Chapter 1

11 1 0
                                    

"Ellise, di mana tasku!?"

Kebisingan menyelimuti kediaman keluarga Houston di pagi hari. Pasalnya, Marie Houston, salah satu putri dari keluarga itu, tampak sibuk mempersiapkan barang- barang yang akan dibawanya ke akademi. Eh, bukan, maksudnya Ellise Houston.

"Ini Marie," ucap seorang gadis berambut merah kecokelatan sembari menyodorkan sebuah tas kulit berwarna hitam kepadanya.

"Sepatuku? Sepatuku di mana!?" raungnya kesal sambil membongkar lemari pakaiannya.

"Di sini .." Ellise berjalan ke arahnya sambil menyerahkan sepasang sepatu.

"Loh, kalung favoritku nggak ada? Aku tidak mungkin pergi meninggalkan rumah tanpa kalung itu!"

Gadis dengan ikatan rambut fishtail braid half updo itu menghela napas.

Hari itu, kedua puteri keluarga Houston akan berangkat ke akademi khusus bangsawan untuk belajar. Banyak hal yang harus dipersiapkan karena keduanya akan tinggal di asrama.

"Lelah sekali," ucap Marie sambil beranjak duduk di kereta (kuda). "Masih lama ya!?", teriak Marie kepada Ellise yang masih sibuk mengurusi barang bawaan.

"Sebentar lagi kok,", balasnya.

Setelah selesai meletakkan koper yang terakhir, Ellise menyusul Marie.

"Ellise, Marie," Terdengar panggilan kedua orang tuanya di balik tirai jendela.

"Jagalah diri kalian baik-baik. Belajarlah dengan giat. Setelah kalian lulus, Ibu yakin, kalian akan kembali sebagai seorang lady yang sesungguhnya,"

"Jangan lupa untuk tetap bersikap rendah hati. Walaupun keluarga kita bergelar tinggi, bergaullah juga dengan mereka yang bergelar rendah,"

Marie dan Ellise mengangguk.

"Kami pasti akan menjadi seorang lady yang dapat mengharumkan kediaman Duke Houston. Selamat tinggal!" lambai mereka, sementara kereta kuda bergerak meninggalkan kediaman itu.

"Aku tidak sabar, Marie. Kira-kira, seperti apa ya, Royal Academy itu?" ucap Ellise dengan nada penasaran dan mata berbinar-binar.

"Hmph, pastinya Royal Academy itu merupakan tempat khusus untuk kaum bangsawan seperti aku," jawabnya angkuh.
"Banyak anak bangsawan yang belajar di sana, termasuk sahabat karibku, Eugene dan Carla,"
"Bahkan, kudengar Yang Mulia Putera Mahkota Frederick juga belajar di sana,"

"Yang Mulia Frederick?"

Marie mengangguk.

"Oh iya, kamu masih ingat perjanjian kita, kan? Selama kita di akademi, kamu harus tetap melayani aku dan teman-temanku. Ingat! Jangan sok akrab denganku karena aku nggak mau dianggap berteman baik sama anak yang bukan berdarah bangsawan murni seperti kamu,", ucap Marie.

"Iya, aku mengerti kok," jawab Ellise seakan-akan kata-kata itu bukan hal baru lagi.

Di Royal Academy ...

"Akhirnya sampai juga!"

Kedua puteri Houston tiba di akademi saat hari sudah mulai senja.

"Urus barang-barangku ya. Aku mau mencari Eugene dan Carla. Kudengar mereka sudah tiba kemarin," Tanpa berpikir panjang, Marie berangkat mencari sahabatnya itu.

"Nona Ellise jalan-jalan saja. Biar saya yang merapihkan barang-barang Nona dan Nona Marie," ucap Mrs. Camelot, pelayan yang diutus untuk mendampingi kedua puteri itu selama perjalanan.

"Hmm .. nggak apa-apa kok. Saya bantuin juga ya,"

*Timeskip*

"Karena tugas saya sudah selesai di sini, saya izin kembali ke kediaman Houston ya, Nona. Sampai jumpa," Mrs. Camelot membungkukkan badan sambil menekuk satu kaki ke bawah (Curtsy) sebelum melangkah menjauhi kamar.

"Baiklah ..." Ellise meregangkan tangan dan kakinya. "Lelah juga seharian ini," gumamnya sambil melihat sekelilingnya. "Selagi Marie bersama teman-temannya, lebih baik aku memanfaatkan waktu ini untuk beristirahat," pikirnya sambil tertawa kecil dan meninggalkan asrama menuju bukit kecil di belakang akademi.

"Memang, waktu luang itu yang terbaik ya," pikirnya sambil menaiki pohon besar di depannya.
Ia cukup yakin akan climbing skillnya karena sebelum menjadi putri keluarga Houston, ia adalah seseorang yang mahir memanjat pohon.

"Pemandangan yang indah," gumamnya saat menyaksikan matahari yang perlahan jatuh ke peraduan sembari dibelai angin sejuk nan sepoi-sepoi.

Banyak yang terlintas di pikirannya, termasuk kenangan masa kecilnya di tempat tinggal lamanya yang sekarang sudah tiada lagi.

Dulunya, Ellise tinggal di sebuah panti asuhan. Namun, tiba-tiba kobaran api meronta-ronta di malam hari membakar rumah yang dipenuhi dengan kasih sayang itu. Tidak ada satupun harta benda yang tersisa. Semuanya hangus dilalap jago merah itu. Sampai sekarang, ia tidak tahu ke mana saudara-saudaranya pergi. Akibat insiden kebakaran itu, semuanya terpisah.
Setelah kejadian itu, ia sempat tinggal di jalanan karena tidak memiliki rumah. Namun, takdir telah mempertemukannya dengan Duchess Houston, sehingga ia sekarang diangkat sebagai anak dari keluarga Houston.

Ellise selalu berniat melupakan malam yang menyakitkan itu, namun pemandangan di balik bukit telah mengingatkannya kembali kepada keluarga lamanya. Tanpa sadar, air matanya berlinang, jatuh membasahi pipinya di bawah langit berwarna oranye itu.

".... kamu .. kenapa menangis?"

Di antara desiran angin yang menganyunkan dedaunan, sepasang bola mata yang menggambarkan lautan luas bertanya kepada gadis itu dari bawah pohon.

"Siapa?" timpal gadis itu sebelum kehilangan keseimbangan dan bergerak ke arah tanah.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two Different WorldsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang