//1

13 0 0
                                    

"bang... jangan di ambil ehhh!!!" ucap ku untuk segera meminta barang yang diambil.

"hahaha kejar dong sinii..." ucapnya seraya berlari menjauhiku.

"ihhh tau ah capeek!!!" aku nyerah lalu duduk di pinggiran sungai yang jernih.

"laa ngambek" dia pun berhenti dan menghampiriku seketika. "nih mau minum gak?" tawarnya sambil menyodorkan minuman botol kearahku.

Aku pun menerima dan segera membuka segel nya. Segera kuteguk untuk membasahi kerongkongan ku yang kering sedari tadi.

"masih marah ya?" tanyanya sambil melihat wajahku yang tepat didepan wajahnya.

"gak jadi marah kalau abang mau beliin aku itu" aku menunjuk salah satu penjual diantara penjual lainnya, yaitu balon. aku sangat menyukai warna ungu. Aku menunjuk balon warna ungu.

"abang gak bawa uang Sya." kulihat dia sedang sibuk merogoh kantung celananya,

"aaaaa abanggg, udah ah pulang aja" aku menarik narik kerah bajunya.

"iya iya jangan kayak gini dong aku kan bukan kambing mbeeeek" katanya. "ayo naik Sya" ajaknya sambil menunjuk kebelakang sepeda.

Aku pun menuruti apa yang di perintahnya. Kami berbonceng, dengan posisiku berdiri dan pegangan ke pundaknya.

Selang beberapa waktu kami sampai dirumah.

"udah sampe Sya. sana mandi jangan lupa makan" katanya, lalu mejulurkan lidahnya "wleeeek"

"wleeeek makasih bang, eh gak jadi deh abis aku kesel gak dibeliin balon hu" kataku yang masih ingat kejadian barusan.

"hehe lain waktu ya Sya. udah ah dadah" dia berlalu,

Kulihat dia pergi sampai kulihat dia membuka pintu pagar rumahnya lalu memasukan sepeda ke teras rumahnya. Rumah kami berhadapan jadi aku mudah unuk menjangkau bang Hanif.

***

Author POV

"Rasya..." terdengar suara seseorang yang tak asing bagi keluarga Rasya

"Rasyaaaa" teriaknya lagi.

"eh Hanif... masuk nak, Rasya udah nunggu di dalam" kata Mama nya Rasya, bu Azra.

"iya makasih Ma, Hanif masuk ya" kata Hanif

Keluarga Rasya dan keluarga Hanif memang sudah dekat. Layaknya keluarga sendiri,  Rasya memanggil Mama Hanif dengan sebutan 'Ibu', sedangkan Hanif memanggil Mama Rasya dengan sebutan 'Mama'

"Sya... bang Hanif dateng tuh!" teriak Mama dari lantai bawah.

"iya maaaaa" Rasya pun menyauti teriakan mamanya.

Hanif mendekati Rasya yang sedang asik memegang buku beserta alat tulis nya. Rasya sedang belajar, alasa Hanif datang ke rumah Rasya untuk megajari Rasya belajar sambil menemani Rasya belajar.

"eh bang" sapa Rasya,

"belajar apa hari ini" tanya Hanif lalu mengambil posisi duduk disebelah Rasya

"ini nih matematika bang" kata Rasya sambil melepas kacamata belajarnya, untuk rehat sebentar.

Rasya dan Hanif beda satu tahun, Hanif lebih tua. Saat ini Rasya duduk di kelas 5 SD dan Hanif duduk di Kelas 6 SD.

Sekolah mereka berbeda. SD Hanif berbasis Islam. Sedangkan Rasya bersekolah di SD Negeri.

Hanif menarik buku matematika Rasya, lalu melihat sebentar dan tak lama hanif mulai menulis sesuatu di buku tersebut.

"liat nih caranya..." kata Hanif ke Rasya yang lagi mainin hapenya.

Rasya hanya bergumam "hemm"

Hanif menarik hape yang dimainkan Rasya

"hii katanya minta diajarin tapi main hape..." Hanif menaruh hape Rasya di kantong celana nya.

"ehehe" Rasya nyengir "yaudah gimana buruan" lanjutnya lagi

"gini nihh kamu kalikan semua, terus dibagi sama yang diketahuinya. nah hasilnya kan sekian. terus kamu tambahin keterangan waktunya" jelas Hanif panjang lebar.

"hmm ya..ya, terus ini nih bang nomor 5 nya gimana?" tanya Rasya lagi.

"nah kalau ini gampang, kalikan aja semuanya, tapi kali silang" jelas Hanif sambil mencorat coret buku kotretan Rasya.  "nah ini ada soal yang sejenis, coba kamu kerjain deh"

"oke bang"

Mama Rasya datang sambil membawa nampan berisi orange jus dan snack kecil.

"nih ngemil dulu ya" kata mama seraya meletakan nampan tersebut di meja.

"makasih Maaa" ucap Hanif dan Rasya bersamaan. tak lama mereka saling pandang.

"hahahaa" mereka berdua tertawa.

Mama berlalu. Rasya mengambil 2 gelas minuman tersebut, tangan kanannya menaruh gelas dimulutnya untuk segera meneguk minuman tersebut. Tangan kirinya memberi gelas itu ke Hanif.

"hemm bang" Rasya menyodorkan gelas tersebut.

Hanif mulai meneguk minuman yang diberi Rasya.

"oh iya Sya, kan udah semester 2 nih. Aku kayaknya gak terlalu sering ajarin kamu belajar ya. Persiapan UN Sya." kata Hanif sambil meletakan gelas dimeja dan mengambil biskuit.

"yaahh gitu yaa" kata Rasya, kecewa. "nanti aku sendirian dong huee"

Rasya anak tunggal, jadi Hanif sudah seperti kaka sendiri bagi Rasya. Hanif selalu menemani Rasya kemana mana, mau itu belajar, pergi atau kegiatan lainnya. Ini semua dilakukan agar Rasya tidak merasa sepi. Hanif sendiri tidak merasa keberatan karena dia juga anak tunggal.

"iya bukan berarti gak nemenin kamu lagi lah Sya... kan aku bilang gak sesering biasanya" kata Hanif sambil senyum kearah Rasya.

"iya deh iyaa" kata Rasya panjang.

"oke kita lanjut belajar lagi yok" ajak Hanif.

"siap bos" jawab Rasya semangat.

Mereka mulai belajar kembali, sesekali mereka tertawa, sesekali Hanif merasa  gregetan oleh Rasya karena lama memahami materi, atau sebaliknya, Hanif suka jahil dan membuat Rasya kesal.

>>>>---<<<<

Haiii cerita baru nih, vomments ya. semoga sukaaaaa BIG HUG!:3 Lvya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang