1. Let Go

583 65 8
                                    

"Nek, Seungmin gak mau tinggal sama ayah," ucap remaja 17 tahunan yang kini duduk sembari mendekatkan wajahnya pada sang nenek.

"Dengarkan aku Seungmin, di sini kamu tidak bisa sekolah dengan baik. Bibimu tidak bisa memberikan uang lagi padamu, karena bos sialannya itu." Neneknya menatap Seungmin dalam. Ia tahu, Seungmin teramat gelisah. Bagaimana pun ini akan jadi pertama kali untuk Seungmin tinggal bersama ayah yang meninggalkan ibunya sebelum ia lahir.

"Seungmin bisa bekerja Nek, Seungmin bisa bayar sekolah sendiri"

"Tidak bisa nak, uangmu tidak akan cukup. Percayalah semua akan baik-baik saja. Kunjungi Nenek kalau kamu sudah merasa rindu, kamu juga bisa menghubungi bibimu nanti," Nenek Shin memeluk Seungmin erat. Ia juga tahu, air mata Seungmin menetes perlahan. Isakan kecil terdengar, tapi ia coba menahan diri agar tidak ikut menangis. Agar Seungmin bisa pergi dengan tenang tanpa mengkhawatirkan neneknya.

***

Keesokan harinya, mobil hitam mewah terparkir rapi di depan gang rumah Seungmin yang sempit. Mobil itu hampir saja memenuhi bahu jalan. Memang lingkungan rumah Nenek Seungmin bukan lingkungan elit bahkan jauh dari itu. Suasananya masih tenang, jarang sekali ada mobil mewah yang melintas. Kabanyakan orang sana berjalan kaki dan bersepeda. Mereka hidup rukun dalam satu desa yang serba berkecukupan, sebagian kerja di hospice, sebagian hanya menjaga perkebunan dan sebagian lain membuka tokonya sendiri. Namun, ada juga yang bekerja untuk pemerintah dan dikirim keluar untuk melaksanakan tugasnya.

Nenek Seungmin menjadi sukarelawan di hospice, Bibinya bekerja sebagai pekerja paruh waktu di restoran. Mereka hidup serba pas-pasan. Terkadang Seungmin juga membantu para pekerja di hospice atau mengantarkan susu untuk mendapatkan uang lebih. Tapi Seungmin rasa itu adalah bagian terbaiknya. Dia tidak pernah mengeluh dan yang paling penting dia hidup bersama nenek dan bibi yang menyayanginya. Untuk yang bertanya, ibunya Seungmin meninggal karena sakit. Ia pergi meninggalkan Seungmin kecil yang masih ada digendongan bibinya kala itu.

Seungmin tidak menyangka hari ini akan tiba. Mukanya kusut, meski nenek sudah membantu membuat tampilan Seungmin lebih baik dari biasanya. Bajunya baru, kemarin bibi membawa kemeja putih yang sedikit kebesaran dibadannya. Celana hitam yang ternyata sangat pas dengan kaki jenjang Seungmin dan sneakers putih, membuat tampilan Seungmin menjadi semakin tampan.

Secara bergantian mereka saling bepelukan. Rasa berat memang tak dipungkiri mendominasi hati nenek dan bibi Seungmin. Sungguh jauh dalam hati mereka, ingin Seungmin tinggal. Namun, mereka harus melakukan ini demi cita-cita dan masa depan Seungmin.

"Jadilah Seungmin yang baik di sana. Jangan seperti ini! Tersenyum..." Bibi mencoba menghibur Seungmin.

"Benar kata Bibimu. Lihat cucuku yang tampan ini jadi menggemaskan kalau sedang cemberut"

"Seungmin ingin bersama nenek" Air matanya tak terbendung lagi. Entah sudah berapa kali ia menangis.

"Sudahlah Nak, lihat supirmu sudah menunggu. Ayahmu juga sudah menunggu di sana. Nanti kalau sudah sampai bilang ayahmu untuk menghubungi nenek ya."

Nenek Seungmin mendorong-dorong punggung Seungmin untuk keluar dari halaman rumah dan memasuki mobil itu. Mau tidak mau, Seungmin menurut dan duduk di kursi belakang. Si supir pun membantu Seungmin memasukan barangnya ke dalam bagasi. Seungmin masih tidak bisa melepaskan pandangannya pada nenek dan bibinya.

"Kau harus mengantarkan cucuku dengan selamat. Terima kasih telah menjemputnya, Nak..."

"Chanyeol, panggil saja saya Cahnyeol," ucap si supir

"Baiklah Nak Chanyeol"

"Saya permisi dulu"

Mesin mobil pun dinyalakan, Seungmin masih tetap pada pendiriannya. Nenek dan bibi mengembangkan senyumnya. Hah, sungguh rumit, tapi takdir memang harus membuat mereka terpisah untuk sementara. Tangan keduanya melambai. Seungmin memajukan lehernya dan melihat kebalakang agar tetap bisa melihat. Namun interupsi Chanyeol membuatnya menyerah.

"Maaf Tuan Muda Seungmin, kau bisa celaka jika seperti itu," ucapnya.

Seungmin mengalah, iya akhirnya mencoba memejamkan matanya. Mencoba untuk mengobati hatinya dengan tidur. Tentu saja, ia juga ingin menghilangkan kegelisahan yang mendominasi hatinya. Pertanyaan-pertanyaan pun bermunculan. Namun ada satu yang teramat mengganggu.

"Akankah, semua menjadi lebih baik setelah ini?"

***

A Little BraverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang