03. Sugar Plum

1.2K 168 48
                                    

She's smile like sugar plum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

She's smile like sugar plum.

Aku pikir sudah tidak ada lagi yang datang ke studioku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pikir sudah tidak ada lagi yang datang ke studioku. Namun, perkiraanku salah. Pintu kaca itu terbuka. Sosok pria yang sebaya denganku muncul di sana.

Junghyun hyung. Ini pertanda baik. Sore ini akan menjadi hari beruntungku. Tetapi mungkin tidak bagi pria itu, wajahnya lesu.

"Hyung, serius, kau tampan sekali," godaku lalu menghampirinya. Memukul dadanya dengan tinjuku. Sekalian menghibur, barangkali kabut di hatinya mau pergi. Padahal, sih, aku masih lebih tampan dari dia.

"Apa, Jeon? Katakan apa maumu. Jangan kau kira aku tidak tahu akal licikmu, ya."

Jelas aku bukan pria licik seperti katanya. Karena kebetulan hyung mampir ke studio fotoku. Apa salahnya, 'kan, aku meminta sedikit bantuan. Lagi pula, hyung pasti mau membantu. Meski soal ketampanan masih kalah denganku, dia tetap yang terbaik.

Dia berjalan melewatiku, menempatkan seluruh tubuhnya di atas sofa. Terdengar helaan napas panjang. Aku tahu, dia sedang berada dalam mood yang tidak baik. Maka rencana keduaku adalah memberikan dia minuman penyegar tenggorokan, sekaligus menyegarkan suasana hatinya.

Aku meraih dua buah jeruk—dalam lemari pendingin—memerasnya dalam satu wadah. Kutambahkan sedikit air, sedikit gula putih, lalu memasukkan enam buah es balok. Sempurna. Mungkin akan sedikit kemanisan, bisa jadi, karena aku yang membuatnya.

Jus orange apa akan baik-baik saja untuk hyung? Cuaca di luar dingin sekali. Langit masih mau membasahi bumi. Hujan itu seperti rindu. Tetapi, meski hujan telah reda, rindu tak kunjung sirna.

"Lihat, hyung. Kau tertarik dengan jus buatanku, 'kan?" Kuletakkan satu gelas panjang di atas meja, tepat di samping sofa yang ditidurinya.

"Kau menunjukkan itu terlalu jelas. Sekarang katakan apa yang harus aku bantu, hm?"

Dia meletakkan kedua tangannya di bawah kepala, lalu menatapku dengan kedua alis yang dinaikkan.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang