satu.

6.3K 456 36
                                    

DISCLAIMER: CERITA INI HANYA FIKSI. JADILAH PEMBACA YANG BIJAK.

"Kau yakin akan melakukan ini?" Hanbin mengambil tempat di bangku semen yang merapat ke dinding, menatap lurus perempuan yang sedang berdiri sambil memandangi bunga mawar liar yang tertanam di taman artifisial. Lelaki itu menyilangkan tangannya untuk menghalau dinginnya angin yang berembus kencang di bulan Desember ini.

Hanbin khawatir karena sahabatnya yang keras kepala ini terus bertekad melancarkan rencana balas dendamnya. Dan meskipun dalam hati Hanbin tidak mendukung seratus persen soal itu, namun Hanbin tahu apa yang dirasakan sahabatnya ini.

Terlahir di keluarga kaya tidak membuat Suzy menikmati kehidupannya. Bahkan, dalam 26 tahun perjalanan hidupnya, Suzy tidak pernah sekalipun merasakan kasih sayang orangtuanya. Cinta, kasih, dan segala aspek kemanusiaan dari ayah dan ibu selalu mereka limpahkan kepada Lucy, saudara kembar Suzy yang cantik dan lemah lembut.

Idaman seluruh anak-anak di sekolah mereka dulu, kesayangan ayah dan ibu. Mereka berdua adalah kembar identik, namun ketika masih kecil dulu Suzy tidak sengaja ketumpahan minyak panas di bagian pipi kirinya karena Lucy, dan hal itu membuat kedua orangtua Suzy mulai diskriminatif akan diri perempuan itu. Bagi mereka dan keluarga besar mereka yang gen kecantikan dan ketampanannya tidak diragukan lagi, Suzy merupakan aib yang harus di sembunyikan.

Hingga akhirnya Suzy belajar mati-matian untuk bisa mendapatkan beasiswa sekolah di Luar Negeri. Lalu, dengan uang tabungan yang ia miliki, akhirnya Suzy melakukan bedah plastik.

Suzy memandang lurus ke depan, semilir angin menerpa poni barunya hingga beterbangan sedikit. Jauh sebelum dendam itu semakin membesar, Suzy selalu mencoba belajar melupakan. Memulai hidup baru bersama Hanbin, anak konglomerat korea yang menemukan Suzy dan memberikannya sebuah lentera sebagai penunjuk cahaya. Satu-satunya sahabat yang Suzy miliki, dan satu-satunya keluarga yang ia miliki di Sydney.

Karena itu jugalah Suzy mengerti akan nada kekhawatiran yang terdengar dari Hanbin. Tetapi ego perempuan itu memberontak, dendam yang terpupuk semakin hari semakin membesar itu seolah ingin meletup menyemburkan larva vulcano-nya. Dan hari pembalasan yang ditunggu Suzy akhirnya datang.

Melalui informan terpercayanya, Suzy mengetahui kalau Lucy akan segera ditunangkan oleh anak dari rekan kerja keluarga mereka. Pemilik jaringan elektronik terbesar se-Asia. Sekaligus, orang yang turut bertanggung jawab atas bullyan yang ia terima di masa sekolah dulu.

Myungsoo.

Apakah kehidupan kali ini memihak Suzy, hingga membuatnya bisa menjalankan misi balas dendam dengan basis pepatah; dua tiga pulau terlampaui?

"Hanbin-ah, jangan khawatirkan aku." Suzy menoleh, menyunggingkan sebuah senyuman tulus sebelum raut dingin kembali menyelimuti wajah cantiknya.

Kepalanya menunduk ketika melihat tangan Hanbin yang kini menggenggamnya; begitu erat.

Ada perasaan hangat kembali melingkupi diri Suzy, sebuah perasaan yang tidak pernah ia rasakan ketika bersama dengan keluarganya. Dan ketulusan Hanbin benar-benar membuat Suzy yakin bahwa Bumi ini tidak melulu terdapat orang jahat.

"Bagaimana aku bisa untuk tidak mengkhawatirkanmu?" pendar mata Hanbin meredup. "Sudah kukatakan untuk menerima lamaranku, lupakan segala hal menyakitkan di Korea dan memulai hidup baru kita disini atau dimanapun kau ingin." ucapnya sungguh-sungguh.

"Aku tidak pantas dicintai olehmu, kau pantas mendapatkan perempuan baik dan lebih dari aku."

Hanbin mendengus, mengusap wajahnya frustasi. "Tidak ada yang lebih baik darimu, Suzy. Kesalahanmu hanya karena kau tidak mencintai dirimu dan memandang rendah dirimu sendiri."

Suzy tertegun. Bukan karena apa yang dikatakan Hanbin menyakitkan, namun karena ia merasa segala ucapan itu benar. Alasan satu-satunya kenapa ia berhasil bertahan untuk tetap hidup sampai sekarang bukan karena ia mencintai kehidupannya, namun karena balas dendam itu.

Akhirnya, Suzy melepaskan genggaman tangan Hanbin, perempuan itu berdiri sambil menatap pria yang selalu baik kepadanya itu dengan senyuman lemah.

"Hidupmu akan hancur jika melakukan balas dendam ini, Zy. Kumohon..." Hanbin menghela napas berat.

"Tidak masalah asal mereka semua hancur bersamaku."

"Suzy, kau masih punya aku."

Suzy tersenyum. "Dan aku berterima kasih untuk itu. Kau memang yang terbaik, sahabat terbaikku."

Hanbin tersenyum kecut mendengar kalimat terkhir Suzy. Karena apapun yang telah ia lakukan, posisinya tidak akan naik dari level itu. Sampai kapanpun.

Ia mencintai perempuan di depannya ini, tetapi rasa cintanya tidak cukup bisa meluluhkan Suzy. Hingga akhirnya tidak ada lagi hal yang bisa dilakukannya kecuali memberikan dukungan. Hanbin ikut berdiri, lelaki itu akhirnya menarik napas sebelum berbicara, "Aku akan menyusulmu ke Korea dan menemuimu disana."

Suzy mengangguk.

Hanbin mengulurkan tangan dan menarik Suzy ke dalam pelukan. "Sampai aku datang, kau harus baik-baik saja ya?"

"Mm, aku akan baik-baik saja."

"Segalanya sudah beres?"

Lagi-lagi Suzy mengangguk sebagai jawaban. Lalu bergumam pelan, "Dia sudah di bereskan oleh orangku. Dan keluarganya tahu kalau dia sedang melakukan perjalanan bisnis ke Jeju dua hari."

Hanbin menarik napas lagi, semakin mengeratkan pelukannya seolah sedang memberitahu kepada perempuan yang sedang ia peluk ini perasaannya yang benar murni. Setelahnya, Hanbin menguraikan pelukan itu. Ada air mata disudut mata yang abadi dan tak jatuh dari sana, membuat Suzy mengulurkan tangan untuk mengusap air mata itu.

"Terima kasih sudah membuatku merasakan artinya dicintai, Hanbin-ah."

Hanbin tersenyum. "Ayo, aku akan mengantarmu ke airport."

***

Ini hanya akan ada 2 atau 3 chapter. Ga banyak sih, abis lagi ngetik flipped tetiba kebayang ini:(

Bacanya kalo udh tamat aja kalo ga pengin bingung. Ehe

Volcano EruptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang