Warung Mi Uco

8 1 0
                                    

3. Warung Mi Uco

Pagi itu di hari pertama sekolah ketika aku naik ke-kelas dua SMA, aku memasuki pagar sekolahku yang di jaga pak satpam bernama Ikbal

"Pagi Riz, tumben semangat sekali ?"

" Iya nih pak, hari pertama sekolah kan, nanti juga loyoh lagi haha."

"Jangan gitu dong, harus tetap semangat. Sekarang kan ada murid-murid baru Riz, kemarin sih pas pada MOS bapak liat cantik-cantik loh."

"Ah tetep aja pak, cantikan ibu saya."

Ketika sedang asik mengobrol dengan pak Ikbal, pandanganku teralihkan oleh sosok perempuan ber-tas merah muda, cantik, tidak terlalu tinggi, matanya bening, senyumnya indah, dan memiliki lesung pipi di sebelah kiri. "hoyy!!!" bentak pak Ikbal, aku kaget, tapi tak kualihkan pandangan menuju wanita berlesung pipi itu. "tadi bilang lebih cantik ibumu di banding siswa/I yang baru masuk, eh ini udah.." aku berlari meninggalkan pak ikbal dan bergeras menghampiri wanita itu.

"Hai, kamu murid baru yah?" tanyaku.

"Iya, kamu juga?"

"Iya, aku tahun lalu anak baru hehe"

"Oh, kakak kelas..." balasnya tanpa senyum sedikitpun.

"Kamu dapet kelas 10 berapa?"

"Aku kelas 10..."

Belum sempat menjawab pertanyaanku wanita itu sudah mengalihkan pandangannya karena ternyata Hanip sudah berada di belakangku dan menguping pembicaraanku, sontak aku kaget dan kulihat wanita itu beranjak menjauh dari diriku, mungkin dia malu atau apalah, tapi yang membuatku benar-benar kesal dan jengkel adalah kemunculan si berengsek Hanip ini yang menyebabkan wanita itu pergi manjauh dan mempercepat langkah kakinya. Yaaah mau bagaimana lagi, mungkin hari ini aku belum di takdirkan untuk berkenalan dengannya.

∞∞∞

Waktu istirahat tiba dan aku bergegas menuju kantin bersama Bobi dan Hanip, dan ketika sedang asik berbincang dengan mereka berdua di kantin, wanita itu datang bersama temannya. Mataku langsung tertuju pada wanita itu, Hanip diam-diam memperhatikanku dan langsung berbisik di telingaku "kalo diliatin, terus,lu ngedip juga bakal ilang kayanya hahaha" sial aku jadi bahan bercandaan dirinya, aku bergumam dalam hati semoga orang ini tak memberitahu kabar ini kepada si Bobi, kalo Bobi tau bisa habis aku di ledekin kalo lagi di warung Mi Uco. Tapi ada benarnya juga omongan si Hanip ini, kalo terus-terusan seperti ini bisa-bisa diambil orang lain, sudahlah tak ada yang perlu di tutupi lagi kalo aku memang sedang menyukai wanita itu, bergegas saja kuambil pulpen di saku baju Bobi yang biasa ia gunakan untuk mencoret-coret din-ding dengan tulisan-tulisan lebaynya, lalu ku ambil selembar kertas gorengan yang memang di sediakan ibu kantin untuk membungkus gorengan itu, lalu kutulis di kertas itu :

"Aku, Ariz Riswan Winata 11 IPS9, pengen banget kenal sama wanita berlesung pipi ini, bersediakah kamu menyebutkan nama dan kelasmu ?"

Ku lipat dan bergegas ku melangkahkan kaki menuju wanita itu dan temannya, dan dia kaget, karena mungkin salahku juga, karena tiba-tiba berdiri di hadapannya tanpa mengucap sepatah katapun. Ku berikan surat itu kepadanya hanya dengan senyuman tanpa kata sedikitpun. Lalu ia membuka lipatan kertas itu dan tersenyum lalu berkata "Aku Rasya kelas 10 IPA 4" ku balas dengan senyum lalu aku pergi darinya dan kembali ke meja dimana teman-temanku duduk tadi, dan bersamaan ketika ku duduk rasya pun pergi meninggalkan kantin.

Ku kembalikan pulpen itu kepada Bobi:

"Neh, kelar gua pake, makasih coy haha" ucapku kepada Bobi sambil sambil mengembalikan pulpen miliknya.

"Iya sama sama, emang nulis apaan sih lu?" dia kembali bertanya.

"Ada deeh urusan tua bangka, lumah masih di bawah umur haha"

∞∞∞

Bel pulang sekolah pun berbunyi dan seperti biasa aku selalu kumpul-kumpul di warung Mi Uco di dekat sekolah, ngopi-ngopi dan ngobrol-ngobrol, kalau ada cewe lewat ya di godain, sama si Bobi bukan sama aku. Aku ga pernah punya ilmu menggoda perempuan di jalan, karena kalo kenal di jalan pasti cuma bakal tau namanya gak pernah lebih. Dan ketika aku baru tiba di warung Mi Uco aku melihat Bobi dan Hanip sedang ngobrol serius, langsung saja aku berlari menuju mereka karena takut si kampret Hanip ini bercerita tentang kejadian tadi pagi kepada sang penyair gila yaitu Bobi. Ternyata benar, baru saja aku tiba kehadapan mereka berdua Bobi langsung nyeletuk bertanya:

" Waeeee, gimana ma bro ? sukses ga nih ngajak kenalan dede gemes tadi haha." Celetuk Bobi sambil tertawa.

"Apaan sih, gajelas bego lu." Ucapku ketus. Dan dalam hati bergumam kampret emang si Hanip.

"Selaw selaw, hanip udah cerita sama gua, sini duduk dulu cerita sama aa, nanti aa bantu. Nip pesenin kopi nip buat kang ariz" jawab Bobi sambil membersihkan tempat duduk untukku.

Kampret emang si Hanip ini, ya mau tidak mau aku harus menceritakan ini kepada si Bobi, lagipula mungkin saja Bobi bisa membantu agar jalannya lebih mulus hahaha. Walaupun saat itu aku merasa agak bingung untuk memutuskan aku bercerita padanya atau tidak tapi setelah di pikir-pikir lagi lambat laun juga mereka akan tau, jadi aku memilih untuk memberitahunya saja:

"Jadi gini men, tadi pagi pas gua lagi ngobrol sama pak Ikbal...." Belum sempat aku bercerita, Bobi sudah memotong kalimatku.

" Sssstttt, itu gua udah tau. Maksud gua gimana perkembangannya, kan tadi di kantin lu minjem pulpen gua tuh nah itu maksud gua." Ucap Bobi.

"Si kampret belom tau awalnya udah mau lanjutannya hahaha, jadi gini tadi gua nulis surat buat nanyain nama dia."

"Cuma nama ? alamat? Kelas ? nomor HP?"

"Cuma nama sama kelas, udah."

"Kelewatan gobloknya ni orang haha"

"Ya kan bertahap, dari nama aja dulu sama kelas nanti baru ke yang lain.'

"Yaudah namanya siapa deh?"

"Rasya."

"Rasya aja ? nama tengah sama belakangnya apa?"

"Ga di kasih tau gua"

"Ya harusnya Tanya lah rizzzzzz, dari pas pertanyaan surat itu di jawab harusnya langsung ngobrol, gimana sih lu hadeeh. Bentar deh nama depannya bagus banget 'Rasya' nama tengah sama belakang juga kayanya bagus nih."

"Mungkin Rasya Sulis Widia, atau Rasya Hilda Ningrum?

"Bisa jadi cuma dua kata namanya Riz"

"Rasya Kalila? Rasya Putri? Atau Rasya Salsabila?"

" Tebak-tebak aja terus, siapa tau nama belakangnya itu nama bokapnya, jadi Rasya Purwanto hahaha"

"Emang nama bokapnya Purwanto?"

"Gatau, nebak aja guamah haha. Mending tanyain langsung Riz daripada nebak-nebak nanti salah target haha" ujar Bobi sambil terus-terusan tertawa.

"Yaudah gausah diketawain juga kambing haha." Jawabku bercanda

∞∞∞

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 26, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Loving QueitlyWhere stories live. Discover now