낮과

170 31 13
                                    


❇ Chapter One, start ❇

Kalau Shihyun tidak mendekati dirinya di sudut jalanan yang gelap dan tidak mengajak dirinya bicara lebih dulu, dia tidak mungkin melakukan apa yang dia lakukan saat ini walau dia juga tidak memiliki penyesalan atas apa yang dilakukannya.

Tetesan kental dengan aroma besi di tongkat pemukul pada tangannya menambah kesan mengerikan pada dirinya, seolah pandangan tajam yang dia lemparkan pada orang di hadapannya belum cukup untuk mengirimkan perasaan bahaya.

Doyum membuang nafas seolah dia merasa lelah dengan apa yang baru saja dia lakukan, dia merendahkan tubuh untuk memperhatikan pandangan waspada yang terarah padanya.

"Tidakkah aku sudah memperingatkanmu saat kau mendekat?" Doyum memulai pembicaraan satu arah, mengingat lawan bicaranya tidak memiliki kemampuan untuk membalasnya

"Aku sudah mengingatkan padamu kalau kau tidak boleh mendekat" Tangan Doyum menekan tanah dengan tongkat pemukulnya, memberi senyuman miring tanpa mempedulikan sorot takut di depannya

"Kau, tidak, boleh, mendekat" Sebenarnya tidak ada gunanya bagi lawan bicaranya kalau Doyum mengulang perkataan dan memberi penekanan pada setiap kata, tidak ada guna selain menambahkan rasa takut

"Tidak ada yang boleh mendekati Shihyun kalau kau membuat dia terluka pada akhirnya" Ingatan Doyum berada pada temu pertama dengan laki-laki ini, meyakini kalau dia sudah memperingatkan dengan benar

"Sudah aku katakan, kau mencari masalah denganku jika kau membuat Shihyun terluka" Tidak peduli dengan kesopanan, Doyum melanjutkan tanpa memberi imbuhan formal

"Apa kau menganggapku sebagai orang yang mudah? Atau kau menganggap Shihyunku yang berharga sebagai orang yang mudah?" Arah lurus dari tongkat pemukul di tangan Doyum membentur tubuh yang masih memiliki degupan lemah

"Kau menganggap kami mudah dengan mengakhiri hubungan kalian setelah kau menyelesaikan taruhan, kau menganggap kami mudah dengan memperkenalkan kekasihmu pada Shihyun dan tertawa di depannya" Wajah Doyum memperlihatkan kemarahan besar

"Pikirmu, siapa dirimu hingga kau menjadikan Shihyun sebagai bahan taruhan dengan teman-temanmu?" Jemari Doyum mengeratkan genggam pada tongkat pemukul di tangannya

"Tidak ada yang boleh mendekati Shihyun kalau kau akan melukainya" Nada serius lagi tidak terbantah dari Doyum yang menggenggam tongkat pemukul dengan kuat

'KRAK' Pukulan kuat menghasilkan bunyi retakan tulang yang memilukan bagi orang yang mendengar, terkecuali Doyum yang mengisi kepalanya dengan mata sembab Shihyun juga ekspresi tersenyum yang dipaksakan

"Apa yang kau terima tidak setara dengan apa yang kau lakukan pada Shihyun" Kata Doyum, melanjutkan pembicaraan satu arah walau tidak menemukan gerakan dari tubuh yang berada di kakinya

"Shihyun yang berharga, tidak seharusnya menangis untuk laki-laki sepertimu" Doyum melempar lirikan tajam, enggan memberi tatapan secara penuh pada tubuh dari orang mengesalkan

"Seharusnya kau mengetahui siapa yang kau dekati, juga siapa yang mengawasimu kalau kau bertindak melewati batas" Tangan Doyum menaruh tongkat pemukul di tanah, sadar kalau tidak lagi ada hal yang bisa dia lakukan.

Langkah Doyum mendekati tas punggung miliknya yang terletak jauh dari posisi awal, meraih ponsel dari saku dan menemukan beberapa pesan yang menggelitik sudut bibirnya hingga dia menekan tombol untuk membuat panggilan.

"Hei, seharusnya kau sudah tidur" Teguran dengan nada kesal namun menyirat sikap perhatian sebagai sapaan dari Shihyun

"Aku memiliki pekerjaan yang harus aku selesaikan supaya aku bisa tidur dengan nyaman" Jawab Doyum

"Apakah pekerjaan rumah dari murid tingkat dua sekolah menengah atas memang sebanyak itu?" Shihyun memberi pertanyaan

"Eum. Aku akan tidur setelah aku merapikan pekerjaanku" Pikiran Doyum mengarah pada tubuh yang terletak beberapa meter di belakangnya

"Iya, kau membutuhkan istirahat pada usiamu" Kata Shihyun seolah dia memiliki rentang usia yang besar dengan Doyum

"Shihyun-Hyung, apa kau baik saja?" Tanya Doyum, menggigit bibir bawah dengan rasa khawatir jika Shihyun merasa tidak nyaman dengan pertanyaannya

"Ini sudah berlalu satu pekan, dan kau selalu menghibur saat kita bertemu" Shihyun memberi balasan dengan nada ringan, meski Doyum tidak menemukan jawaban dari pertanyaan yang dia ajukan

"Shihyun-Hyung harus mengatakan padaku kalau ada orang yang mengganggu atau membuat Shihyun-Hyung merasa tidak nyaman" Kata Doyum

"Seharusnya aku yang mengatakan hal itu karena aku lebih dewasa darimu" Respon Shihyun, kedengaran tidak setuju

"Kalau Shihyun-Hyung tidak masalah, aku ingin mengakhiri panggilan" Doyum melirik jam besar yang menunjukkan waktu larut

"Ah iya, kau harus istirahat setelah kau merapikan pekerjaan rumahmu" Kesan perhatian yang diberikan oleh Shihyun menerima senyuman tipis Doyum

"Iya. Shihyun-Hyung juga, kau harus segera istirahat agar kau tidak memiliki kantung mata yang tebal seperti kemarin dulu" Doyum menaruh tawa ringan pada akhir kalimat

"Iya, lagipula aku tidak ingin kau terus mencemaskanku seperti sepanjang pekan ini" Kata Shihyun, kelihatannya tidak melupakan banyak pertanyaan yang diberikan oleh Doyum saat menemukan kantung tebal di bawah matanya

"Istirahat dan mimpikan aku" Doyum menangkap decihan Shihyun yang berpikir kalau perkataannya adalah hal menggelikan

"Baiklah. Sampai jumpa" Shihyun menutup panggilan tanpa menunggu respon dari Doyum, tidak dipermasalahkan oleh Doyum yang menyimpan ponsel di tas.

Ekspresi dingin kembali di wajahnya saat pandangannya mengarah pada tubuh tidak bergerak yang sempat dia lupakan, menaruh sorotan dingin yang membekukan pada matanya selagi dia merapikan 'hasil pekerjaannya'.

Berpikir kalau dia sudah merapikan dengan baik dan meninggalkan tempat bersama tongkat pemukul yang selesai dia bersihkan, kakinya mengayun tanpa terburu selagi tangannya membiarkan tongkat pemukul berada di tanah dan menimbulkan bunyi berisik lagi mengancam.

❇ Chapter 1 ; end ❇

Aku ngga sering menulis cerita dengan tema seperti ini, jadi aku hanya menulis singkat supaya ceritanya ngga terlalu berantakan.

Cerita ini pernah aku publish di book aku yang lain, tapi aku publish ulang dengan pemain berbeda karena aku lagi kangen JeonShi 😂

My PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang