Sepasang kekasih Son Seungwan dan Park Chanyeol sedang berada di dalam mobil yang terparkir di pinggir danau. Mereka memutuskan untuk beerjalan santai di pinggiran danau.
"Kedinginan?" Chanyeol melirik Seungwan yang hanya diam sepanjang perjalanan.
Seungwan mengangguk pelan.
"Sini biar aku hangatkan,"
Chanyeol memeluk erat Seungwan. Gadis itu terlihat sangat mungil jika sedang ia dekap seperti sekarang ini. Bagaimana tidak tingginya saja hanya sebatas bahu lebar milik Chanyeol. Tapi itu adalah salah satu alasan mengapa Chanyeol bisa jatuh cinta dengannya.
Seungwan membalas pelukan Chanyeol. Sesekali ia mengusap punggungnya yang akan dibalas Chanyeol dengan mengelus rambut pendeknya yang diikuti dengan kecupan ringan pada puncak kepalanya oleh laki-laki tinggi itu. Orang yang lalu lalang malam itu pun berhasil dibuat iri dengan kemesraan mereka. Sepasang sejoli yang dimabuk kasmaran.
"Aku memang brengsek. Disaat seperti ini aku tidak ingin melepaskan pelukanmu. Aku ingin terus bersamamu selama yang aku bisa."
Chanyeol tidak berbohong. Nyatanya memang ia seorang laki-laki brengsek yang terus menerus berfikir ingin memiliki dan bersama Seungwan selamanya disaat ia telah bertunangan dengan wanita lain. Dan tinggal menunggu hari hingga hari pernikahan tiba.
Seungwan menatapnya. Ada sedikit rasa kebahagiaan saat Chanyeol dengan tulus berkata ingin bersamanya. Dan rasa berharap bahwa ia akan menepati ucapannya agar tetap bersamanya. Namun sayangnya harapan tinggalah harapan karena Chanyeol tetap disisinya itu sangat tidak mungkin terjadi.
"Aku juga. Jika saja aku bertemu denganmu dengan kondisi yang lebih baik. Mungkin kita tidak akan berakhir seperti ini," kekehnya pelan.
Chanyeol tersenyum. Mencium puncak kepala Seungwan. Lalu mengarahkan bibirnya ke bibir mungil Seungwan.
"Aku mencintaimu," bisiknya disela-sela ciuman panas mereka.
Dan tidak lama kemudian mereka berdua memadu kasih untuk terakhir kalinya dengan penuh gairah di sebuah penginapan tidak jauh dari danau. Tempat yang mungkin akan menjadi saksi berakhirnya kisah mereka.
.
Seungwan sedang di perjalanan, hari ini ia ada janji bertemu dengan Chanyeol untuk makan siang di Resto di daerah Itaewon. Tidak lama setelah ia menekan gas mobil setelah lampu lalu lintas berubah hijau, tiba-tiba ia memberhentikan mobil sejenak di pinggir jalan karena kepalanya terasa sangat sakit. Ia merogoh tas selempang di kursi penumpang dan meminum beberapa obat sakit kepala.
Menunggu sejenak selama 5 menit, ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Namun saat ia melihat plang penunjuk arah, ia baru sadar sepertinya ia salah jalan.
"Bagaimana ini?" Ia merogoh tasnya kembali. Mencari ponselnya namun ternyata tidak ada. Seingatnya ia sudah menaruh ponselnya di dalam tas pagi tadi.
"Astaga, bagaimana bisa kamu lupa membawa ponsel Seungwan," keluhnya pada diri sendiri yang menjadi pelupa akhir-akhir ini. Bahkan sudah terhitung 5 kali dalam sebulan ia lupa membawa ponsel dengannya meski ia sangat yakin ia sudah memasukkannya di tas maupun mobil.
"Haruskah aku bertanya pada orang sekitar?" Gumamnya pelan. Ia keluar mobil dan beruntungnya ada seseorang tengah duduk di bangku tunggu trotoar. Ia pun bertanya pada laki-laki paruh baya itu.
Sedangkan bibi Seungwan, Jung Hyemi atau Seungwan dan Jaemin lebih suka memanggilnya dengan sebutan Bibi Jung menangis ketika melihat isi buku tabungannya bertambah.
"Sayang, Seungwan membayar hutangnya melebihi jumlah yang ia pinjam," katanya tersedu-sedu kepada sang suami, Baek Yoon di ruang tengah yang kini juga ikut berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Days Promise [Wenyeol Version]
RomanceSeungwan didiagnosa mengidap Alzheimer saat ia baru menginjak usia 27 tahun. Perlahan ingatan demi ingatan mulai ia lupakan. Disaat yang sama Chanyeol tetap setia dengan Seungwan, lelaki itu rela mengorbankan hidupnya hanya untuk bisa bersama Seungw...