CHERRY BLOSSOM

100 7 5
                                    

Cinta adalah rasa yang berlabuh di lubuk hati, berdampingan dengan sebuah kasih sayang. Bersarang dalam kalbu dan beranak pinak. Kini aku berpijak pada tanah lembab yang merupakan bagian dari masa laluku. kampung halaman....

Aku baru saja meninggalkan ibu kota dengan segala hiruk pikuknya. Pekerjaan yang menyibukkan. Karir yang menyita waktu semua orang dari keluarganya. Pendidikan yang mengikis masa bermain yang menyenangkan. Bangkok... dulu dia tidak begitu. Dulu ia tidak seramai itu.

Sekarang aku sampai desa yang dipenuhi gadis remaja yang lugu dan sopan. Belum banyak tersentuh oleh budaya westernisasi. Ku ikuti setapak demi setapak jejak masa remajaku. Canda.. tawa... bahagia.. bahkan kuncup cinta.

"anak itu..." sudut bibirku menyeringai mengingatnya.

Ahh... tidak.. barangkali hanya masa silam. Tapi aku mengingatnya dalam setiap nafasku. Dalam setiap kedipan mataku maka bayangan dirinya selalu ada.

"Arthit" kugenggam jiwanya yang diberkahi atas kelemah lembutan yang azali.

Beberapa tahun silam yang begitu berbunga kenangan.

Aku adalah seorang anak miskin dari desa. Ayah bekerja sebagai petani bunga dan ibuku penjual bunga hasil panen ayahku. Dan aku adalah anak sekolah dengan beasiswa dan mempunyai pekerjaan paruh waktu yang serabutan. Mulai dari membantu berjualan surat kabar harian, mencuci mobi dan motor, mengantar barang, menjual bunga dan lain sebagainya yang dapat menghasilkan uang demi biaya hidup semasa itu.

Angin bergerombol mendatangi tubuhku seraya mengahantarkan wewangian senja. Wangi yang mungkin tak asing bagiku.

"bunga akasia" bisiku pada mereka yang berlalu dan membawanya pergi kembali.

Cinta yang terpendam...... begitu orang-orang menyimbolkan bunga yang disemai oleh orang tuaku. Saat panen ayah menyunting bunga akasia dengan penuh senyum dan cinta yang hangat. Mengikatnya menjadi sekelompok tangkai bunga yang indah penuh keanggunan. Ibu akan menjaga lapak bunganya. Kami memang tidak memiliki toko bunga. Tapi ayah membangun gubuk beratap terpal di pinggiran ladang. Dan ibu akan senantiasa menjaganya dan menjual beberapa bunga di sana. Meski ladangnya bukan tanah milik kami, ayah bertugas menjual hasil panen dan membagi keuntungan dengan pemilik lahan. Sementara aku?.. aku akan menghampiri sekerumunan orang di jalan dengan meneriakkan 'bunga akasia!.... bunga krisan.. bunga lili.. berikan bunga-bunga yang indah ini untuk kekasihmu!...."

Dan akupun tersenyum mengingat masa kecilku yang begitu hangat. Sehangat senyuman pelanggan bunga spesialku. Arthit....

Ia adalah anak dari seorang dokter desa yang baru pindah bertugas ke wilayah desaku. Dari desa ke dasa, begitulah tugas ayahnya yang membuat tempat tinggalnya juga ikut berpindah-pindah. Setiap Minggu Arthit selalu ada di klinik kesehatan di desa membantu tugas ayahnya sebagai apoteker pribadi. Meski masih sekolah, anak itu sudah terbiasa dengan berbagai macam obat yang dipelajari dari ayahnya.

-

Beberapa tahun silam

"huksss.... Pho...."

Dari balik tembok sekolah yang lapuk aku mendengar rengekan. siswa kelas senior tengah memojokkan adik kelasnya, menjadikannya bulan-bulanan cemoohan. Aku melihat sepasang kaki dengan satu kaki yang lebih kecil dan kaki lain dari anak itu berdarah darah. Aku berdecak malas, lagi-lagi ia yang dibully. Mungkin seharusnya ia masuk ke sekolah luar biasa saja. Bukan sekolah yang regular seperti ini. Tapi karena di desaku belum ada sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus biasanya anak-anak itu tidak sekolah.

"aku hanya ingin melatihmu, kakimu yang kecil itu masih bisa berguna untuk jalan kan?... hahaha.." tawa P'Prem terbahak-bahak bersama kawanan temannya yang seperti sekelompok anjing melolong.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CHERRY BLOSSOMWhere stories live. Discover now