Chapter 4 - SUKROSA
***FAJRI***
"Nghnn...", Rian berguling malas di atas sofa. "Aku..." Pitha menatapnya. Rian menatap balik Pitha dengan mata bulat besarnya. "Aku...nggak mau...keluar", Rian menarik selimut untuk menyembunyikan diri.
Pitha menariknya, "Mas, kamu kan harus kerja".
"Tolong bilang Budhe, hari ini aku meriang", kata Rian lalu pura-pura batuk.
"Gak bisa, Mas. Aku harus pergi latihan. Pelatih akan marah kalau aku datang terlambat. Aku harus berangkat lebih awal", jelas Pitha. "Mas Rian hari ini sendirian di rumah gak papa kan?", tanya Pitha lalu berjalan kearah pintu.
"Kamu ngomong apa? Aku memang selalu bersama diri ku sendiri", gumam Rian. "Kalian sendirilah yang tiba-tiba datang di dunia ku", rajuknya lalu kembali pejamin mata.
***FAJRI***
"Buruan!", panggil Kevin kepada yang lain. Mereka keluar dari apartemen setelah Pitha pergi.
"Gue gak nyangka, kita bangun kesiangan hari ini", kata Ihsan.
"Tari!", Rian buka pintu untuk memanggil Pitha dan sekali lagi mereka saling bertatap muka. Rian sedikit berantakan karena dia belum sepenuhnya terbangun.
"Hi~" Fajar melambaikan tangan kearahnya.
Rian membanting pintu di depan mereka.
"Kayaknya dia masih belum menyukai kita", kata Rinov.
"Aduh, gak baik nih. Dia tetangga kita. Kita harus bisa membaur, gimana pun caranya", perintah Marcus.
"Kita harus pindah ke tempat dimana Pevita tinggal", usul Jonatan. Tidak ada yang menanggapi, yang lain lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan ke lobby.
***FAJRI***
"Mas Rian~. Bisa bawain kue coklat kesini nggak?", Pitha suka menggoda Rian untuk datang ke pelatnas. Salah satu tempat yang tidak disukai Rian.
"NGGAK!!", suara Rian terdengar dari telpon. "Kamu sudah tahu aku benci tempat itu".
"Tapi aku lapar dan kesepian. Ayolah mas, buruan dateng terus temani aku main", goda Pitha.
"Gak!", tolak Rian.
"Mas~...AAAHHHHH!!!", Pitha menjerit.
"Tari? Mentari?", Rian meninggikan suaranya. "MENTARI!!!", Rian segera menutup telpon dan berlari keluar toko.
***FAJRI***
Rian langsung pergi ke gedung pelatnas Cipayung setelah mendengar teriakan Pitha. Dia langsung masuk dan berteriak, "MENTARI!". Rian berjalan cepat, matanya terus mencari keberadaan Pitha. Karena tidak memperhatikan arah, dia menabrak seseorang.
"Auw!", Rian mengusap-usap dahinya.
"Kalau jalan lihat depan", nasihat Fajar.
"Diem! Dagu mu terbuat dari baja apa ya? Sakit nih?", omel Rian dengan tangan mengusap dahinya.
"Lu ngapain disini?", tanya Fajar yang baru sadar kalau ternyata itu si cowok penjual roti.
"Mentari", jawab Rian singkat.
Rinov yang berdiri agak jauh dari Fajar, jalan mendekati mereka saat mendengar kata 'Mentari'.
"Mentari?", dia bertanya.
"Kenapa dengan Mentari?", Fajar ikut bertanya. "Lu gak bisa masuk dan ketemu dia, gak ada fans yang boleh masuk ke gedung ini tanpa ijin", jelasnya dengan nada suara yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIFISIAL
Fanfictionartifisial/ar•ti•fi•si•al/ a tidak alami; buatan. (KBBI) Apakah hubungan artifisial bisa bertahan lama? atau hanya akan berlangsung sekejap seperti sebuah ilusi? cerita terinspirasi dari fanfik luar