'Hallo Cece, apa kabar?'
Gadis berambut sebahu termenung saat mendengar suara dari sebrang telpon. Netra gelapnya menatap kosong, memandang layar ponsel asal suara. Memastikan jika ini bukan khayalan belaka atau bayangannya saja
Ini cukup mengejutkan.
Suara khas lelaki itu kembali didengar telinganya. Mengintrupsi jantung agar kembali berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Membuat rasa bahagia dan sakit muncul secara bersamaan. Hanya satu kalimat, mampu membungkam suaranya
Mengapa?
Jika ini bukan pertama kalinya, tapi mengapa respon tubuhnya masih sama?
Jika ini sudah kesekian kalinya, tapi mengapa belum bisa memberi respon berbeda?
'Cece, gue kangen'
Lelaki itu kembali bersuara, terdengar merdu dipendengaran gadis yang dipanggil Cece. Hatinya bergetar saat pengakuan rindu menyapa hangat telinganya. Membuat senyum tipis terbit di bibir merah mudanya, manis.
Oh. Tentu saja, jika harus dikatakan, dia juga rindu lelaki ini. Bahkan lebih rindu dari sebelum mengatakannya lewat suara. Jauh sebelum si lelaki peka terhadap perasaannya, perasaan sesungguhnya. Perasaan yang kini membuat dirinya terpaku dengan pandangan kosong, menerima telpon dari nomor tidak dikenal namun berhasil mempusatkan seluruh atensinya.
Gadis ini masih enggan buka suara. Membiarkan lawan bicaranya menunggu apa yang akan dia katakan. Lagipula, untuk apa merespon kata katanya jika hanya sekedar suara?
Tuhan, gadis ini bukan rindu suaranya saja, tapi semuanya. Semua yang ada pada lelaki ini, dia merindukannya. Lelaki yang memiliki apapun untuk membuat dia tersenyum meski dalam luka, menciptakan rindu yang menggebu di dada. Lelaki yang sempat membuat hari harinya penuh dengan warna, berlandaskan ikatan sejak lama.
Namun kini, berharap sosoknya muncul saja sudah menjadi hal mustahil untuknya. Karena kenyataan nya, yang dia rindukan hanya insan yang sudah jauh dipandang mata, juga jauh diraih hati. Lelaki itu.. sudah waktunya pergi berhias pedih
Lantas, Gadis yang mengenakan dress selutut ini berdiri tegak, memandang wajahnya yang masih berias make up tipis di depan cermin. Dia tersenyum, meyakinkan dalam hati kepada dirinya sendiri, ini sudah saatnya.
Tetap mempertahankan senyumnya, dia mengambil nafas dulu sebelum bibirnya akhirnya bersuara,
"Sorry, Cece yang lo maksud udah gak ada"
Tutt.
Panggilan diputus sepihak, menyisakan helaan nafas si gadis berambut sebahu, menimbulkan tanya untuk lelaki disebrang sana.
-ditulis dengan cinta oleh Ellesya
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Have You?
Teen Fiction"Tuhan hanya meminjamkan bukan memberikan" Sheina, hanya seorang gadis biasa tanpa kesan istimewa. Sheina, hanya seorang gadis yang mampu mencintai tanpa berkata. Sheina, hanya seorang gadis yang mampu merindu tanpa suara. Sheina, hanya seorang...