Bruk..
Irene membanting tubuhnya ke atas sofa besar nan empuk di ruang tamu. Nafasnya terengah-engah setelah membantu mama membereskan kamar yang tidak terpakai untuk kemudian dipakai oleh seseorang. Tidak perlu ditebak, kalian pun pasti sudah tahu jawabannya bukan?
Siapa lagi kalau bukan...
Ah tidak. Irene sudah cukup muak. Membayangkan namanya saja sudah membuat emosinya naik 1 tingkat lebih tinggi. Irene sendiri tidak menyangka bahwa ia akan menjadi serepot ini hanya karena 1 orang. Jangan salahkan Irene bila sejak tadi ia mengeluarkan beribu sumpah serapah untuk orang yang sudah membuatnya lelah seperti ini
Oh. Irene memang harus meminta imbalannya!
Gadis itu memejamkan matanya, berusaha mengistirahatkan tubuhnya yang malang. Di bantu tangannya yang memijat keningnya yang mendadak terasa pening.
Terselip sebuah do'a kecil dalam hatinya : semoga tidak ada yang mengganggunya untuk beristirahat —
Drrt..Drrt..
Sejenak.
Baru beberapa detik Irene menyelipkan do'a di hati kecilnya. Namun entah Tuhan murka atau tidak padanya— do'a itu tidak terkabul. Di tandai dengan masuknya sebuah pesan yang membuat kedua mata Irene kembali terbuka karena bunyinya
Ya Tuhan, Rasanya Irene benar-benar ingin menangis
Sehun :
Beberrs yg bener.
Gue gk mau di kamar gue nanti ada kecoa. Atau debu sekecil apapun.Irene mendengus membaca tiap kata yang tersusun di layar ponselnya. Dengan lincah jarinya bergerak di atas keyboard untuk mengetikkan balasan
Irene :
Mau kamarnya bersih?
Beresin sendiri! Gue bukan babu lo!Sehun :
Ingat? Tamu adalah RAJAIrene :
HALU.Sehun :
Gue gk mau tau alasan apapun.Irene :
OGAH!Irene membanting ponselnya ke sampingnya. Gadis itu mengambil pasokan udara untuk kemudian bersiap untuk berteriak sekencang mungkin
"AAA—"
Tok tok tok..
Tertunda lagi.
Siapa lagi siih?!
Dengan malas Irene melangkah kan kakinya menuju pintu. Bersiap untuk mengomeli si pengetuk pintu. Ia tidak peduli siapapun itu"Gak ngerti kalo gue lagi istira—" dan Irene seketika menghentikan omelannya yang hampir meledak
Jeng jeng jeeng~
Kok udah disini aja sih?!
Tutup pintunya Rene! Tutup!Entah dapat bisikan dari mana Irene segera menutup kembali pintunya sebelum Sehun masuk— telat. Sehun lebih cepat dari Irene sehingga Sehun berhasil menahan pintu yang hampir tertutup. Irene melotot
"Singkirin tangan lo!"
Tak ada sahutan. Sehun tidak menggubris wajah sebal Irene dan langsung mendorong kembali pintunya agar ia dapat masuk
"Gk pernah di ajarin gimana caranya nyambut tamu?" tandas Sehun
"Gak pernah di ajarin gimana caranya jadi tamu yang sopan?!" semprot Irene
"Lagian gue gk nyuruh lo kesini!" tambahnya
Sehun hanya mendengus remeh tanpa menghentikan langkahnya untuk menyusuri rumah gadis yang sedang mengomel-ria di belakangnya itu
"Denger gak lo?!" Irene segera menyusul Sehun dan berusaha menyejajarkan langkahnya. Namun tidak bisa padahal Sehun hanya melangkah santai tanpa terburu-buru
Sehun mendadak menghentikan langkahnya. Lalu berbalik menghadap Irene— yang refleks membuat Irene menghentikan langkahnya juga. Cowok itu mendekat kan wajahnya beriring dengan tangan kekarnya yang menjepit dagu Irene dengan jari telunjuk dan ibu jarinya
"Bacot sekali lagi gue cium abis lo"
Dan kalimat itu membuat kedua mata Irene melebar
"Apa—"
"Lagian nyokap lo yg nyuruh gue kesini. Buat apa? Buat ngeliat hasil kerjaan Baelina Irene"
Setelah menuntaskan kalimatnya Sehun melengang pergi tanpa menggubris kembali Irene yang mungkin kepalanya sudah mengepulkan asap karena emosi
BAJINGAN!
***
"Rapih" komentar itu meluncur dari bibir Sehun saat cowok itu mengangguk samar karena melihat hasil pekerjaan Irene di kamar yang akan di tempati Sehun
"Ralat. Lumayan rapih maksudnya" Sehun meralat ucapannya. Irene mendengus mendengar itu
"Kan udah gue bilang. Beresin sendiri kalo mau rapih. Tamu yang terhormat" Gadis itu bersedekap tak acuh tanpa melirik Sehun. Dan memberi penekanan di kalimat 'Tamu yang terhormat'
"Gimana Sehun? kalau kurang rapih bisa tante tukar sama kamarnya Irene" Arlana tau tau datang membawa senyuman hangatnya. Dan? Kalimat itu seperti kilat di telinga Irene. Wtf?!
Sehun tertawa enteng "Gak papa. Ini juga udah bagus" lalu bibirnya membentuk senyuman manisnya. Arlana menghela nafas lega mendengarnya
"Jadi saya harus mulai datang kapan tante?" tanya Sehun. Sementara Irene masih dengan tatapan sengitnya
"Malam ini bisa?"
"Bisa tan.."
"Syukur deh. Nah Irene.. Nanti kamu bantu mama di dapur ya" Arlana tersenyum sambil menepuk pelan pundak Irene
Gadis itu menyunggingkan senyumnya. Senyum terpaksa lebih tepatnya
"Siap mama"
Awas lo bihun. Gue telen lo ntar