Twitter vs G-mail

443 4 10
                                    

Suatu hari di dunia jaringan internet hiduplah empat sahabat yang saling mengisi satu sama lain. Mereka adalah Yahoo, G-mail, Facebook, dan Twitter. Demi menjaga reputasi mereka dengan mengisi akun mereka seoptimal mungkin, mereka pun saling mengalah dalam berbagi akun dan saling mengerti satu sama lain.

Namun, entah kenapa di jam 16.00 kehidupan mereka terusik. Mereka mulai memperebutkan akun blog yang bernama Fieldcat. Dengan segala daya magis yang mereka anggap ada, mereka berusaha menelepati sang empunya yang bernama Cutecat agar dipilih dalam mem-follow blog Fieldcat , yang katanya terkenal hingga seantero kampung Internet distrik Timur. Siapa yang tak mau coba menilik kehidupan sang empu blog yang terkenal itu?!

Tapi yang benar saja, mana ada akun internet yang bisa menelepati sang empunya, apalagi punya daya magis. Emang daya magis apa yang dapat dimiliki akun internet??

“Hey, kalian! Yahoo, G-mail, dan Twitter!”

Mereka bertiga tersentak kaget karena ada yang mengajak berbicara. Gila apa ya yang mengajak bicara?? Koq bisa-bisanya gitu mengajak bicara akun internet, ckckck…

Eh, tapi kasak-kusuk mereka terhenti setelah tahu yang mengajak bicara mereka adalah sang empu akun, Cutecat. Akhirnya, ada juga yang memahami bahasa kami, kata mereka dalam hati.

“Kalian ingin mem-follow blog Fieldcat kan?”

Mereka bertiga mengangguk, yang tentu saja tak bisa dilihat oleh sang empunya. Namun, perasaan sang empu dan akun-akun itu begitu kental, hingga Cutecat pun tahu apa yang dirasakan mereka.

“Maaf, Yahoo. Kamu dieliminasi terlebih dahulu.”

“Mengapaaa… kamu begini???” nyanyi sang Yahoo seperti lagu Naif yang lagi-lagi tentu saja tak terdengar oleh Cutecat. Meskipun kesal, tetapi Yahoo tak kecewa.

“Oke, sekarang, G-mail dan Twitter suit.”

Satu kali. G-mail menang.

“Sekali lagi,” kata Cutecat.

Kedua kali. Twitter menang.

“Sekali lagi.”

Ketiga kali. G-mail menang lagi.

G-mail dan Twitter tegang. Ga jelas ini maunya si Cutecat. Sudah tiga kali suit tapi nunggu keputusannya baru dua jam kemudian.

“Lagi galau kali dia,” bisik Twitter pada G-mail.

“Emang lu ngerti perasaan manusia apa?”

“Hey, man. Dia ini bos kita, sebagai anak buahnya yang baik hati, tidak sombong, dan setia, tentu saja sangat mengerti perasaannya.”

“Alahhh, setia apa lu? Cuma dibuka sesekali juga lu masih bisa setia?”

“Eh, ngaca donk lu! Emang lu dibuka lebih sering dari gue??”

“Terus gue harus bilang WOW, gitu??”

“Hey kalian!!!” Cutecat mulai berteriak memanggil lagi dengan tampang setengah lesu setengah ada pencerahan. (jadi gimana ya itu maksudnya?)

“Putuskan oleh kalian sendiri deh.”

Doennngggg… gdubraggg… dua jam menunggu ditambah dengan acara suit, sekarang malah disuruh memutuskan sendiri? Please deh Princess Cutecat. Mereka berkeluh kesah hampir bersamaan.

“Oke, kita suit lagi,” kata Twitter pede.

Seringkali mereka mendapatkan hasil seri, tapi lebih sering selipan Twitter yang menang. Namun, karena Twitter merasa lebih dewasa, ia pun mengalah. Pemberian kesempatan itu tak disia-siakan oleh G-mail.

“Eh, tunggu dulu, sebelum lu follow dia, coba tuh suruh Cutecat ubah foto lu dulu.”

“Emang apa urusannya sama lu?”

“Emang ga ada, hanya saran dari gue. Jangan pasang foto duaan sama cowonya gitu.”

“Itu cowo nya gitu??”

“Menekete.”

Sebelum gosip berlanjut ke arah yang lebih panas, G-mail pun memberi bahasa isyarat pada Cutecat tentang fotonya itu. Namun, ternyata, tanpa disuruh pun Cutecat telah mempertimbangkannya sejak semula sejak G-mail terpilih. Diubahlah foto G-talk nya sebelum mem-follow blog Fieldcat.

“E-e-e…”

“Kenapa, G-mail?” tanya Twitter, dan akun lain hanya bisa nguping dari tadi.

“Ternyata ga usah ubah foto weee, tapi disuruh browse foto baru.”

“Ya udah kale, sabodo amat. Lu ini yang udah terpilih,” kata Twitter sambil menyilangkan tangan dan membuang muka.

“Hoi, berisik amat sih? Gue aja yang ga kepilih adem ayem sejuk-sejuk aje,” kata Yahoo dengan bangga.

“Iye, gue aja yang dari tadi jadi kamcong aja asik-asik aja, meskipun saham gue turun, tapi pengikut masih aja bertambah,” timpal Facebook nyantai.

“Diem aja lu berdua! Akun kalian kan udah dipake dimana-mana!!” kata Twitter dan G-Mail hampir bersamaan dengan nada kesal pastinya.

“Eh, bukannya sekarang akun Twitter yang lebih banyak daripada Facebook ya?” tanya G-Mail secara retoris setelah googling di browsernya sendiri.

“Lu sebenarnya lebih bela siapa sih?” tanya Twitter yang tak mengerti posisi G-Mail sebenarnya.

“Mmm… ya ga ada juga sih,” G-Mail bingung koq malah Twitter yang marah, “eh, koq jadi lu yang sewot, gue kan udah bela lu.”

“Woy! Messenger gue banyak yang pake lho!!” tiba-tiba Yahoo berteriak.

“Terus gue harus salto dan bilang WOW gitu??” timpal Twitter, G-Mail, dan Facebook.

Mereka pun jadi saling kejar-kejaran, saling cakar-cakaran, saling bela sekaligus saling hina. Memang tak jelas sih mereka. PC Cutecat sudah tak jelas lagi tampilan desktopnya. Ikon keempat akun tersebut terlihat hilir mudik dan hilang timbul. Tapi koq tiba-tiba ada yang ikut nimbrung ya?? Siapa mereka??

“Field!!!” Cutecat menghubungi Fieldcat melalui sambungan telepon.

“Yup, Cute, ada apa?”

“Koq nadanya tenang gitu sih??”

“Emang ada apa?”

“Lihat PC lu! Creative Monster buatan lu keluar dari kandang.”

Wah… ikon-ikon desktop yang lain malah dipakai main segala. Ada juga yang malah mengdeletekan diri karena sangat terganggu dengan akun-akun tersebut dan creative monster yang tak jelas main kejar-kejaran. Tidakkk!!! Cutecat jadi frustasi.

“Hey, kalian! Bisa tenang ga?! Gua ERASE lu semua! ” kata Fieldcat yang mulai frustasi juga.

Tiba-tiba mereka, para akun dan creative monster diam, kemudian berkumpul di tengah layar, mulai menampakkan jati diri mereka. “TERUS GUE HARUS BILANG AAWWW GITU??!!”

Gdubraggg…

The end

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twitter vs G-mailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang