari. Laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya telah duduk di sebelah kanannya.

"Kamu belum tidur?"

Sabrina hanya menggelengkan kepalanya. Sedangkan Azka hanya menatap istrinya dengan wajah kebingungan.

*****

"Mas Az."

"Hmmm." ucap Azka yang tubuhnya masih dibaluti selimut tebal.

"Masss bangun, sudah jam 7. Katanya mau nganterin aku ke rumah umi sama abi."

"5 menit lagi."

"Ya udah, biar aku ke rumah umi sama abi sendiri."

Ia pun beranjak berdiri dari atas ranjang dan pergi keluar kamarnya. Sedangkan Azka sudah terlelap dalam tidurnya.

Terlihat wanita yang mengenakan gamis berwarna coklat muda dan dibaluti dengan hijab yang warnanya sama dengan gamis yang ia kenakan. Wanita itu menelusuri trotoar bersama seoarang anak kecil. Tak ada kendaraan satu pun yang berhasil ia temui, ia bingung harus pergi kemana lagi, sedangkan ia tidak tahu kota Jakarta.

Seketika ia menghentikan langkah kakinya, ia melihat tukang somai. Sebenarnya ia sangat lapar, ia ingin makan. Tapi, uang sama tasnya hilang entah kemana.

Cinta Setelah AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang