02 BIMA PUTRA GIDEON

27 6 0
                                    

Safira azkia : Perumahan Cempaka, Jl. Pattimura no. 12A

Kirana tiba di depan rumah dengan alamat yang Safira kirim semalam. Kirana keluar dari mobil dan berjalan menuju rumah Nenek Safira.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Sebentar,"
Safira menaruh sup ayam buatannya diatas meja makan lalu berpamitan dengan Neneknya.

"Nek, aku berangkat dulu ya, aku buatkan sup untuk Nenek."
"Lain kali enggak perlu repot-repot, ra,"
"Gakpapa, Nek, kan aku sayang Nenek," ucapnya lalu memeluk sang Nenek.
"Terimakasih, ya. Kamu belajar yang tekun. Jangan kecewakan Nenek dan Papahmu ya?"
"Iya, Nek," Safira melepas pelukannya lalu mencium tangan Neneknya.
"Assalamualaikum, Nek,"
"Waalaikumsalam,"

✨✨✨

07:02 wib.

Safira dan Kirana berlarian di koridor yang sudah sepi. Mereka berpencar, kelas Safira di sebelah timur sedangkan Kirana di sebelah barat.

Pada saat di persimpangan koridor,

Bugh,

Safira hampir terjatuh jika tangannya tidak ditarik oleh seseorang yang baru saja ia tabrak.

"Eh, sorry ya. Saya buru-buru," ucap Safira lalu Ia melirik name tag di seragam orang itu.

Bima putra gideon.

"Lain kali hati-hati," Sebagai jawabannya Safira hanya mengangguk lalu pergi.

"Duh, bego. Begoo," Safira menggerutu di sepanjang koridor merasa malu karena keteledorannya.

Safira menghela napas lega. Belum ada guru yang masuk kelas. Selepas itu, Safira bertanya pada Diana—teman sebangku Safira.
"Dian,"
"Hm,"
"Dian kenal gak sama—" Diana menengok.
"Sama siapa?" Safira mengkerutkan alis, berpikir keras.

"Duh. Lupa namanya siapa,"
"Yeu, gimana sih."
"Abaikan lah," namun Safira masih mencoba mengingat nama laki-laki itu. Tak lama Bu Sekar—guru fisika—datang.

✨✨✨

"Kenapa harus penuh coba?" Diana merasa kesal karena kantin sangat penuh dan tidak ada meja yang kosong.
"Balik aja yu, males kalo udah rame gini," Ucap Safira lalu membalikkan badan,

Daaan...

Bugh,

Safira meringis melihat siapa yang menjadi korban keteledorannya untuk kedua kali.
"Eh, ma—maaf,"
"Lagi," lanjutnya
"Lagi?" Diana dibuat bingung, "lagi apanya, ra?"
"Ini orang yang tadi gue tanya," jawab Safira setengah berbisik. Diana memandang laki-laki yang ditabraknya.

Safira memandang Bima dengan tatapannya yang polos "Sekali lagi maaf, permisi," Safira pergi dan disusul Diana. Betapa gemasnya Bima melihat perempuan itu, tanpa sadar ia tersenyum.

"Ra, yang lo tanya sama gue itu dia?" Tanya Diana hanya ingin memastikan.
"Iya,"
"Emang lo ada apa sama dia?"
Safira menghembuskan napas kasar lalu bercerita kejadian tadi pagi.

"Oh, namanya Bima. Satu tahun diatas kita,"
"Oh iya, Bima!"
"Ha?! Kakak kelas?!" lanjutnya dengan nada tinggi.
"Iya, ra," Safira memejamkan mata lalu menepuk jidat,
"duh, mampus gue." Batinnya.
"Kenapa?"
"Gak pa-pa,"

Di dalam kelas, Safira dan Diana asik dengan dunianya. Safira mendengarkan musik menggunakan headset sambil menopang dagu sedangkan Diana membaca novel fiksi remaja. Mereka tidak menyadari bahwa ada laki-laki yang menghampiri meja mereka.

"Hai?" Safira dan Diana mendongak secara bersamaan dan terkejut melihat siapa yang ada di depan mereka.

"Safira?" Safira yang disebut namanya melotot dan menegakkan badan.
"I—ya?"
"Kenalin, gue bima."

✨✨✨✨

CIAO! 👋

Jangan lupa beri suara dan komentar, thank you, love 💙

Aram TemaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang