18. Hurt by simoonchild

58 8 5
                                    

Hurt by simoonchild

-------
.

.

.

Aku sudah berteriak tuk kesekian kalinya saat Jimin terus memaksaku untuk di potret di bawah pohon Gam. Hari ini adalah hari pertama kami menempati rumah baru, hanya rumah sederhana di pinggir kota dengan berbagai tanaman tumbuh di halamannya.

Sementara didepan sana, gadis berkuncir satu sudah bersiap dengan kamera di tangannya.

"Taehyung! Ayo senyum, kasihan Jimin sudah cemberut begitu menunggumu di foto."

Mungkin sudah sepuluh kali Ara berteriak begitu. Dari dulu, memang aku tidak suka di foto. Tapi, melihat Jimin merengut, aku jadi tidak tega juga melihatnya. Katanya, untuk merayakan hari pertama tinggal di rumah baru, sebab itu Jimin ingin mengabadikannya.

Siang itu di akhiri dengan sesi foto yang melelahkan. Padahal, aku hanya di suruh tersenyum, tapi entah mengapa rasanya begitu melelahkan.

Oh, iya, Jimin itu adikku, sementara gadis yang kau lihat itu adalah teman kami dari Sma. Lee Ara namanya.

Malamnya Ara datang membawa makanan untuk kami. Aku yang sedang merapikan pakaian di lemari terperanjat mendengar teriakan Jimin. Mereka berdua telah menungguku di meja makan.

Selepas makan malam kami merapikan beberapa barang yang belum sempat di bereskan, lalu kemudian bersantai ria sambil menonton tv. Kami menghabiskan malam itu dengan bercanda sambil sesekali menggoda Jimin yang semakin hari terlihat semakin gemuk.

Esoknya aku pergi bekerja seperti biasa, sebelum pindahan aku memang sudah mempersiapkan banyak hal, termasuk soal pekerjaan. Maklumlah, aku dan Jimin yatim piatu dan aku harus mengambil alih semua tanggung jawab sebagai kakak sekaligus tulang punggung keluarga.

Dua bulan lagi hari kelulusan Jimin, aku ingin memberikannya hadiah. Aku tahu Jimin sangat menyukai sepatu futsal, dan sekarang aku sedang terpekur di depan sebuah toko sepatu olahraga. Memandanginya dengan raut sedih karena uangku belum cukup tuk membelinya.

"Taehyung!"

Itu suara Ara, entah sejak kapan gadis itu sudah berdiri di sampingku.

"Sedang apa disini?"

Aku tersenyum kikuk sambil berkata, "Tidak. Maksudku, aku hanya sedang berjalan-jalan saja." bohongku.

Ara terlihat mengangguk-angguk. "Kau sudah makan, Tae?"

Aku terdiam memandangi Ara, lantas ia mengacungkan tangannya, memperlihatkan satu kantong besar ayam goreng di tangannya.

"Ayo pulang. Kita makan bersama." ucapnya sambil tersenyum.

Sesampainya di rumah, aku mendapati Jimin sedang mencat dinding luar yang berkerak. Rambutnya lepek karena keringat, sementara kaos putihnya terlihat kotor terkena cipratan cat.

"Oh, kau sudah pulang. Eh, ada Ara juga."

Setelah sama-sama membersihkan diri, seperti biasa kami bertiga berkumpul di meja makan. Sesekali terdengar gelak tawa Jimin yang tengah menggoda Ara, sementara aku akan diam-diam mencuri pandang pada gadis yang sedang mengunyah makanannya itu.

Malam itu aku mendengar suara Jimin mengigau dalam tidurnya. Perlahan, aku terbangun mencoba meyakinkan diri kalau aku memang tidak salah dengar. Itu memang suara Jimin.

Perlahan aku turun dari ranjang, dengan langkah pelan aku mencoba masuk kedalam kamarnya. Tidak dikunci. Perlahan, aku memutar kenop pintu, membuka sedikit celah disana dan kini aku melihat Jimin sedang meringkuk di atas kasur. Karena penerangan yang minim, aku jadi tidak bisa melihatnya dengan jelas, namun samar-samar aku mendengar racauan Jimin.

Kim Taehyung Enthusiast Giveaway ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang