03. Noran

25 9 4
                                    

   Beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi, Nadin baru sampai di sekolah. Bahkan, beberapa murid sudah berbaris di lapangan. Jantungnya benar-benar ingin copot dari tempatnya, dengan kekuatan super miliknya Nadin sudah berbaris di belakang Jihan-- yang sepertinya baru datang juga.

   "Ini Nadin!" Seru Jihan yang membuat beberapa teman-temannya menoleh. Novi, Adel, Tari, dan Tata.

   "Kirain nggak masuk, Din." Ujar Tari datar.

   Mendengar perkataan Tari, Nadin hanya bisa tersenyum malu. "Iya, tadi bangun kesiangan terus ban motornya kempis. Harus ke bengkel dulu jadinya."

   "Yaudah, deh. Lo dicatat OSIS?" Pertanyaan selanjutnya datang dari Novi. Cewek yang berdiri dibarisan paling depan.

   "Alhamdulillah, udah. Pas banget, pas gue dateng, Dhea sama Kak Alana baru mau nyatet. Jadinya, dicatat deh, gitu." Bibir Nadin mengerucut, nasibnya sial sekali hari ini.

   Hukuman untuk hari Senin dan hari lainnya berbeda, kalau hari biasa hukuman bagi yang datangnya terlambat diperintahkan untuk membersihkan sekolah sampai bersih. Kalau untuk hari Senin, hukumannya jauh lebih berat, yaitu hormat kepada Bendera Merah Putih sampai pelajaran di jam pertama selesai. Ditambah, mereka juga diperintahkan untuk membersihkan sekolah. Nadin sial sekali, untuk pertama kalinya dalam semester 3, Nadin telat dan dia telat di hari Senin.

   Teman-teman Nadin yang mendengar curahan hati Nadin terkekeh kecil, gaya bicara dan mimik wajah Nadin memang sangat menggemaskan. Wajahnya benar-benar mirip dengan kucing!

   "HEI! UPACARA UDAH MAU MULAI! SEMUANYA DIAM!" Teriakan sang ketua OSIS, Ghailan, membuat suara bising dilapangan menghilang. Mereka semua sudah berbaris dengan rapi dan tidak bergerak sana-sini. Ketua OSIS periode ini, memang terkenal galak dan bermulut pedas. Mantul, mantap betul.

   Ucapan Ghailan terbukti oleh suara mic yang sedang diperiksa keadaannya, kemudian protokol dalam upacara kali ini mulai berbicara.

   "Upacara hari Senin, tanggal 3 bulan Agustus tahun 2019 siap dilaksanakan."

▪The Cats▪

   Benar, kan? Nadin sudah merenggut beberapa kali karena teriknya sinar matahari yang sangat mengenai dirinya. Setelah upacara selesai dilaksanakan, teman-temannya yang lain kembali ke kelas, sedangkan Nadin berdiri didepan tiang bendera sambil hormat. Kalau bukan diancam akan kena poin pelanggaran 4× lebih besar, Nadin ingin pura-pura sakit saja lalu pergi ke UKS.

   Ditambah, Noran juga telat. Dia jadi memiliki waktu lebih lama bersama Noran, modus sedikit, tidak apa-apa, kan?

   5 menit, 10 menit, 15 menit, peluh mulai bercucuran keluar dari pelipis Nadin. Dia sudah tidak sanggup lagi, nasibnya memang sial sekali hari ini. Nadin tidak setuju dengan Jihan yang mengatakan bahwa hari Kamis adalah hari sial, bagi Nadin, hari sial adalah hari Senin.

   Nadin semakin sebal saja ketika melihat Pak Ali semakin mendekat. Kehadiran Pak Hindun sama seperti kehadiran malaikat pencabut nyawa bagi Nadin. Kalau wajah Pak Ali sebelas-dua belas dengan Lee Dongwook, mungkin saja Nadin berminat untuk menjadi murid langganan BK seperti Adel.

   "Anak-anak, karena mataharinya terlalu terik, kalian dibebaskan dari hukuman ini--" belum selesai Pak Ali berbicara, anak-anak yang dihukum sama seperti Nadin bersorak.

   "Saya belum selesai berbicara!" Bentak Pak Ali dan kembali membuat semua murid terdiam. "Hukuman berdiri di depan tiang bendera memang telah usai, tapi, hukuman kalian untuk membersihkan sekolah tetap berlanjut."

   "Kamu, dan 4 orang disebelahnya membersihkan gedung ekskul. Kamu dan 4 ke kiri saya, membersihkan lapangan dan parkiran. Kamu dan 3 orang ini membersihkan masjid dan taman!"

The CatsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang