One Size

30 3 0
                                    


Berulang kali Naomi melirik jam ditangannya yang telah menunjukkan tepat pukul dua. Rambut hitamnya telah beberapa kali dimain-mainkannya, tapi Elies sahabat yang ia tunggu masih saja belum datang. Akhirnya dengan tidak sabaran Naomi mengambil handphone nya dan menekan beberapa nomor, "Dimana?" ucap Naomi ketus begitu mendengar panggilan nya tersambung "lima belas menit lagi Naomi, maaf" jawab orang diseberang telepon. "Kamu bilang jam 1.30 dan sekarang lima belas menit lagi? Aku harus menunggu berapa lama lagi? Naomi mulai kehilangan kesabarannya, ia mulai meninggalkan kursinya tanpa benar-benar memperhatikan langkahnya. Hingga ia menabrak seseorang yang berjalan tepat dibelakangnya dan terjerambap ditrotoar

"Bruuk!". Lengkap sudah hari sialku ini ucap Naomi dalam hati. Tangannya ia kibaskan ke dress hitam yang ia gunakan, mencoba untuk menghilangkan debu, "Aduh," Naomi meringis, menyadari kulit ditelapak tangannya robek dan mengeluarkan darah.

"Saya benar-benar minta maaf" ucap seseorang dengan suara lembut, yang kini telah berada dihadapan Naomi. Ia berjongkok menyamakan posisi Naomi yang masih terduduk di trotoar.

"oke, bukan masalah, ini kesalahan saya." Jawab Naomi menahan kesal, sementara perhatiannya tertuju pada luka sepanjang 3cm ditangan kanannya.

"kalau boleh, saya akan merawat luka anda, flat saya tidak jauh dari sini" ucap orang itu sambil menyodorkan saputangan yang dibagian ujungnya bertuliskan AO dengan benang biru. Naomi mengambil saputangan yang disodorkan padanya,sambil mencoba membersihkan darah yang masih merembas.

"tidak, tidak perlu, sebentar lagi saya ada perlu dengan teman" sebelum Naomi menyelesaikan penjelasannya, lelaki itu menyodorkan tangan sambil berkata "baiklah, tapi setidaknya bolehkah saya membantu anda berdiri?" seketika Naomi mengangkat kepalanya, ia baru tersadar, sejak tadi ia masih terduduk ditrotoar. Muka manis Naomi seketika memerah, malu menyadari dirinya telah menjadi pusat perhatian. Tanpa ragu akhirnya Naomi menyambut uluran tangan orang dihadapannya. Lelaki itu mengisyaratkan Naomi untuk menuju meja didepan kedai Cho-coffee, persis dimana Naomi duduk sebelumnya, Naomi mengangguk.

"Saya Auron" ucap Auron memperkenalkan diri. "Naomi" Jawab Naomi singkat dengan suara yang bergetar. Sejak pertama kali menatap wajah Auron detak jantung naomi sudah tak bias tenang lagi, menyadari bahwa lelaki dihadapannya adalah orang yang wajahnya sering menghiasi majalah-majalah model dan design.

"Kamu, Aoron designer terkenal itu kan?" Tanya Naomi memastikan, lelaki dihadapannya lalu tersenyum dengan sangat manis. "Aku suka sekali, baju-baju hasil rancanganmu, aku juga seorang designer, walau masih amatir, kalau boleh aku ingin melihat butik mu." Seketika Naomi menutup mulutnya, menyadari kata-katanya mengalir begitu saja tanpa ia fikirkan terlebih dahulu. Lagi-lagi Auron hanya tersenyum manis.

"Apartement dan butik saya berada tidak jauh dari sini, mau ikut bersama saya? saya juga harus bertanggung jawab atas luka anda" ucap Auron, tanpa sadar Naomi menganggukkan kepalanya beberapa kali dengan cepat yang membuat Auron tertawa geli. Setelah berjalan sekitar lima belas menit, Naomi dan Auron tiba di flat bertingkat tiga. Lantai paling bawah merupakan butik pribadi Auron, lantai dua tempat studio foto, dan lantai ketiga adalah rumah pribadi Auron. Aoron menjelaskan bahwa semua karirnya bermulai dari tempat tersebut sehingga walau tampak kecil, ia tidak berniat pindah maupun menjualnya.

Butik itu cukup rapih meskipun tidak terlalu besar. Terdapat banyak kaca dan manekin yang terbalut gaun maupun dress ciptaanya. Beberapa t-shirt dengan variasi logo Ao menghiasi pojok ruangan. "silahkan duduk, saya ambilkan plaster dan alkohol dulu" Ucap Aoron sambil menarik sebuah sofa kecil. Naomi mangangguk, matanya masih hilir mudik melihat baju-baju dihadapannya. Setelah beberapa menit Aoron kembali dengan membawa kotak obat, dengan perlahan ia membersihkan luka ditangan Naomi. Menurut Naomi ruangan tersebut agak sedikit kurang nyaman, lampunya tampak terlalu redup dan aroma pengharum yang sangat menyengat, Ac-nya pun terlalu dingin, tapi Naomi tidak berniat mengomentarinya mengingat ini sebuah kesempatan emas untuk belajar lebih banyak dari ahlinya.

One SizeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang