PROLOG

42 8 9
                                    

Alunan musik Jawa memenuhi lapangan indoor SMA Wijaya Kusuma. Beberapa perempuan tengah menggerakan tubuh nya dengan lincah dan sesuai irama lagu. Seharusnya tarian itu berjalan sampai akhir lagu. Hanya saja, itu tidak terjadi.

Brak!

Dobrakan pintu yang keras membuat para penari kaget dan menghentikan tarian nya.

"Aelah, berisik amat-- lah, kalian ngapain disini?!" salah seorang cowok dengan wajah berperawakan tegas, masuk kedalam lapangan indoor sambil mengerutkan dahi nya bingung.

Musik dimatikan. "Latihan nari lah, enggak lihat lo?" jawab cewek dengan poni rambut yang menjadi khas nya.

Cowok itu memiringkan kepalanya, "Lah, ngapain latihan disini? Kan ekskul tari udah punya ruang latihan sendiri. Disini untuk olahraga!" jawab cowok itu sambil menekankan kata olahraga.

"Ruang latihan-" belum sempat cewek berponi itu menjawab, temannya langsung maju dan memotong pembicaraannya sambil berkacak pinggang.

"Emangnya kenapa? Gasuka lo kalau kita latihan nari disini?" katanya dengan sengit.

"Iya. Kita enggak suka kalau kalian latihan disini!" tiba-tiba cowok dengan tatapan datar datang sambil membawa bola kaki ditangannya. Cewek tadi langsung mengubah ekspresi nya menjadi kesal.

"Yaudah kalau ga suka, pergi sana! Hush, hush," usirnya sambil menggerakan tangannya mengusir.

Cowok yang memegang bola, maju untuk mendekat ke arah si cewek. Begitu pula dengan si cewek, ia juga berjalan mendekat. Begitu mereka benar-benar berhadapan, mereka berdua saling melemparkan tatapan tajam.

"Pergi sana, Shinta" kata si cowok.

"Gaakan pernah, Rama" kata si cewek.

Semuanya, perkenalkan. Mereka lah Rama dan Shinta. 



TO BE CONTINUE.... 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rama dan ShintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang