CHAPTER 2

81 22 21
                                    

Kita sudah dipertemukan oleh waktu,
Tetapi waktu juga akan memisahkan kita di suatu saat nanti

~~~~~

Lampu studio menyala terang, para penonton meninggalkan kursi mereka menuju pintu EXIT yang tak jauh tentunya.

Bella,Hanna,dan Diva baru saja menyelesaikan acara menonton bersamanya. Tiga orang itu bergegas meninggalkan studio bioskop tersebut.

Begitu ramai kondisi salah satu MALL di Jakarta ini yang sekarang tengah mereka kunjungi. Selepas menonton, tentu saja cewek cewek itu tidak berkeinginan untuk langsung pulang, melainkan melihat lihat isi dari Mall yang besar ini. Tentu saja mereka tak ingin pulang, karena jalan jalan mereka akan sia sia apabila pulang cepat.

Mereka hanya melihat lihat seperti toko mainan, orang yang tengah bernyanyi di pusat kerumunan, toko pakaian, toko perhiasan, sampai akhirnya pada toko boneka mereka berhenti sejenak karena kaki mereka yang kelelahan.

"Sekarang jam berapa, Bel?" tanya Diva dengan memandang toko boneka yang ada di hadapannya. Ia begitu ingin membawa salah satu Boneka berwarna coklat dengan bentuk beruang yang menggemaskan itu.

 Ia begitu ingin membawa salah satu Boneka berwarna coklat dengan bentuk beruang yang menggemaskan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tujuh,"

"WHAT? are you seriously?" Diva tak percaya dengan jawaban Bella barusan, Ia merasa bahwa sekarang baru pukul setengah enam.

Mereka sudah keluar dari bioskop sejak satu jam yang lalu.

Tentu saja itu terjadi, 1 jam di dalam Mall itu tidak ada apa apanya dibandingkan dengan berjalan jalan di dalam pasar 1 jam.

Hanna mengangguk, tanda merupakan apa yang dikatakan Bella adalah benar.

Diva mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban dari temannya itu, lalu ia kembali melihat boneka tadi.

Diva melihat sepasang remaja memasuki toko boneka tersebut, perempuan itu menunjuk ke arah boneka yang Diva maksud tadi dan tak lama sang lelaki membawa boneka itu ke meja pembayaran dan segera membayarnya.

Perempuan itu tampak gembira karena sang lelaki memberikannya kepadanya, mereka keluar dan berjalan melewati Diva.

Diva hanya menatap mereka iri dengan kedekatan yang mereka jalani.

Sebuah tangan menepuk pundak Diva secara halus dan Diva yang menyadari hal itu langsung menoleh ke arah tangan itu berasal.

"Sabar, nanti juga ada masanya lo kayak mereka berdua" tunjuk Bella ke arah pasangan tadi yang sudah jauh dari pandangan mereka.

"Iya Div, gua setuju dengan Bella. Lo itu cantik, gak mungkin gak ada yang suka sama lo, mungkin mata mereka aja yang burik," ujar Hanna dengan kata kata tajamnya.

Diva mengernyitkan kening, bingung dengan ucapan yang dikatakan Hanna barusan.

"Lo ngomong apa sih, Hannaku, cayangku,cintahku," Diva mencubit kedua pipi Hanna yang membuat ia meringis kesakitan.

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang