Mada The DreamSaver

8 1 0
                                    

        Sore sudah menampakkan cahaya jingganya. Ketika seorang pemuda berusia 23 tahun itu menyelesaikan sesi talkshownya di sebuah café ternama di sebuah mall besar di kota jakarta. Pemuda itu berdiri dari duduknya, ia memegang micknya dengan mantap sambil berkata dengan tegas

     “guys, Asal kalian tahu saja, saya seperti ini tidak instan. Saya memulai mimpi saya saat saya berusia sepuluh tahun. Saat itu saya sudah belajar tentang desain grafis, programming, codding dan segala hal yang berhubungan dengan game programmer. Dan masa yang saya habiskan untuk bisa berdiri dihadapan kalian semua cukup panjang dengan segala lika-likunya. Maka jika kalian memang bermimpi maka focuslah pada hal-hal yang berhubungan dengan mimpi kalian. Terimakasih!”

        Seketika seluruh pengunjung café itu riuh bertepuk tangan. Sebuah semangat menggelora dalam dada mereka yang memang ingin mejadi seorang game programmer handal seperti pemuda tersebut. Ya, dia adalah Armada Syaputra seorang game programmer sukses yang berhasil membawa game bernuansa Indonesia menjadi populer di mancanegara. Pemilik sebuah perusahaan game Armadein.inc yang bergerak di bidang produksi game yang telah meraup untung milyaran rupiah. Bahkan ia termasuk dalam daftar 10 pemuda yang berpengaruh di Indonesia.

       “wow…mas Mada itu sangat menginpirasi kita  sore hari ini!” sahut sang pembawa acara. “baiklah kita akan lanjutkan pada sesi Tanya jawab. saya akan membuka kesempatan bagi tiga penyanya!” seketika puluhan orang yang ada ditempat itu mengangkat tangannya  pertanda ingin bertanya. “ah..itu mbaknya yang berjilbab ungu!” tunjuk sang pembawa acara pada seorang gadis dengan jilbab ungu dan berpostur kecil yang berada pada bagian depan. Mada pun memberikan senyum tulus kepada gadis itu. Sedetik mata mereka saling memandang. “ya,  setelahnya masnya yang berbaju biru dan yang memakai kacamata” lanjut sang pembawa acara.

          Seorang panitia memberikan micknya kepada gadis berjilbab itu. Dia sedikit kikuk saat memegang Micknya “Perkenalkan nama saya nadira. Saya  mau Tanya kak . Nomor Handphone kakak berapa?” seketika hadirin yang lain riuh menertawakan bahkan ada yang memberikan siulan dan gurauan “suit-suit… nyari peluang nih ye!”. Wajah gadis itupun memerah tersipu malu mendengar hal itu. Mada terlihat memberikan senyum simpul. “heemmm, maaf ya  nadira, kalau nomor handphone saya tidak publikasikan tapi kalau nadira ada perlu bisa email ke armadasaputra.armadein@gmail.com” jawab Mada singkat.
     
       “bagaimana nadira, masih ada yang mau disampaikan?” Tanya sang pembawa acara. Nadira hanya menggeleng dan segera duduk kembali ke kursinya dengan wajah bersemu merah. Walau masih ada senda gurau akibat pertanyaan Nadira sesi tanya jawab dilanjutkan. Hingga acara ditutup  dan satu-persatu para hadirin keluar meningalkan café.

        Mada pun bersiap untuk meninggalkan panggung ketika tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya “ thank’s ya bro udah mau datang!” sapa fadlan yang menggagas acara ini sekaligus pemilik café

       “eh , kemana aja lo. Gue cariin dari tadi baru kelihatan batang hidung lo” balas Mada. “sorry, tadi istri gue minta dijemput habis dari arisan”

       “cieee, jadi suami takut istri ya lo!”

       “ya nggak lah bro. itu tandanya suami sayang istri”. Merekapun tertawa lepas karena memang keduanya adalah teman akrab walaupun usia fadlan jauh lebih tua.

        Tiba-tiba muncul Nadira di samping Fadlan. “kak, boleh minta foto bareng nggak? Please!!!” pintanya dengan wajah memohon dan malu-malu. “ehm... iya deh boleh!” jawab Mada. Nadirapun mengeluarkan handphonenya dan meminta Fadlan menjadi fotografernya. Setelah beberapa jepretan gadis itu pun pamit. Sebuah senyum manis tanda puas tergambar dari wajah Nadira. Mada pun tersenyum melihat gadis belasan tahun itu berlari kecil mengejar temannya yang sudah menanti di depan pintu café. “ cieee…kayaknya banyak yang naksir nih!” ejek Fadlan sambil merangkul leher mada. “cantik dan imut sih bang! Tapi… belum bisa diajak married kayaknya!!” jawabnya sambil nyengir kuda. Merekapun melanjutkan obrolannya di meja bar café.

Mada The DreamsaverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang