Di malam yang dingin ini disaat sang rembulan enggan untuk menampakan cahayanya, aku melihat dirinya. Diantara keramayan kota dan lalu lalang orang-orang aku melihatnya berdiri di ujung jalan, sejenak terlintas dalam benakku 'haruskah aku menyapanya atau hanya sekedar melihat dari kejauhan saja'.
Namun rasanya hanya sekedar anganku saja, aku terlalu malu untuk sekedar bertatap muka denganmu bagaimana bisa aku menyapamu. Aku juga terlalu takut menghadapi kenyataan jika dia tak menyukai kehadiranku dan juga aku tidak seberani itu berada di hadapannya.
Tanpa aku sadari senyum ku tersungging saat teringat bagaimana dulu kita bersama, teringat saat dimana kita selalu berbagi kasih sayang. Sampai saat ini perasaan dan debaran yang aku rasakan masih sama, belum berubah dan mungkin tidak akan pernah berubah. Dan saat ini debaran itu kembali datang saat aku hanya bisa menatapmu dari kejauhan, begitu menyenangkan walau aku tak bisa menyentuhnya dan merasakan lembutnya genggaman tangan miliknya.
Senyum yang semula tersungging di wajahku perlahan memudar kala ku lihat ada sebuah tangan yang engkau genggam erat, dan siluet seorang wanita dengan senyum bahagia terkembang di sebelahnya.
Hariku merasakan sebuah gejolak yang membuatku ingin berlari ke arahnya dan memisahkan tautan tangan keduannya, dan menariknya menjauh dari wanita itu. Tapi aku hanya diam dan menatap keduanya yang kini menjauh dan hilang di ujung jalan sana.
Wanita yang bersamanya seperti tidak asing bagiku, dan setelah mereka tak terlihat aku baru menyadari jika dia adalah wanita yang sama yang pernah aku temui di lorong sekolah. Disaat pertama kali aku melihatmu kau bersama dengan wanita itu juga. Di saat pertama kali aku melihatmu dia orang sama yang orang-orang bicarakan tentang kalian. Rasa sesak yang tiba-tiba menyerangku berbeda dari beberapa menit yang lalu rasa sesak ini amat menyaktkan sampai aku meneteskan air mata, aku berpikir bahwa aku terluka untuk yang kesekian kalinya dan aku jatuh pada orang yang sama.
Rasa sesak menyeruak ke seluruh hatiku hingga membuat sulit untuk bernafas, bahkan aku tanpa terasa setitik air mata membasahi pipiku. Seakan terjebak di sebuah ruang nostalgia, hatiku merasakan kehampaan dan juga sakit yang sama seperti beberapa waktu lalu.
Andaikan aku bisa mengulang waktu, aku ingin mengenalmu lebih jauh. Bukan sebagai orang yang akan menemani hari dan kekosongan hatimu, tapi aku ingin lebih mengenalmu sebagai sosok teman. Sehingga aku tidak harus mencintaimu dalam diam, karena demi apapun itu sebuah hal yang menyakitkan.
Melangkahkan kaki menjauh aku berjalan dengan perasaan kacau, tak tahu apa yang harus aku lalukan pikiranku seketika kosong. Dia yang dulu menggetarkan hatiku dia yang dulu selalu membuatku tersenyum hanya dengan menatapnya, kini sudah bahagia bersama dengan wanita lain. Aku tak punya harapan lagi untuk dapat bersanding di sampingnya.
Mulai detik ini aku akan mencoba melupakanmu dan merelakanmu bahagia bersama dengan yang lain, terimakasih untuk segalanya. Walau aku tau mengenalmu cukup dalam tapi terimakasih sudah pernah menjadi salah satu alasan aku tertawa dan bahagia.
Sekarang aku mengerti bahwa sesuatu yang kita inginkan tak akan selalu seperi apa yang kita inginkan, dan apa yang ingin kita milik tak akan selalu kita dapatkan.TBC
.
.
.
.
.
cerita ini murni dari pikiranku
Dan juga pengalamanku mungkin?
Klo ada yang sama berarti kita senasib wkwkwk😁😁😁
.
.
.
.
Jangan lupa reviewnya yaThank's