Nine

3.2K 541 29
                                    

Walau hanya beberapa bulan baru mengenal Nana tapi aku sudah tau apa pun itu tentang dirinya, mulai dari kepribadiannya, apa yang disuka atau pun tidak, bahkan kebiasaan kecilnya seperti di pagi hari minggu ini dia harus meminum kopi. Aku sangat marah ketika tau dia begitu kecanduan kopi dan dia bisa menghabiskan beberapa cangkir kopi dalam sehari.

"aku bisa stress kalau tidak meminumnya" rajuknya kala itu.

Dan aku juga bisa stress kalau sampai terjadi apa-apa pada tubuhnya, terlalu banyak mengkonsumsi kafein sangat tak bagus untuk tubuh.

"Kopi lagi" kataku malas melihat Nana yang sudah duduk manis di meja makan sembari menyesap kopinya.

Nana hanya tersenyum, dia memberi isyarat dengan matanya untuk menyuruhku duduk disampingnya. Aku mendekatinya, aku ambil cangkir kopi dari tangannya dan meletakkannya diatas meja. Nana kutarik berdiri, dia menurut dengan wajah bingung. Aku duduk dikursi yang didudukinya tadi, lalu menarik Nana kembali duduk dia atas pangkuanku. Dia terkekeh pelan, aku tidak peduli yang perlu aku lakukan hanyalah melingkarkan tanganku diperutnya dan menyesap aroma tubuhnya.

"aku belum mandi" Nana mencoba melepas pelukanku begitu aku mulai mengendus-endus lehernya.

"biar begini dulu Na, hari ini aku akan pulang Jaehyun-hyung dan Taeyong-hyung malam ini akan datang" beritahuku, dia menghentikan aksinya dan malah mengelus-ngelus tanganku.

.

Aku mendorong troliku, saat ini aku dan Nana berbelanja bahan makanan. Nana tadi ingin masak untuk sarapan kami dan ternyata kulkas kosong mau tak mau Nana harus berbelanja tapi aku memaksa ikut jadilah kami berdua ke supermarket tak jauh dari apartementnya.

"yang ini atau yang ini?" aku memutar kedua bola mataku, Nana menanyakan itu lebih dari lima kali. Inilah yang tak kusukai berbelanja dengan Nana otaknya ibu-ibu sekali, dia selalu membandingkan harga dan kualitas barang yang ingin dibelinya. Itu membuang-buang waktu cukup lama.

"yang mana?" tanya Nana frustasi. Aku menunjuk daging A yang berada di tangan kirinya.

"ya Tuhan ini mahal sekali, coba kamu lihat bukankah ini sama dengan yang ini?" Dia memperlihatkan daging B ditangan kanannya.

"yasudah yang itu saja" kataku.

"tapi aku ingin yang ini karena terlihat lebih segar" dia kembali memperlihatkan daging A, aku hanya bisa pasrah.

.

Melihat ke arah jam dinding itu sudah menunjukkan pukul 12 siang, seharusnya aku sudah harus pulang untuk beres-beres rumah yang sudah hampir selama seminggu tidak dihuni itu. Tapi, aku tak bisa meninggalkan Nana apalagi dia sudah jatuh tertidur. Sehabis makan dia langsung menjatuhkan diri di sofa, begitu aku kembali selesai dari mencuci piring tau-tau dia sudah tertidur. Aku tersenyum melihat wajah damainya yang terlelap."

"Nana-ya~" aku membangunkannya pelan, dia membuka matanya perlahan. Mengerjab-ngerjabkan matanya sebentar, dia melihat ke arahku. Tak berapa lama dia memejamkan matanya lagi tentu aku kelabakan makanya aku mencium pipinya terus menerus mengganggu acara tidur siangnya.

"Jeno" Nana mencoba mendorong tubuhku tanpa membuka matanya.

"aku ingin pulang ini sudah siang, aku harus beres-beres sebelum kedua hyungku datang" kataku. Nana membuka matanya. Dia segera duduk, aku agak khawatir melihatnya memegang kepalanya.

"apakah masih sakit?" tanyaku cemas, dia menggeleng.

"pulanglah" katanya dengan nada dingin, aku mencium pipinya gemas. Saat ini ada yang merajuk rupanya.

"aku akan menelvon begitu aku sampai rumah" dia hanya cemberut. Mau bagaimana lagi kalau aku masih berlama-lama disini tidak ada waktu untuk berbenah rumah, dan aku yakin Taeyong-hyung pasti tak ingin beristirahat bila melihat rumah berantkan.

" Dan jangan terlalu banyak meminum kopi sayang" nasehatku sembari memberi kecupan di dahinya.

Aku pulang lewat tengah hari dan untung saja karena Haechan dan Mark datang tanpa ku undang tiga puluh menit setelahnya.

"aku menunggu Jaehyun-hyung dan Taeyong-hyung membawakan oleh-oleh" jelas Haechan tanpa dosa, ketika aku bertanya mengapa mereka kesini.

"Jeno-ya" panggil Haechan.

"hmm?" jawabku, saat ini aku sibuk menyapu lantai. Kedua tamu yang tidak diundang malah sibuk bertukar kasih di sofa bukannya membantuku.

"Jeno-ya, kau tau kan ujian semester tinggal beberapa minggu lagi? Aku dan Mark berencana menghabiskan liburan di villa keluargaku dan villanya persis di pinggir pantai. Kau ikut ya.. aku ajak Woojin, Guanlin, sama Baejin kok. Nanti kita senang-senang menghabiskan liburan disana" celoteh Haechan.

"lagi pula kita hampir tiga tahun kenal masa tidak pernah liburan bersama? Yayaya please ikut ya?" pintanya dengan sok imutnya, aku berdecih sebelum mendekatinya lalu menoyor kepalanya.

"jangan gitu, si Mark sudah menembakkan laser dari matanya tuh" Kataku, si Mark jadi salah tingkah padahal tadi dia sudah melotot sempurna saat Haechan sok imut berbicara padaku.

Aku mendesah, tertarik sih sebenarnya ingin ikut Haechan. Apalagi dengan teman-teman yang sangat akrab denganku semenjak aku tiba di Seoul. Tetapi, ada Taeyong-hyung yang setiap tahun selalu berhasil menyeretku menghabiskan libur musim panas di ruamah keluarga besarnya.

"nanti aku bicara pada Taeyong-hyung deh" tawar Haechan, dasar cenayang.

Taeyong-hyung dan Jaehyun-hyung datang saat malam, kami bertiga antusia menyambut keduanya. Haechan sangat senang dibelikan banyak sekali oleh-oleh dari Taeyong-hyung dan mereka berdua kini saling bergosip dikamar mengabaikan aku,Mark, dan Jaehyun-hyung di ruang keluarga.

"Jeno-ya!" aku menoleh ke arah Haechan yang sumringah selepas dari kamar kedua hyungku.

"kata Taeyong-hyung boleh!" pekiknya senang. Aku mengangkat kedua jempolku, sampai aku sadar itu artinya aku bakal lama tidak bertemu Nana!.

.

Nana tertawa mendengarkan ceritaku tentang ajakan Haechan, aku cemberut. Dia sepertinya suka tidak bertemu denganku.

"kalian harus membuat kenangan yang manis, ini tahun terakhir kalian bersama" katanya.

Aku meraih tangan Nana dan mengenggamnya.

"kamu gak mau liburan sama aku?" tanyaku penasaran.

"pengen sih, tapi kan kita bisa liburan kapan-kapan. Lagi pula aku pasti sibuk merekap nilai kalian" ucap Nana. Aku mengangguk.

"jangan nakal lho di pantai.. nanti aku marah kalau Jeno nakal" katanya dengan sok galaknya. Aku tertawa, lalu mencubit gemas pipinya.

"gak akan nakal... belum aku mulai nakal pasti Guanlin sama Woojin udah start duluan" gantian dia tertawa mendengar perkataanku.

"issh, tapi Jeno lebih cakep dibanding dua itu" katanya tanpa sadar, aku gemas jadi kucium bibirnya.

"iya cakep tapi cuman buat Nana" dia mencubit tanganku, pasti deh buat menghilangkan malunya.

"ngomong-ngomong masalah ujian, aku sudah evaluasi nilai kamu. Dan kamu buruk di Biologi, duh nilainya hancur banget. Kamu belajar apa enggak sih?"

"jangan salahin aku dong Na... Salahin Chanyeol-Ssaem yang cuma hobi menjelaskan bab reproduksi jadi aku taunya cuma itu kan wajar nilainya hancur" Nana kembali mencubit tanganku. Dia mendelik, lucu sekali.

"alasan terus" gerutunya, aku memeluknya. Kami berdua jatuh dalam keheningan tetapi masih saling memeluk tubuh satu sama lain.

"Na~" panggilku,dia mendongak menatapku.

"yuk kita praktek bab reproduksi biar wawasanku bertambah"

.

.

Yak sampai jumpa tahun depan semuanya~ pai-pai~!

Seongsaenim! I Love You! [ Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang