Chapter 1

0 1 0
                                    

        "Mas, mau pesen dong" panggil litha sambil tersenyum ramah kepada si pelayan. "Mas? Pesen? Lo kira muka gue mirip mas mas pelayan gitu?!" Ucap seorang lelaki dengan nada tingginya. Litha merasa harga dirinya turun karna telah di bentak oleh seorang lelaki. "Biasa aja kali, gue kan ga tau" jawab litha sinis.
        "Kenapa lith??" Datang seorang perempuan yang baru keluar dari toilet, dia adalah bina teman akrabnya litha. "Tolong beliin temen lo kaca mata, buta dia" ketus lelaki itu dan langsung pergi meninggalkan litha dan bina. "Enak aja lo!" Teriak litha "udah lith. Malu di liatin orang" bina mencoba untuk menenangkan litha.
        Litha langsung mengambil barang-barangnya dan pergi meninggalkan cafe itu, bina dengan terburu-buru mengikuti sahabatnya. Dalam hati litha mengutuk lelaki asing itu.
        "Sempet gue ketemu lagi sama tu cowo,  gue tabokin mukanya!" Oceh litha yang membuat bina memutarkan bola matanya. "Kok bisa gitu sih?" Tanya bina. "lo tau gak sih bin!" Ucap litha sensi. "gue aja nanya lo, gimana gue bisa tau coba" ketus bina dalam hati. "Gue kan tadi mau mesen, jadi gue mau manggil mas masnya. Gue kira dia mas mas, taunya bukaan. Jadi dia marah-marah sama gue! Gue kan cuman salah manggil. Lagian kalo dia memang bukan mas mas, kok dia merasa pas gue manggil dia mas sedangakn mas mas yang bener bener mas mas pelayan aja ga ada yang noleh. Aneh?" Litha langsung memukul stang motornya.
        Bina memutarkan bola matanya, mencoba untuk mencerna omongan litha. "Yaudah si lith, kan cuman salah paham". "gue tau kalo itu salah paham, tapi dia bentak bentak gue depan umum bin. Sarap tu cowok" ocehnya sambil memasang helm di kepalanya "gue duluan bin" tanpa menunggu jawab bina, litha langsung pergi meninggalkan bina.

❇❇❇

Sesampai dirumah, litha masih saja mengutuk lelaki itu dan mengeluarkan semua sumpah serapah yang dia punya.
"Brengsek bangetsi tu cowok" ucap litha sambil berjalan menuju kamarnya. "heh, siapa yang ngajarin kamu ngomong gitu litha?" Litha langsung mematung dan membelalakan matanya. Seorang perempuan parubaya telah mendengar perkataan litha. Jelas itu adalah Madona Cullent, ibunda litha. "litha! Mama ini bertanya kepadamu," bentak perempuan tua itu. litha membalikan badannya dan menatap perempuan itu persis berada dibelakangnya. "Nggak ma" jatung yang berdebar dan tangan yang bergemetar litha memberanikan diri tetap tersenyum kepada sang mama.
        "Apanya yang nggak? Tadi mama denger sendiri kamu ngomong itu. Siapasih yang ngajarin kamu? Kamutu di sekolahin biar jadi anak yang baik, kamutu perempuan omongan kamu di jaga. Apa jangan-jangan kamu di luar sana lebih parah lagi??" Ocehnya. Litha hanya menunduk dan sesekali menatap mamanya "mama ini ngomong litha!" Bentaknya lagi. "Nggak ma, tadi tuh.." tak sempat melanjutkan perkataanya, perempuan parubaya itu memotongnya. "ga usah banyak alesan kamu!"
        "sudahla madona dia sudah besar. Lagi pula baru sekali ini dia berkata seperti itu." Ucap seorang lelaki tinggi dan berbadan kekar. Lelaki itu adalah petrus Cullent, ayah Talitha. "Sekali sekali apanya, nanti jadi kebiasaan. Anak kayak gitu ga bisa di biarin, dia emang beda banget sama gabriella dan gracie!". Litha menatap mamanya penuh dengan kemarahan, matanya memerah berkaca kaca. Litha sudah muak dengan perkataan Madona yang selalu membandingkan dirinya dan anak kembarnya. "Mama kenapa sih selalu bandingin aku sama anak anak mama? mereka jauh lebih sering ngomong Kotor dibanding aku! Mereka mabuk-mabukan! Mereka pake baju-baju seksi! Itu anak kebanggaan mama?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GenTalithaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang