ASPARTAM

188 9 2
                                    

AN ALTERNATE UNIVERSE

*** A FAJRI STORY ***


CHAPTER 1 - ASPARTAM


"Atlit badminton tim Thomas Indonesia sudah kembali ke tanah air. Mereka sukses membawa pulang piala prestisius itu ke Indonesia setelah berhasil memenangi kejuaraan piala Thomas dan Uber selama kurang lebih satu minggu menjalani pertandingan yang diselenggarakan di negara China". Itu adalah isi berita yang dibawakan oleh setiap presenter di hampir seluruh program berita yang ditayangkan di televisi.

"Kenapa beritanya tentang mereka terus sih, bukannya mereka sudah balik ke Indonesia minggu lalu ya?". Rian ngedumel sambil nyemilin donat coklatnya, sementara matanya terus menatap layar televisi. "Kapan ganti beritanya tentang mbak Dian Sastro atau Chelsea Islan? kan pengen lihat kesayangan-kesayangan ada di tv", Rian masih nguyah, sekarang lanjut ke donat keju.

"Itu kenapa pada buka baju? Mereka atlit badminton apa atlit renang sih? Lah...sejak kapan lapangan badminton pindah ke kolam renang? Aneh banget sih", protes Rian yang kali ini sibuk dengan donat kacangnya.

"Kamu itu yang aneh. Mereka kan mau renang, ya ke kolam renang lah. Itu udah pada pake kolor, terus disuruh guling-guling di lapangan badminton gitu?", kata Budhe gemes sendiri dengerin keponakannya.

"Budhe~.. Ian kan ndak tahu. Ndak pernah merhatiin kegiatan atlit badminton. Kecuali kalau mbak Dian jadi atlit. Nanti aku perhatiin, terus cari tahu kegiatannya setiap hari...hehehe"

"Mbak Dian lagi..mbak Dian terus.. Inget Dek, mbak Dian udah punya suami", ucap Budhe lelah mendengar ucapan keponakannya yang merupakan fans berat Dian Sastro itu.

"Kalau doain mbak Dian jadi janda dosa nggak Budhe?", tanya Rian enteng sambil nyemilin donat keempatnya.

"Hush...lambenya. Dijaga itu omongan. Kalau perlu nanti Budhe cariin calon buat kamu, jangan mbak Dian. Kamu mau calon yang kayak gimana? bilang aja Budhe punya banyak stok", tawar Budhe.

"Stok apa? Budhe kan cuma punya stok kue?", jawab Rian enteng dengan tatapan polos dan pipi yang mengembung karena donat di mulutnya. "mau yang kayak mbak Dian satu ya, Budhe?", lanjutnya

"Mboh lah, Dek. Sak karepmu. Budhe pusing dengerin kamu ngomongin mbak Dian terus. Lanjut kerja sana, bikin lagi donat yang udah kamu habisin", kata Budhe setelah melihat box donat di depan Rian yang isinya tinggal setengah.

***FAJRI***

"Bosen banget, sih. Tempat ini lumayan gedhe, tapi kenapa dikit banget konsumen yang datang hari ini? Kenapa aku milih kerja disini ya?" Rian bergumam pada dirinya sendiri.

"Kamu kerja disini soalnya", seorang wanita berjalan keluar dari salah satu ruangan. "Karena ibuk mu yang sudah buang kamu disini sama Budhe".

"Bener juga, ya", Rian ngangguk setuju. "Toko ini sudah berdiri lebih dari dua tahun, tapi kenapa cuma sekitar sepuluh pembeli aja yang datang setiap hari? Apa Budhe ndak sayang, buang-buang uang buat toko ini?"

"Hush! ndak boleh ngomong gitu, Dek. Rejeki udah diatur, kita usaha aja buat dapetinnya. Sekarang...Ayo balik kerja!". Setelah mengatakannya, Budhe kembali lagi ke dalam.

"nggih budhe, tapi apa yang harus dikerjain?" Rian bertanya sambil menatap kue-kue yang masih banyak di etalase.

***FAJRI***

Sementara itu, ditempat lain.

Saat semua orang sedang sibuk, dua manusia juga ikut sibuk satu sama lain di sebuah ruangan yang kosong.

ARTIFISIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang