Soora menjegat salah satu kakak kelasnya yang kebetulan lewat di depan Soora.
"Kak to the point ya."
Soora menarik nafas sebanyak-banyaknya. "Kak aku suka sama kakak, kakak mau ya jadi pacarnya Soora? Ralat- bukan mau tapi harus! Ini bukan dare atau apapun itu suruhan dari temen, aku tulus ngomong ini ke kakak dan maaf terlalu ngedadak. Pasti kakak kaget kan. It's okay aku maklumin." ucapnya dalam satu tarikan nafas.
Laki-laki itu mematung. Lah?
"Dek tap-"
"Udah ya kak sampai jumpa lagi besok" Soora melambaikan tangannya pada lelaki itu dan berjalan menjauh sampai akhirnya dia berjalan mundur untuk menghampiri kakak kelasnya kembali.
"Ralat- sampai jumpa di mimpi malam nanti." Kali ini Soora benar-benar pergi dari hadapan laki-laki yang masih tak mau bergerak dari tempatnya sambil memandang punggung Soora yang perlahan semakin mejauh.
Laki-laki itu terheran-heran. Kok bisa gitu ada adek kelas yang macem begitu. Seumur-umur Baru kali ini nemu spesies kayak gitu. Ngeri juga sih.
Dia masih bengong ini. Bingung gatau harus ngapain.
***
Soora mempercepat langkahnya ketika dia melihat segerombolan laki-laki yang sedang berjalan ke parkiran sambil ketawa-ketiwi.
Kini jarak mereka tidak terlalu jauh. "KAKAK-KAKAK TUNGGU SOORA!"
"Dia manggil kita?" Yang berbehel menyenggol lengan orang di sebelahnya.
"Gak tahu," orang di sebelahnya menjawab sambil menaikkan kedua bahunya.
"Kayaknya iya." Sahut laki-laki berpipi chubby itu.
"Manggil kita dek?" Tanya laki-laki berbehel itu ketika Soora sampai di dekat mereka.
"Ah iya kak." Soora menggaruk lehernya yang sebenarnya tidak gatal. Hm ciri-ciri orang yang bingung/gugup.
"Ada apa?" Tanyanya lagi.
"Anu,"
"Anu anu apa? Yang jelas kalo ngomong!" Laki-laki berpipi chubby itu tidak sabaran.
"Ekhem," Soora berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Aku su-suka sama kakak, kakak jadi pacar aku ya, please!"
Semua dari gerombolan itu pun melongo tak percaya. Terheran-heran dibuatnya.
"Lah kobam ni bocah" kata laki-laki berpipi chubby. Soora lihat sih wajahnya mirip tupai. Lucu. Eh?
"Adek manis kelas berapa?" Tanya laki-laki berbehel itu dengan manis. Sama seperti ucapannya yang manis, wajahnya pun tak kalah cute.
"Kelas 10 kak" jawab Soora gemeteran. Seriusan dia gemeteran tapi sebisa mungkin dia gak nunjukin itu.
"Jhaaa bener kan bocah"
Laki-laki tupai itu mulai heboh.
"Eh bentar, tapi dia nembak siapa dulu"
"Kakak i-" Soora meneliti satu-persatu dari mereka.
"ni" Telunjuk Soora mengarah ke laki-laki berambut pirang.
"BAH LIX!"
"ADA JUGA YANG DEMEN SAMA LU!"
"SELAMAT YA BRO!"
"Dek, kan ki-" belum sempat laki-laki itu menyelesaikan kalimatnya, Soora langsung memotong.
"Don't say no but say yes please!"
"Dek-"
"Gak mau tahu ya pokoknya kakak harus jadi pacar aku mulai dari sekarang! Gak ada penolakan, titik."
"MANTEP NI ADEK KELAS!"
"Udah lix terima aja."
"Bye."
Soora pun langsung berlari menjauh dari mereka. Malu. BANGET. Soora emang suka malu-maluin tapi tetep aja soal ginian mah beneran bikin dia malu setengah metong.
"Dia abis makan baygon ya?"
"Kerjaan di kelasnya paling nyemilin tinta spidol kali jadinya gitu."
Laki-laki yang sedari tadi diam memperhatikan teman-temannya yang ribut itu mendekati laki-laki berambut pirang. "Hati-hati ya bro."
Dalam hati Soora dia memaki dirinya tapi disatu sisi dia bersyukur juga. Memaki dirinya yang gak tahu malu banget. Bersyukur dapat mengingat wajah sang kakak kelas yang tiba-tiba dia tembak pas jalan mau ke kelas dan bersyukur karena nametag laki-laki berambut pirang itu keliatan dan dia bisa mengetahui namanya. Felix.
***
"Kak misi dari kakak udah selesai, aku udah gak jomblo lagi yey" ucap Soora dengan girangnya kepada ketiga lelaki dihadapannya itu.
"Gercep amat ini bocah, heran."
"Pake pelet ya lu?"
"Enggak kok hehe,"
"Terus?"
"Ada deh,"
"Seneng bener keknya,"
"Seneng banget dong, udah mah dapet pacar, dijajanin selama satu bulan, ena."
"Aih gue yang tekor,"
"Mampus lu chan, siapa suruh nantangin dia, udah tahu orangnya gak tahu malu."
***
Say bye dulu sama uang chan hahaha.