Warn
(Alur cerita cepat secepat kereta api)"Yeay, Makan!" Kaki kecilnya dia langkahkan ke arah meja makan. Berlari dengan cepat. "Astaga, Eren!" Kuchel menyusul dibelakang.
"Ups, tak boleh lari - lari." Farlan menangkap Eren. "Ahh! Minggir dong~ Eren lapaar..." Rengeknya.
"Berjalan saja kan bisa." Ujar Sasha, mengambil alih Eren dan menuntunnya ke meja makan dengan berjalan pelan.
Eren sudah duduk di depan meja makan. Mulai memakan tanpa menunggu Kuchel. "Sopan ya!" Sindir Kuchel sambil mengambil tempat duduk.
"Eren laper ma... Mama sih lama sekali konsultasi sama dokter Historia." Jawab Eren. "Haah... berasa nggak makan dua kali dua puluh empat jam saja." Sindir Kuchel lagi.
"Lagian umurmu berapa sih? Sudah mengandung hampir delapan bulan. Masih saja seperti bocah SD." Kuchel sudah terlalu lelah dengan kelakuan anak bungsunya ini.
"Enam belas tahun!" Eren tetap menjawab sambil mengacungkan tangannya. Menunjukkan angka enam. Tak sadar dirinya sedang disindir.
"Haahh..." Lagi - lagi Kuchel menghela nafas. Maid dan butler hanya menahan tawa melihat interaksi keduanya.
"Kangen kak Levi deh." Ujarnya tiba tiba ditengah acara makan. "Halah, gak ketemu berapa jam aja. Lebay amat anak zaman sekarang." Kata Kuchel.
"Huuh..." Ereh mengerucutkan bibirnya. "Lagian paman Kenny ngasih perusahaan di Jepangnya ke kak Levi. Kan jadi sibuk kak Levinya." Keluh Eren.
"Yah dia emang satu - satunya keluarga Ackerman pria yang sudah cukup umur untuk memimpin perusahaan di Jepang. Jadi setelah lulus, pamanmu segera menempatkan Levi disana." Jelas Kuchel.
"Tapi tetap saja..." "Sudah, makan saja. Levi juga bakal pulang nanti." Eren akhirnya melanjutkan acara makannya.
.
"Sudah selesai!" Eren berseru. "Lap mulutmu itu." Kata Kuchel sebelum meminum air mineral yang tersedia. Sasha segera menyerahkan lap ke Eren.
Setelah mengelap mulutnya, Eren segera bangkit dan berjalan menjauhi tempat makan."Mau video call kak Levi ah!" Ujarnya riang. "Dadaah~" Eren berlari kecil.
"Jangan berlari! Ya ampun!" Baru menghilang di balik pintu, suara tubrukan serta suara pecahan terdengar nyaring.
"Prang!" Hening beberapa saat. Sebelum para maid dan butler serta Kuchel teriak dan menghampiri Eren.
"EREN!"
.
." Batalkan rapatnya! Kosongkan semua jadwalku hari ini!" Titahnya setelah menerima telefon. "Tapi tuan Le-" "Lakukan saja!"
"Tidak bisa begitu, tuan Levi. Anda harus professional." Ujar klien nya. "I-iya..." sekertarisnya mengangguk menyetujui.
"Dengar tuan, Istri saya sedang pendarahan . Anda tak berhak mengatur saya." Ujarnya geram.