Setelah membaca chat panjang itu tiga kali, Sarah baru merasa yakin dan dengan cepat menekan icon tanda panah di sebelah kanan. Senyum puas mengembang di sudut bibirnya, ia yakin kali ini pun teman nya akan berterima kasih atas saran yang telah ia berikan. Malam sudah semakin larut, ia meletakan smartphone nya di atas meja, kemudian berbaring di atas kasur yang empuk, membayangkan balasan chat temannya dan terpejam begitu saja setelah lelahnya menjalani hari yang terasa tak berujung.
Senyum kepuasan menutup hari nya yang sangat melelahkan.
...
Pagi ini matahari tak muncul, awan hitam membawa kabar jika hujan akan segera tiba, jangan sekali-kali merasa hebat dan mendongahkan kepala untuk menantang langit, menghentikan tetesan kecil dari hujan saja kalian tak mampu, berlindung sajalah di bawah naungan payung. Jangan membuat perhitungan dengan Yang Maha Pencipta. Tetapi makhluk ini memang tak tahu diri, dengan tatapan menyalak dia mengumpat langit. Hujan lagi! Hujan lagi! Kapan cerahnya sih? Kemudian dengan terpaksa mengambil payung yang semalam baru ia keringkan. Persis seperti pecundang kecil yang selalu siap beralasan di setiap kekalahannya.
Sarah tak peduli dengan kedatangan hujan, toh semalam ia sudah memperkirakan kedatangannya, payungnya pun sudah tersipan rapi di tas. Berbeda dengan kedatangan hujan yang dapat ia prediksi dengan tepat hari ini, Sarah salah memprediksi balasan dari chat nya semalam. Biasanya, Tina akan selalu memujinya dan berterimakasih atas saran yang ia berikan, tetapi kali ini tidak ada balasan dari Tina. Ini bukan kebiasaan Tina. Sarah mengecek apakah pesannya telah di baca, tapi sayang Tina mematikan tanda baca pada aplikasi chat nya. Sarah tak mau menyerah untuk mengetahui apakah chat nya benar-benar di abaikan atau tidak, ia segera mengecek kapan terakhir Tina membuka apliksi chat nya, tetapi Tina pun mematikan last seen nya.
Sarah terlihat sangat bodoh. Berkebalikan dengan kata-kata nasihat nya kepada Tina, yang mencerminkan watak dari seseorang yang cerdas nan bijak sana. C'mon Sarah! Kamu sudah tahu jika Tina selalu mematikan tanda baca dan last seen nya, apa yang sekarang membuatmu begitu cemas?
Di kantor pikirannya selalu berakhir untuk memikirkan, "mengapa Tina tidak membalas chat dan berterimakasih?" Bukan hanya rasa cemas yang dirasakan Sarah kali ini, hatinya pun terasa panas dan perih, setidak berharga itu kah saran dan pendapatnya? Setidak penting itu kah chat panjangnya? Tidakkan Tina tahu, ia mencurahkan pikiran dan hati nya untuk menemukan solusi dari curhatannya? Ia tidur larut malam untuk membalas chat nya, padahal ia baru pulang lembur dan harus bangun pagi keesokan harinya?
Di kantin kantor, lagi-lagi Sarah mengecek smartphone nya. Akhir dari riwayat chat mereka adalah pesan panjang Sarah untuk Tina. Tina belum membalas, atau Tina mengabaikannya.
"Sarah!"
Rani. Teman Tina dari kecil, dia datang ke kantor Sarah secara tiba-tiba. Mungkin ia membawa kabar yang akan mengakhiri kecemasannya.
"Kamu pasti khawatir banget yah sama Tina?"
Sarah mengangguk.
Tidak, Rah! Kamu sama sekali tak khawatir dengan Tina, yang kamu khawatirkan hanya chat pajangmu yang tak dibalas dengan pujian dan ucapan terimakasih oleh Tina.
"Aku harus nya meberitahukan ini kepadamu secepat mungkin, karena kamu sahabat Tina"
Sahabat? Kau yakin Sarah, jika kau adalah sahabat Tina?
"Semalam Tina bermalam di rumahku sesuai saranmu, tetapi ternyata ayahnya sangat berani dan nekat membawa paksa Tina ke KL untuk tinggal bersamanya, aku panik dan tidak bisa mengingat apapun kecuali nama ibunya yang sedang berada di Yogya, aku segera menelpon ibunya dan untung nya ibunya merespon dengan cepat ......"
Sarah tak bisa mendengarkan kronologi yang dipaparkan Rani, hati nya terasa labih panas dan perih dari sebelumnya. Berkali-kali lipat lebih panas dan berkali-kali lipat lebih perih. Hingga air matanya jatuh. Mengapa dirinya tidak mengkhawatirkan kondisi sahabatnya? Padahal jelas terlihat di depan mata kondisi sahabatnya tidak begitu baik, ia kesulitan hingga meminta bantuan dan saran kepadanya, dan Sarah lebih mengkhawatirkan pesannya yang tak dibalas ucapan terimakasih? Ternyata, bukan orang lain yang dapat menarik diri kita ke titik terendah dari penghinaan, tetapi diri kitalah yang paling berkuasa untuk menyeret paksa.
"Tak perlu menangis, Rah! Kau sudah berusaha semampumu untuk menjadi seorang sahabat. Kita doakan yang terbaik agar Tina bisa secepatnya pulang." Rani memeluk Sarah yang kini menangis.
Oh Rani! Tidakkah kau tau, ucapanmu bak tamparan keras seorang kekasih yang amat mencintai kekasihnya, ketika ia memergokinya sedang bermain kasih dengan lelaki lain?
Selama ini ia lah yang telah menaruh kotoran di mukanya, tapi Tina selalu membersikannya dengan anggapan bahwa Sarah adalah sahabat terbaik yang ia miliki.
...
"Aku tahu saranmu akan sangat berguna. Aku selalu menemukan jalan keluar jika aku bercerita kepadamu, terimakasih sahabat quuh <3 hahahha"
Mungkin begitulah bunyi dari pesan Tina yang tertunda entah sampai kapan.