AUTHOR POV
Jane berjalan dengan tidak nyaman. Keputusannya untuk tidak memakai celana dalamnya ternyata salah. Kini ia makin tersiksa karena kewanitannya yang bergesekan dengan jeans nya terus menerus. Menimbulkan sensasi aneh dalam diri jane.
"Jane kamu kenapa ko dari tadi merem merem sendiri si? Hayo mikirin apa" jane terkejut saat mendapati Hanna bersama bram dan nick didepannya.
"Mikirin aku pasti kan ya" celetuk bram yang langsung dibalas tonyoran oleh jane.
"Pada ngaco nih. Tadi lagi ngapalin lagu"
"bohong kamu jane. Pasti mikirin mesum kan ngaku kamu" nick menimpali
"Yee siapa bilang ngapain juga inikan masih dikampus" jane melanjutkan langkahnya meninggalkan ketiga temanbya dibelakang.
"Janeee tunggu!"
-----
Jane meneguk seloki Tequila dihadapannya. Tangannya meraih irisan lemon kemudian mengemutnya perlahan.
"Ahh.. luar biasa"
Ia memperhatikan disekelilingnya. Suasana Di club milik sepupu Nick terlihat lebih ramai. Mungkin karena ah jane sendiripun tidak tahu.
Disudut ruangan jane bisa melihat nick sedang bercumbu dengan dua wanita yang mengenakan lingerie. Kemudian disebrang Nick terlihat juga bram yang sedang dikerumuni beberapa wanita.
Jane meneguk Tequilanya sekali lagi. Tubuhnya terasa terbakar dan ringan. Kepalanya melayang. Jane dengan sempoyongan turun Dance floor.
Meliukan tubuhnya sesuai iringan musik yang menghentak. Menyentuh tubuhnya sendiri yang sudah berkeringat dan dibantu beberapa pria asing yang mencoba menciumnya.
Tak peduli ada sesosok mata elang yang tengah memperhatikannya. Metanya menggelap melihat jane tengah menari dengan gerakan erotis. Bahkan kini tubuh gadis itu makin menempel kejantanan pria yang ada dibelakangnya.
Jane sengaja menyentuhkan bokongnya lalu menggesekan perlahan. Ia melumat gemas bibir pria yang ada didepannya tanpa menghentikan gerakan bokongnya.
"Shhhh.. hentikan manis kau membuatku tidak sabar" bisik pria yang berada dibelakang jane sembari menahan pinggul jane.
Membuat jane terkekeh geli dan membalikan badannya menatap pria latin yang bertelanjang dada itu.
"So hot" jane dengan nakal menyusuri dada bidang pria itu. Mengelusnya pelan hingga tiba di resleting jeans.
Jane mengerlingkan mata. Membuat pria itu menggeram tertahan.
"Jangan disini aku tidak ingin membagimu dengan yang lain"
Jane menurut saja saat pria itu menarik tubuhnya kasar. Menerobos kerumunan manusia yang tengah bergumul panas dilantai.
Pandangan matanya kabur membuat langkahnya gontai jika saja tidak ada yang menahannya. Mencengram erat tengkuknya memaksa jane mendongak.
"Bitch!!" Umpat pria yang ada didepan jane.
Tubuh tingginya berbalut dengan jas yang terlihat berantakan. Kancing teratasnya dibiarkan terbuka menampilkan bulu-bulu halus yang sangat menggoda untuk dikecup itu.
Jane tersadar dan mencoba berontak. Mana pria latin tadi ? Dan mengapa pria yang dipanggil Mr.Hot oleh Hanna ada dihadapannya.
"Lepaskan aku Sir" jane menarik tangannya sekuat tenaga.
"DIAM!!" Bentakan pria itu membuat jane seketika diam. Ia takut.
Bahkan sekarang tubuhnya sedikit bergetar dengan jantung yang bertalu kencang. Cengkraman pada lengannya terus mengerat. Membuat jane meringis menahan sakit.
Jane melihat sebuah mobil sport didepannya. Pria yang tadi membentak jane melangkah terlebih dahulu dan membukakan pintu.
"S-siapa kau?" Cicit jane hati-hati dengan kepala yang menunduk membenarkan letak gaunnya yang bergeser memperlihatkan pahanya yang putih mulus itu.
Pria disamping jane terkekeh.
"Tak usah ditutupi. Aku sudah melihat semuanya" ucap pria itu santai.
Membuat tangan jane rasanya gatal ingin meninju wajahnya yang sialnya tampan itu.
"Maaf sir sepertinya anda salah orang. Karen-"
"Jane Thompson"potong pria tadi. Tatapannya masih berfokus pada jalan didepannya.
Jane sendiri kebingungan. Bagaimana pria asing itu mengetahui nama lengkapnya? Ah tentu saja dia orang kaya terlihat dari setelah dan kendaraan yang ia tunggangi.
"Kau memata-mataiku sir?" Tuduh jane dengan nada mengejek.
"Bukankah aneh? Pria matang seperti anda memata-matai remaja sepertiku atau jangan bilang bahwa anda adalah seorang pedofil?"
Ciitttttttt
Brughhh
"Aww.. sir anda gil-" ucapannya terhenti. Ia masih memegangi keningnya yang terbentur lumayan keras pada dashboard.
Bisa bisanya ia mengerem mendadak. Apakah ia tidak tahu cara mengendarai mobil hah?
"Aku mengenalmu jane. Dan aku bukan pedofil" pria itu berucap tegas.
Memperlihatkan rahangnya yang mengeras diiringi suara rendahnya yabg terdengar serak itu membuat nyali jane ciut.
Beberapa saat hening. mobil yang mereka kendarai masih terdiam dipinggir jalan. Dan jangan lupakan suasana yang canggung ini.
Jane mengembuskan nafasnya lelah.
"Tidak baik gadis berkeliaran melebihi jam sepuluh malam. Apalagi diclub dengan pakaian minim menari seperti jalang dengan keadaan mabuk"
"AKU BUKAN JALANG!" Jane tak terima saat pria itu mengucapkan sindiran yang diakhiri kata jalang.
"Aku tidak mengatakan kau jalang baby. Kau salah paham dengan ucapanku" jawab pria itu dengan perlahan melajukan mobilnya kembali.
"Oh ya sir? Jelas-jelas semua perkataanmu tadi adalah untuk menyindirku benar? Wanita mana yang tidak akan tersinggung jika disamakan dengan jalang!"
Pria disamping jane tertawa pelan. Matanya kemudian beralih menatap jane. Menatapnya dalam. Satu tangannya ia larikan kearah paha jane yang terbuka. Mengelusnya pelan.
Membuat jane merasakan gelenyar aneh pada tubuhnya. Sesuatu yang baru kembali ia rasakan. Tapi apa? Jane sendiri tidak tahu.
Bisikan kecil mengalun lembut ditelinganya. Membuatnya memejamkan matanya nyaman.
"Be a good girl Baby. Daddy will Forgive you" kecupan ringan mendarat dikening jane.
Suatu ruang dihatinya seperti kembali terisi. Terisi oleh hal yang tak kasat mata yang hanya bisa dirasakan oleh hatinya sendiri dan tubuhnya. Meski ia tak mengenalnya.
Daddy is back
-----
TBC..