1: Always There

39 10 1
                                    

Malam ini, lagi-lagi gadis itu harus mendengar perdebatan kedua orang tuanya. Duduk termenung di balkon kamar, berusaha menahan tangisannya agar tidak terdengar oleh siapapun. Dialah, Min Yena.

Sementara itu, diseberang sana, lebih tepatnya di dalam kamar rumah depan. Seseorang menatapnya dengan penuh kekhawatiran. Melihat gadis yang selama ini dia lindungi menangis, untuk yang kesekian kalinya. Tangisan gadis itu adalah kelemahan dari seorang Jeon Jungkook.

Dengan penuh kekhawatiran, lelaki bermarga Jeon itu berlari menuruni tangga, keluar dari rumahnya untuk menghampiri gadis yang sampai saat ini masih Jungkook anggap sebagai gadis kecilnya. Memanjat dinding untuk menaiki balkon kamar dimana Yena berada. Karena tidak mungkin untuk ia memasuki rumah Yena, sedangkan kedua orang tuanya sedang bertengkar disana.

Tidak butuh waktu lama bagi seorang Jeon Jungkook untuk memanjat dinding itu. Segera ia menghampiri Yena dan langsung memeluknya. Membiarkan gadis kecilnya itu mengeluarkan segala kesedihannya didalam dekapannya. Setelah kakak satu-satunya meninggalkannya tidak tau kemana, hanya Jungkook yang bisa Yena percaya.

Yena membalas pelukan Jungkook dengan sangat erat, menumpahkan seluruh air matanya, tidak peduli dengan baju Jungkook yang basah karenanya. Setelah tangisan Yena mulai mereda, Jungkook melonggarkan pelukannya untuk melihat wajah cantik sahabatnya itu tanpa berniat melepaskannya.

"Jangan menangis lagi, hm? Kau menyakitiku". Jungkook menghapus sisa air mata yang ada dipipi Yena. Gadis itupun kembali menyadarkan kepalanya pada dada bidang Jungkook, memeluknya kembali. Tidak ada lagi suara dari kedua orang tuannya.

"Yena, kau ada di dalam. Apa kau sudah tidur?". Suara ketukan sekaligus seruan dari Mama Yena dari luar kamar.

"Kau yang bukakan atau aku yang bukakan?". Jungkook tau gadisnya itu tidak akan membukakan pintu tersebut. "Baiklah, aku akan bukakan dulu. Lepaskan pelukanmu Nona Min, kau membuatku sesak". Canda Jungkook yang di akhiri kekehan. Yena mengerucutkan bibirnya, melepaskan pelukannya pada Jungkook. Jungkook berjalan menuju pintu kamar Yena.

"Loh Jungkook?". Tanya Mama Yena. Kehadiran Jungkook sudahlah menjadi hal lumrah. Maka dari itu, Nyonya Min tidak pernah merasa risih ataupun marah. Ia tau hanya Jungkook lah tempat bersandar untuk Yena.

"Halo Bi". Jawab Jungkook membungkuk sambil tersenyum lebar menampilakan dua gigi kelincinya. "Maaf Bi, Jungkook tadi naiknya manjat".

"Tidak apa apa nak. Seharusnya Bibi yang harus berterima kasih karena selama ini kau selalu ada buat Yena". Ucap Nyonya Min dengan tersenyum sendu.

"Tidak perlu terima kasih Bi, itu udah jadi kewajibanku untuk menjaga Yena. Itu adalah janjiku. Bibi jangan khawatir, oke?". Jungkook mencoba meyakinkan Nyonya Min.

"Baiklah. Bibi percayakan Yena padamu Jung. Jaga Yena dimanapun dia berada, Janji ya sama Bibi". Nyonya Min mengusap lembut surai Jungkook, lelaki yang selama ini sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri.

"Janji Bibi". Jungkook sudah berjanji akan menjaga Yena dari sejak mereka kecil. Maka dari itu, dia akan menjaga Yena dengan segala kemampuannya. Walaupun Jungkook tau, mungkin kelak Yena akan menemukan seseorang yang akan benar-benar melindunginya.

Meski begitu, Jungkook tidak pernah berhenti berdoa kepada Tuhan supaya kelak dialah yang akan dijadikan sebagai pendampingnya Yena. Tidak salah bukan jika Jungkook berharap?

                               ⚛⚛⚛⚛⚛⚛

Setelah kesedihan Yena mulai mereda, Jungkook dan Yena memutuskan untuk menikmati angin malam di balkon kamar. Udara dingin menemani mereka yang sedang menerawang langit gelap. Yena berdiri membelakangi Jungkook yang sedang duduk dikursi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Help Me, Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang