Malam Minggu

10 0 0
                                    

Jam menunjukan pukul 17.30, meskipun Dara sudah menikah, tapi Dara selalu meluangkan waktu untuk bersama adiknya baik di malam minggu ataupun di hari minggunya entah itu hanya mereka berdua, ditemani kedua orang tuanya atau mertuanya atau bertiga bersama suaming. Dara tidak menemukan Naga di kamarnya, tanpa basa basi Dara langsung berjalan menaiki tangga menuju tempat favorit adiknya menghabiskan waktu, sebuah kursi panjang nan empuk di lantai 3 dengan pemandangan langit luas. Jam berapapun jika dia ingin menghabiskan waktunya di tempat itu pasti akan dia lakukan tidak peduli cuaca saat itu seperti apa, seolah – olah tempat itu seperti dunianya sendiri dimana dia bisa mendapatkan apapun yang dia butuhkan.

"Udah kakak duga, pasti kamu disini." Dara pun duduk di samping Naga yang sedang berbaring menikmatil indahnya langit senja saat itu.

Naga tidak menghiraukan kehadiran dan ucapan kakaknya seolah – olah dia tidak mengizinkan siapapun mengganggu kenikmatan melihat langit orange keemasan khas matahari terbenam. Namun Dara paham betul adiknya bukan sedang mengabaikannya, melainkan ada suatu hal yang sedang dipikirkannya entah itu sebuah ide, inspirasi ataupun persoalan hidupnya dan Dara tau apa yang sedang dipikirkan adiknya hanya dengan melihatnya saja. Memang akhir – akhir ini Naga sering membicarakan tentang wanita dan pernikahan, suatu hal yang wajar mengingat usia Naga hampir genap 24 tahun, tapi bagi Dara itu masih sebuah hal yang lucu karena kata orang cinta putih abu itu yang paling berkesan namun Naga tidak tertarik akan hal itu dan baru setelah lulus kuliah Dara mendengar Naga tertarik hal itu bukan tentang PDKT ataupun pacaran melainkan langsung menuju jenjang pernikahan.

"Apa yang lagi kamu pikirin dek?" pancing Dara agar Naga mau mulai bercerita.

"Kak mungkinkah sesuatu yang telah pergi bisa kembali kepada kita?" dengan nada serius nan ragu Naga berbicara, namun pandangannya masih tetap menikmati indahnya langit orange keemasan matahari terbenam.

Hanya Dara yang memanggil Naga dengan panggilan 'dek', itupun kala situasinya mereka sedang berbicara empat mata. Sebuah panggilan yang normal dilakukan oleh seorang kakak kepada adiknya, tapi bagi Naga itu adalah kode dari kakaknya bahwa kakaknya selalu memiliki waktu untuk mendengarkan semua ceritanya. Dara pun paham akan hal itu dan benar saja Naga mau mulai bercerita tentang apa yang sedang dipikirkannya.

"Sesuatu apa seseorang?" koreksi Dara.

"Seseorang kak."

"Mungkin kok dek."

"Sekalipun kita telah mengecewakannya teramat sangat?" Naga masih tidak memperhatikan wajah kakaknya yang duduk di sampingnya.

Akhirnya Dara pun paham tentang apa dan siapa yang sedang dipikirkan Naga, sebuah kejadian yang sudah berlalu namun masih membekas dihati dan pikiran adiknya baik dalam hal penyesalannya dan pembelajaran yang dia dapatkan. Memang Dara belum pernah bertemu secara langsung dengan orang yang sedang dipikirkan Naga saat ini, dia hanya pernah melihatnya dari sebuah foto yang Naga tunjukan dan namanya dari Naga. Namun Dara sangat berterima kasih pada orang ini karena telah mengubah mindset adiknya terhadap wanita dan sedikit banyak sudah 'membentuk' Naga seperti saat ini.

"Dek kakak selalu kagum sama kamu yang selalu bisa melihat semua orang dari hal positif yang dia lakukan walau sekecil apapun sampai kamu gak pernah memandang siapapun sebelah mata dan kamu gak pernah peduli seburuk apa masa lalunya ketika menilai seseorang. Sekarang waktunya kamu melihat diri kamu sendiri seperti itu, berdamailah dengan diri kamu sendiri dan berhentilah menilai diri kamu sendiri dari masa lalu kamu. Kakak tau kamu pernah ngecewain dia di masa lalu, tapi karena hal itu saat ini kamu gak mau ngecewain dia dan orang lain lagi kan?" sontak Naga menatap kakaknya penuh bahagia, betapa beruntungnya aku memiliki kakak seperti kak Dara bisik dalam hatinya.

"Kalau masalah bisa kembali lagi atau engga, mintalah sama Allah, karena bagi Allah itu bukan suatu hal yang sulit, sekalipun dia udah pernah nolak kamu karena Allah sang maha pembolak balik hati. Bukankah ketika kita berdoa dan memohon kepada Allah, kita harus yakin permohonan dan doa kita akan dikabulkan oleh-Nya? Bukankah Allah sangat senang kepada hamba-Nya yang selalu berdoa, memohon dan berharap hanya kepada-Nya? Dan ketika kamu selalu berdoa kepada Allah itu salah satu bentuk upaya kamu mendekatkan diri kepada Allah dan 'memperbaiki' hubungan kamu dengan Allah, karena ketika kita 'memperbaiki' hubungan kita dengan Allah maka Allah akan memperbaiki hubungan kita dengan manusia lainnya."

"Iya kak." Naga pun bangkit dari posisinya sambil tersenyum menatap kak Dara.

Dara membalas senyuman adiknya sambil mengusap kepala bagian atas Naga seolah – olah sedang mengacak – ngacak rambut adiknya. Hal itu merupakan salah satu kejahilan kakaknya kepada Naga yang terkadang membuat Naga gusar, namun hal itu juga menjadi pengingat bagi Naga bahwa masih banyak hal yang perlu dipelajari dari kakak satu – satunya yang dia miliki. Dengan melihat senyuman dan raut wajah Naga, Dara tau bahwa adiknya sudah keluar dari dunia pikirannya dan kembali ke dunia nyata.

"Jadi kamu mau nungguin dia dek?"

"Dia layak untuk ditunggu kak." Mantap Naga sambil menatap mata kakaknya dengan penuh keyakinan.

Dara pun tersenyum mendengar jawaban dari adiknya, sekarang dia paham seberapa berharganya orang itu bagi Naga karena adiknya tidak pernah menyukai pekerjaan menunggu dan ditunggu. Terkadang Dara berpikir bahwa adiknya itu bagaikan 'peluru kendali' yang ketika ditembakan hanya akan mengenai targetnya kecuali ada hal lain yang membuatnya mengenai sesuatu yang lain. Harus diakui Dara belajar banyak tentang tekad, kerja keras dan semangat juang pantang menyerah dari adiknya.

"Jadi sekarang adik kakak, udah punya 'perasaan' untuk seseorang di luar sana ya." Dara tersenyum mengetahui perkembangan adiknya saat ini.

"Perasaan? Naga berkomitmen untuk gak melibatkan perasaan sebelum akad terucap kak, saat ini Naga hanya ingin dan sangat ingin." Tegas Naga.

"Kenapa kamu sangat ingin bersama dia dek?"

"Karena ketika bersama dia Naga merasa bahagia, ketika bersama dia Naga bisa mengontrol hawa nafsu Naga dan yang terpenting ketika bersama dia Naga selalu mengingat Allah, jadi ngejalanin kehidupan sehari – hari bersamanya itu udah lebih dari cukup kak."

Dara terpesona atas jawaban adiknya, mengingat ini pertama kalinya Dara mendengar Naga berbicara seperti itu. Meskipun Dara sempat khawatir 'hantu masa lalu' akan kembali tentang 'tidak melibatkan perasaan' mengingatkannya betapa dinginnya Naga kesemua perempuan termasuk dirinya lebih dari 3 tahun kecuali kepada bundanya. Namun Dara yakin hal itu tidak akan pernah terjadi lagi karena orang itu telah mengubah mindset Naga kepada perempuan 100%.

"Tapi inget ketika pada akhirnya dia menikah dengan orang lain kamu harus bisa menerimanya dan mengikhlaskannya."

Naga tersenyum mendengar perkataan kakaknya, "kakak pasti tau apa yang Naga pikirin dan lakuin ketika hal itu terjadi."

Darapun tersenyum mendengar jawaban adiknya karena Dara tau mindset adiknya terhadap sebuah penolakan, kegagalan dan hal – hal lain yang tidak sesuai keinginan dan harapan. Suatu hari Naga pernah berkata 'Ibnu Qayyim Radiyallahu'Anhu berkata sesungguhnya Allah tidak akan menutup 1 pintu hamba-Nya dengan hikmah melainkan akan membukakan 2 pintu untuk hamba-Nya dengan rahmat-Nya, jadi ketika Naga bertemu dengan kegagalan, penolakan atau hal apapun yang tidak diinginkan Naga seneng kak karena in sya Allah setelah itu Allah akan membukakan 2 pintu dengan rahmat-Nya untuk Naga'. Nagapun bangkit dari duduknya dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah.

"Kamu mau kemana dek?"

"Kita mau makan malam diluarkan? Suki gimana kak?" tanya Naga sambil terus berjalan masuk ke dalam rumah tanpa memandang ke arah kakaknya.

Dara tersenyum melihat tingkah laku adiknya, "boleh" Dara pun mengikuti Naga masuk ke dalam rumah.

Naga dan Dara memang sudah saling mengetahui kebiasaan masing – masing, namun Naga yang menyukai tokoh Sherlock Holmes terkadang melakukan observasi kepada orang – orang disekitarnya, termasuk kakaknya sendiri. Hal itu bagi beberapa orang terkesan 'menggangu', oleh karena itu Dara meminta Naga untuk tidak mencobanya ke orang lain. Bukan kemampuan observasi Naga ataupun karena mereka sudah saling mengetahui kebiasaan masing – masing yang membuat Naga dan Dara bisa saling memahami, melainkan karena ikatan adik kakak diantara merekalah yang membuat mereka saling memahami.



Malam MingguWhere stories live. Discover now