Hujan terus mengguyur tubuh ringkih Aoi yg terjatuh ketanah berlumpur membuat kemeja putih itu berganti warna menjadi coklat, Aoi bangkit perlahan dari lumpur itu, air mata terus turun bersamaan dengan hujan yg makin membasahi pipinya, semakin kebingungan tentang apa yg terjadi, isakan pelan yg di keluarkanya perlahan berubah menjadi sebuah teriakan memilukan.
"Sayonara…"
Kata itu kata-kata yg terakhir yg terucap dari bibir tipis milik Aoi sebelum Aoi pergi meninggalkannya, shirofuku menatap kosong jendela dihadapannya sampai tidak menyadari langkah kaki milik nozaki di ruangan serba putih itu.
"Dimana Aoi?" Sebuah pertanyaan penuh keputusasaan dilontarkan oleh nozaki, bagai berbicara dengan udara kosong Shirofuku tidak menjawab itu, dengan kesal nozaki meninggalkan shirofuku sendirian.
Nozaki berjalan keluar rumah untuk mencari aoi lalu duduk di tangga sebuah jembatan penyeberangan jalan menyandarkan kepalanya di tembok jembatan tak peduli dengan hujan yg terus mengguyur tubuhnya hanya satu yg dia pikirkan dimana aoi? Nozaki memejamkan matanya menengadah ke atas membiarkan hujan membasahi wajahnya.
Nozaki akan bangkit tapi sebuah tanagn yg membawa kain yg sudah diberi obat bius membekapnya dia terus berontak tapi tenaganya tidak sebanding dengan orang itu, nozaki mulai kehilangan kesadarannya
"Love aku akan membawa mu jauh, aku akan membahagiakanmu, kau tak perlu bekerja pada iblis itu lagi sayang" ujar orang itu mengangkat tubuh Nozaki dan memasukkan ke dalam mobilnya, Nozaki ingat suara itu, suara dari seseorang yg terobsesi padanya, seorang kolega dari Shirofuku
"Yoon…gi" ucap nozaki bersamaan dengan hilangnya kesadaran miliknya.
.
.
"Kumohon tunggu aku disini ya?"
Kata itulah yg menahan nibansenji agar tidak beranjak dari tempat nya saat ini, Nibansenji duduk bersila di belakang rumah, tempat yg gelap sambil menunggu kekasihnya datang.
Menghela nafas berat berkali-kali lali memperhatikan tangannya, tangan yg sudah ternoda oleh darah orang yang tidak berdosa, Nibansenji membasuh tangan itu dengan air yg menggenang di bawahnya membuat air itu berubah kotor dan berlumpur berharap bekas itu hilang walaupun itu tidak pernah terjadi."Aoi"
Sang pemilik nama terperanjat dan bangkit lalu melihat seseorang yg memanggilnya
"Tomitake, kumohon bantu aku! kumohon katakan pada shiro-san bahwa 'dia' tidak akan menganggu shiro-san kumohon biarkan kami hidup! Kumohon tomitake-san katakanlah kepada shiro-san dia hanya mendengar dirimu" Aoi mencoba menggenggam tangan Tomitake tapi dihempaskan begitu saja oleh Tomitake
"Kumohon turuti saja kemauan shiro-kun" ujarnya setengah membentak Aoi tapi aoi terus saja merengek meminta tolong pada Tomitake
"Bisakah kami bertiga Hidup tenang!?!?" Bentak Tomitake karena kehilangan kesabaran nya lalu mendorong tubuh aoi hingga jatuh terlentang dan mencekiknya, tangan Aoi mencengkeram erat bahu milik Tomitake sambil berontak air matanya mengalir bersamaan dengan hujan yg membasahi wajahnya, perlahan cengkraman tangan itu mengendor dan lepas dari bahu Tomitake bersamaan dengan aoi yg menghembuskan nafas terakhirnya. Tomitake melepaskan tangannya dari leher milik Aoi, Tomitake menutup matanya dan bangkit lalu menengadah menangis tanpa suara dan berteriak dengan kencang. Hutangnya sudah lunas dia sudah tidak punya janji lagi, tujuannya sekarang cuma satu yaitu kekasihnya, berjalan dengan lunglai meninggalkan jasad aoi yg mulai tertutup oleh lumpur sambil mengumamkan satu nama
"Senji-kun….."Flashback
"Anda memanggilku?" Tomitake mengulurkan tangannya pada Shirofuku sang sahabat, tapi tidak digubris oleh sang pemilik aneh dengan perilakunya akhirnya Tomitake menurunkan tangannya
"Kau berjanji akan selalu membantuku kan? Berjanjilah untuk membantuku saat ini" Shirofuku memecah keheningan diantara mereka
"Aku selalu menepati janjiku kan?" Tomitake mengulurkan lagi tangannya pada Shirofuku tapi lagi-lagi tak digubris oleh Shirofuku.
" Bagus, bantu aku untuk menyakinkan Aoi untuk melakukan itu, lakukan segala hal jika dia menolak bunuh saja" ujar Shirofuku enteng tanpa menunggu jawaban dari Tomitake Shirofuku membalikkan badannya dan berjalan menjauhi Tomitake yg menunduk memikirkan sesuatu tapi tak berapa lama Shirofuku berhenti
"Lakukan itu atau bayi yg ada didalam perutmu akan kehilangan ayahnya" ujarnya lalu menengok ke belakang sambil menatap sedih Tomitake lalu berjalan lagi menjauhi Tomitake yg semakin kebingungan
"Kau berubah shiro-kun" Tomitake bergumam pelan, mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yg mendengar percakapan mereka dibalik tembok
