INTUISI|1

34 5 2
                                    

Matahari mulai berada di atas kepala, ditengah kerumunan orang orang yang sulit diatur dan dikurung menggunakan tenda yang menyeruak panas. Entah saat ini juga rasanya aku ingin lari dari tugas yang sedang ku emban. Tugas, ya tugas sebagi kakak pendamping Maba.

Sudah sulit diatur, panas, pengap, dan harus meneriaki anak anak yang ricuh. Ralat! Kok anak anak. Sepertinya mereka sudah tidak pantas disebut anak anak, memangnya ini MOS anak SMP.

Tapi ya sudahlah ini sudah menjadi resiko yang akan ku tanggung karna mau berada didalam bagian relawan. Jadi kakak pendamping memang capek.

Saat sedang asyik asyik menyaksikan berbagai parade UKM dan semua tereuvoria dengan keadaan, buktinya panas jadi tidak terlalu terasa.

Mengingat sebentar lagi waktu zuhur tiba. Dan akhirnya maba digiring kemasjid untuk sholat zuhur, tabur tayar lagi.

"Maaf kak, kita kapan ya absensinya ?".

"Sabar yaa, kita keluar tertib dulu baru nanti absensi".

"Oh oke. Makasih kak".

"Kak abis sholat kita ngapain lagi, aku pulang ajalah ya? Abis absen aku pulang aja ya kak capek" orang yang berbeda lagi yang bertanya.

"Gak boleh pulang!". Jawab ku.

Sungguh menyebalkan memang.

***

"Sayang bangun ini udah jam 07.00 pagi. Kamu ketinggalan sholat subuh loh". Kata ibu ku sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar ku.

Oh ayolah ibu, ibu selalu saja setiap pagi berkata seperti itu. Bilang sudah jam 07.00 pagi padahal ini baru selesai azan subuh. Ibu memang alarm terbaik.

Anak mu ini masih kelelahan bu. Beri lah sedikit waktu untuk meneruskan tidur sebentar saja.

"Bangun Aras ini kan hari terakhir kamu jadi kakak pendamping, harus semangat ayo bangun". Ketukan yang kedua kalinya.

Oke fix bu aku memang harus bangun dan pergi untuk mengambil air wudhu.

Setelah selesai aku langsung berkumpul dengan keluarga ku dimeja makan.

☆☆☆

Jam 07.00 WIB aku masih menunggu Sakar di depan gerbang kos-kosannya. Aku lebih memilih bersantai sambil menunggu si Sakar datang. Padahal ini hari terakhir aku bertugas. Iya ini hari terakhir dan esok adalah hari normal perkuliahan.

"Assalamualaikum Aras cantik".

"Udah nunggu lama yaa". Kata Sakar tiba-tiba muncul.

"Waalaikumsalam, udah cepetan ini udah jam 7". Jawab ku.

"Siap kapten". Ucap Sakar sambil bergaya ala orang hormat upacara bendera.

Sakar langsung ambil alih pengemudi. Seperti inilah setiap paginya aku dan Sakar. Setiap pagi aku menjemput Sakar untuk berangkat ke kampus. Menggunakan sepeda motor ku, aku dan Sakar membelah jalanan yang masih sepi, karna masih terlalu pagi jika harus padat kendaraan.

Sering aku menyuruh Sakar untuk ngebut dijalanan. Dan herannya Sakar pun malah menurutinya. Pagi-pagi yang selalu aku dan Sakar lewati untuk menembus kecepatan motor lebih dari angka 80 di meteran motor. Hal yang begitu menyenangkan bagiku, begitu pun juga Sakar.

Ngomong-ngomong, siapa sih Sakar ini. Jadi Sakar ini bukan pacar ku ya. Kalian jangan berfikiran seperti itu. Karna peran Sakar dalam kehidupan ku adalah seorang sahabat terbaik. Aku kenal Sakar sejak SMP, dan menjadi teman dekat sekali, sampai akhirnya waktu masuk SMA pun dia tetap ingin satu sekolah dengan ku. Dan akhirnya keterusan sampai masuk ke perguruan tinggi.

Sampainya di kampus aku langsung menuju tempat berkumpulnya maba. Benar saja disini sudah ramai adik tingkat.
Hal yang harus aku lakukan adalah menyemangati diri sendiri untuk menjalani tugas ini. Toh ini hari terakhir.

"Ras gue tunggu ditempat biasa ya".

"Oke masbro".

Sakar pergi ke perpustakaan. Pasalnya dia tidak menjadi panitia ospek.

☆☆☆

Hari yang melelahkan. Namun ini sudah berakhir. Selesai sholat Isya aku langsung bermanjaan ditempat tidur. Ingin rasanya langsung bermimpi.

Dan bunyi pintu diketuk dari luar bersamaan dengan suara Ibu ku yang mengatakan "Sayang udah tidur belum". Tak lama knop pintu terdengar di putar, Ibu ku masuk sambil membawa segelas air mineral. Menaruhnya diatas nakas.

"Sayang apa kamu udah tidur". Tanyanya lagi.

"Belum bu, sedikit lagi tidur". Jawab ku sudah sangat mengantuk.

"Jadi, soal kamu sering pergi kekampus sama Sakar itu. Ibu tidak mau mempermasalahkannya lagi sayang, selagi kamu masih mau menjaga batasan-batasan, tapi kamu tau kan Ayah mu itu keras. Hari ini dia melihat kamu lagi kalo kamu ngebut-ngebutan dijalanan sama Sakar".

"Ibu mau yang terbaik buat kamu sayang, kamu sudah dewasa, kamu sudah bisa ambil keputusan sendiri".

Tanpa disadari ibu berbicara seperti itu padahal aku sudah berada didalam alam bawah sadar. Pasalnya aku tidur membelakangi punggungnya. Dia pun menyelimuti tubuh ku sampai sedada dan membelai rambut ku.

Ibu ku memang terlalu halus memperlakukan aku. Entah lah karna memang sepertinya begitulah perangainya sejak dulu. Tapi anehnya kenapa ibu berjodoh kepada ayahku yang wataknya jelas berbanding terbalik dengan ibu.
Itu bukan aneh Aras, itulah takdir Allah.

30 Juni 2019







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INTUISI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang