WARNING!
TYPO BERTEBARAN! THIS IS MA FIRST SHIT GUYS, HAVE MERCY ON ME!!
*
*
*
*
LET'S START
*
*
*
*
*
*"Jane! Cepetan gantinya, kalau kamu nggak turun kamu nggak usah panggil mama lagi!"
Dengan amarah memuncak, aku mengoleskan liptintku kasar.
Shit! Aku nggak pernah bayangin, cerita yang aku buat di wattpad akan benar benar terjadi padaku. Siapa sangka aku akan benar-benar menikahi teman mamaku yang mungkin sudah cukup umur untuk menjadi ayahku. Toh ini bukan jaman siti nurbaya."JANE!" Mendenger teriakan tersebut aku tersentak. Aku bergegas ke bawah menghampiri mamaku.
"Kamu bisa pakai baju nggak sih?" Celetuk mamaku melihat penampilanku. Ia menurunkan lengan off-shoulder-ku lebih rendah. Aku semakin merasa seperti pelacur rendahan yang harus segera menghadapi pelanggan pertamanya.
***
Akhirnya aku sudah sampai di restoran yang lebih mirip seperti istana ini. Mama menggandengku kasar supaya aku lekas berjalan. Dari kejauhan aku melihat pria blasteran dengan tuxedo yang terlihat mahal melambai ke arah mamaku, aku terbelalak, melihat mamaku yang juga membalas lambaian pria tersebut.
"Hey Christ! How are you?" Mamaku memeluk pria tersebut dan mencium pipinya.
"Fine" jawabnya singkat. Sembari dia memeluk mamaku dia melirikku tajam dengan menaikkan salah satu sudut bibirnya. Tak bisa kupungkiri he is a hot af guy , tapi tetap saja siapa sih yang mau menikahi pria yang 18 tahun di atasmu, dia bisa menjadi ayahku.
"Jane, kenalin dia Christ, calon suamimu"
"Jane," sembari mengulurkan tanganku dengan wajah paling tidak ramahku.
"I'm Christ, nice to meet u!" Dia tersenyum hangat sambil memandangiku dengan mata biru mudanya yang terkesan dingin.
"Nggak usah sok Inggris deh, ini tuh Indonesia and you're gonna marry an Indonesian girl, duh!" Jawabku jutek.
"Jane, keep it down" mamaku menggenggam tanganku dengan matanya yang seperti sudah akan lepas dari tempatnya.
"Its okay Anna, she is just a child" katanya menenangkan mamaku.
"You know that i'm just a child yet u want to marry me, pedo lo!" Aku masih menahan air mataku yang hampir keluar.
Plak. Pipiku terasa panas, air mataku terjun mengaliri pipiku. Aku melihat mamaku keji, aku lari keluar dari restoran itu.
Aku memosisikan tubuhku untuk berjongkok. Aku menyembunyikan wajahku yang sudah basah ke dalam tanganku yang tersilang di atas lututku.
Tiba tiba aku merasakan ada tangan yang begitu hangat menyentuh pundakku, aku terkejut.
"What The F-" aku tercekat oleh tatapannya yang sayu.
"I want to marry you so that you can free from your abusive mom, let's pretend that i marry you" aku berdiri kebingungan, tubuh tingginya membuatku harus menengadahkan kepalaku tinggi. Entah mengapa air mataku mengalir, the nightmare become a daydream. Dia merangkul pundakku. Rasa ini tidak pernah aku rasakan. Hangat sekali. Rumah megah yang aku tinggali tidak pernah sehangat ini, tangan mamaku begitu dingin, tangan papaku? Bahkan aku tidak bisa memikirkan kata papa, sosok yang tidak bisa aku dapatkan di keluargaku. Kehangatan ini membuatku berpikir aku sudah mengenal pria ini lebih lama daripada mengenal mamaku.
Dia menggandengku mengajakku masuk kembali ke restoran itu. Mamaku bertindak seolah tidak terjadi apa-apa. Aku mengusap air mataku yang masih sedikit tertinggal di pipiku. Christ menarik kursi disebelahnya untukku, kemudian dia duduk di sampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warmth of His Embrace
Romancebercerita tentang gadis yang terpaksa harus menikah dengan orang yang 18 tahu lebih tua darinya, apa jadinya?