2. The First Time I Meet You

382 58 2
                                    

Seungmin mengerjapkan matanya, ia melirik ke arah samping. Langit mendung dan sepertinya sudah lama sekali ia berada di perjalanan. Lehernya terasa sangat pegal. Berbeda dari pemandangan awal, kini yang ia lihat adalah jalan raya dan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi. Helaan nafas terhembus begitu saja, ah, ini kali kedua ia ada di kota. Sebelumnya, ia pernah diajak Bibi untuk mengantarkan barang pada salah satu rekan kerjanya dan saat ini, ia harus betah di lingkungan bising dan ramai seperti ini.

"Maaf Hyung, sekarang jam berapa?" Seungmin mencoba membuka pembicaraan.

"Tuan muda sudah bangun rupanya, sekarang jam tiga. Sekitar sejam lagi kita akan sampai," Chanyeol melirik Seungmin dari kaca. Bocah itu terlihat menggemaskan, matanya menyipit, muka khas bangun tidur terpampang jelas. Mengingat hampir tiga jam Seungmin tertidur.

"Apa Tuan muda haus atau lapar? Kita bisa menepi dulu," ucap Chanyeol lagi.

"Tidak, tidak usah. Aku bawa minum sendiri, dan maaf Hyung. Aku sangat risih dipanggil seperti itu, panggil aku Seungmin saja,"

"Baiklah Seungmin,"

Setelah itu, perjalanan pun diiringi keheningan. Seungmin masih sibuk melihat sekitar. Sibuk berdoa supaya dia tak diberi banyak masalah dan bisa berdamai dengan banyak hal di kota besar ini. Dia ingin mengabulkan keinginan nenek dan bibinya, bahagia, sukses dan kembali pada mereka secepatnya.

***

Seungmin turun dari mobil, ia sedikit terkagum dengan interior rumah milik ayahnya ini. Halaman ditumbuhi banyak tanaman, teras rumah yang cukup luas dan satu pintu dengan pahatan yang apik. Semuanya bertemakan alami, ada kolam kecil juga dengan ikan koi berwarna-warni. Agaknya tidak terlalu mewah jika dibandingkan dengan rumah-rumah sekeliling yang ia lihat tadi. Tapi konsep interior dan penampakannya yang sederhana mampu mencuri hati Seungmin.

Chanyeol membuka pintu dan mengajak Seungmin untuk naik ke atas. Ia berpikir, hyung barunya itu akan mengajak Seungmin ke kamarnya.

"Nah, ini kamarmu. Kamu istirahat dulu saja. Di dalam juga ada kamar mandi. Nanti akan ku suruh pembantu rumah ini untuk menyiapkan makanan di bawah. Ayahmu akan pulang sekitar sejam lagi. Jadi kau bisa beristirahat dulu," jelasnya.

Seungmin hanya mengangguk. Kemudian menghempaskan diri pada kasur bersprei putih yang kini jadi miliknya. Di kamar itu ada meja belajar, lemari baju, karpet bulu berwarna putih tulang tergelar dibawah kasur dan beberapa lukisan abstrak yang menambah kesan artsy. Oh iya, jangan lupakan wangi ruangan yang di dominasi oleh bau vanilla yang tidak terlalu menyengat, semuanya terasa pas dan nyaman.

Seungmin menoleh pada meja dipinggir kasur di situ ada bingkai foto. Dahinya berkerut, itu fotonya waktu bayi? Di sebelahnya juga ada foto pasangan yang sedang berpelukan dan Seungmin kira itu foto ayah dan ibunya. Seungmin bisa mengenali ibunya karena bibi pernah memperlihatkan album foto ibu. Namun untuk foto laki-laki di sebelahnya, ia ragu.

Tak mau membuang waktu, ia beranjak ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri. Ia memilih kaos hitam polos miliknya di dalam koper dan celana pendek untuk pakaian ganti.

***
Selesai mandi, Seungmin berniat membereskan baju dalam kopernya. Namun, tidak setelah ketukan pintu terdengar. Ia cepat-cepat mebukakan pintu. Sesosok laki-laki paruh baya terlihat di sana. Dia tersenyum dan hendak memeluk Seungmin. Seungmin menurut lalu dikalungkan juga tangannya pada orang dihadapannya.

"Ini Ayah, Nak. Kamu Seungmin anakku" pelukannya masih belum terlepas. Ada rasa hangat di hati Seungmin. Ia sangat bersyukur, ini awal yang baik.

"Iya, Ayah. Aku Seungmin, " jawabnya.

Sang Ayah melepas pelukannya dan melihat anaknya yang memang hanya pernah dilihatnya satu kali ketika masih bayi. Ada banyak hal yang laki-laki paruh baya itu pikirkan.

A Little BraverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang